Part 9

39 2 0
                                    

~ Rindu akan menyerang siapa pun yg dia kehendaki. Jika kamu melawan, hujaman rindu akan menusukmu dari segala arah. Bahkan rindu akan bertambah parah ~



Mengguyur tubuh dibawah derasnya air. Pikirannya berkelana kemana-mana.

Hari ini, pikirannya cukup dikuras dan diguyur yang tak sewajarnya.

Laki-laki yang datang lalu pergi. Akhirnya Reina berhasil mengembalikan pikirannya walaupun belum sepenuhnya. Reina menyadarkan khayalannya. Haruskah Daisy berterimakasih atau marah?

"Jangan kelamaan loe mandinya...." hanya kata itu yang dapat Daisy dengar.

"Iyeeee"

Menggulung rambut basahnya keatas dengan handuk berwarna pastel. Beberapa tetes air meluncur di pipi indahnya. Melihat siluet dua orang berdiri didepan kaca besar. Terdengar tawa renyah.

'bawa siapa tu kunyuk' batinnya.

'Tinggg' sengaja Daisy memencet tombol kasir, hingga memecahkan percakapan hangat kedua siluet disana.

"Udah selesai bertapanya?" Reina dengan malas menyeret tubuhnya menuju sumber suara.

"Hmmmm" jawabnya malas.

"Selamat pagi" suara bariton terdengar meluncur mulus ditelinganya. Hatinya kembali bergetar. Hatinya memberontak mata Daisy untuk segera menilik siapa penghangat hatinya itu.

"Ada perlu apa kalian?" matanya hanya melirik kearah mereka dengan tatapan acuh. Tangan Daisy sibuk merapihkan beberapa benang wol yang berserakan diatas meja kasirnya.

Reina yang tampak akrab segera mendekat kearah Daisy "Kenalin, ini temen gue. Dia lagi cari..."

"Cari bunga? Ditempat lain bisa nggak? Disini belum buka. Gue masih males, jadi hari ini mau buka jam 10an aja !" Daisy berlalu dengan membawa bahan-bahan untuk membuat kerajinan tangan itu.

"Oke, loe tunggu sini bentar ya. Biasa dia orangnya emang kayak gitu. Lagi PMS kali" Reina nyengir khas kuda. Hanya anggukan yang Reina dapat, setelahnya dia mengekor Daisy. Meninggalkan pria itu sendiri ditempatnya.

"Loe kenapa sih? Dia itu pelanggan......" Reina memutari tubuh Daisy dengan memelankan suaranya.

"Iya, aku tau. Tapi aku emang hari ini mau buka jam 10. Makanya jam segini aku baru aja selesai mandi kan?" bela Daisy.

"Loe kenal sama dia?"

"Cukup loe aja yang kenal sama dia " jawabnya ketus.

"Loe kenapa jadi nyolot gitu sih?"

"Loe dengerin gue gak sih Sy?"

"Iya, gue dengerin. Terusin aja loe ngomongnya. Santai aja"

"Gimana gue bisa santai? Loe aja nyolot gitu, cuma gara-gara dateng kepagian"

"Gue suruh jelasin dari mana lagi sih Rei? Kurang jelas? Loe juga ngapain belain dia?"

"Bukan gitu Sy...."

"Udah udah, jangan ribut ka..."

"Kami ribut gara-gara loe tau nggak? Kalo nggak suka dengernya, minggir, kalo perlu pergi sekalian" ucapnya dengan menyingkirkan tubuh kekar itu.

"Kamu marah sama aku gara-gara tadi aku ngobrol sama Reina?" dengan menahan senyum yang menawan, kedua tangannya dilipat didepan dada. Sedangkan tubuhnya bersandar  pada meja kasir. Matanya sama sekali tak melewatkan ekspresi Daisy. yang pasti sebentar lagi mulutnya akan berkoar. Dan itu terlihat menggemaskan.

Love and ObviousWhere stories live. Discover now