Dua. Dia yang Hadir Bagai Purnama

6.6K 168 8
                                    

~Adakah di sana, di sudut ruang gelap, segelintir rasa yang kau biarkan usang tertimbun debu kebencian?~

Di sepertiga malam, saat pintu langit terbuka, memberi jalan pada malaikat yang hendak mencari Hamba-Nya yang berserah pada Sang Pencipta, lantunan Al-Mulk merdu terdengar mengisi kekosongan tiap-tiap ruang dalam bangunan berlantai dua di kawasan perumahan elite.

Nada nada al bayyati begitu menyayat hati. Ada kesedihan, penyesalan, dan ketidakberdayaan yang ingin disampaikan. Kentara sekali sang Qori' tengah mengalami pergolakan batin yang kuat.

Di lain ruang, tubuh mungil berbalut selimut tebal menggeliat.
Sepertinya, lantunan ayat suci itu mengusik tidur nyenyaknya.
Dengan malas, gadis itu beranjak dari bed nyaman tempatnya melepaskan segala penat. Punggung tangan digunakan untuk mengucek kedua mata. Berharap setelah itu, penglihatannya akan kembali normal.

"Siapa sih, yang gangguin orang tidur?" Gerutunya seraya memperbaiki posisi berdiri.

Di langkan pertama, Leia terhenti. Menyadari ada sesuatu yang janggal, dan berhasil menyita seluruh perhatiannya.

"Aaaakkkhh!"
Teriakan menggema memenuhi penjuru ruang.
Detik berikutnya, gadis itu terduduk di samping ranjang sambil terisak. Tangannya digunakan untuk menutup wajah yang bersembunyi di antara kedua lutut.

Lantunan itu terhenti. Berganti derap langkah yang mengetuk lantai dengan cepat. Semakin cepat, semakin dekat.

"Ada apa, Lei?"
Seorang laki laki langsung membuka pintu dan menubruk Leia yang tergugu di lantai.

Tidak ada jawaban, hanya isakan yang membelah kesunyian.

"Lei,"

"Jangan sentuh!" Kini wajah cantik Leia terangkat, menatap pria di hadapannya dengan sorot kebencian.
Tidak peduli dengan Aryan yang khawatir setengah mati mendengar teriakannya barusan. Tak peduli juga dengan kantung mata yang melingkari indera penglihatan Aryan.

Aryan menurut, sedikit memberi jarak pada Leia. Jika memang itu yang bisa membuat Leia nyaman.
"Ada apa, Lei?"

"Kamu bicara seolah-olah kamu nggak tau apa-apa. Munafik!"
Tajam sekali Leia memaki Aryan. Membuat pria itu lagi-lagi harus menarik napas, demi mengontrol emosi.

"Lei, jelaskan ada apa? Aku benar-benar nggak ngerti apa yang kamu maksud?"

"Heeh, jelaskan?" Leia tersenyum sinis. Menatap Aryan dengan tatapan jijik. "Kamu mau aku menjelaskan apa yang terjadi semalam? Bahwa kamu sudah berbuat kurang ajar padaku? Iya!"

"Berbuat? berbuat sesuatu apa?" Aryan mengatakan itu dengan perasaan bimbang. Takut takut jika Leia menyadari apa yang dilakukan terhadapnya semalam.

"Berhenti pura-pura nggak tau kamu, Yan!" Leia sudah melupakan air matanya. Berganti dengan amarah yang membuncah. Bisa bisanya dia masih saja mengelak sedangkan bukti jelas jelas ada.

"Iya, tapi aku beneran nggak ngerti apa yang kamu bicarain, Lei."
Pria itu mengingkari dirinya. Padahal dalam hati penuh rasa was-was. Apajadi bila Leia mengetahui perbuatannya yang sengaja menjebaknya dengan obat perangsang?

"Kamu udah merenggut kesucianku!Kamu sudah merampas keperawananku! Kamu jahat! Biadab!"
Pekik Leia sudah tidak bisa menahannya lagi. Tangannya menarik-narik baju tidur berbahan satin yang kini melekat di badan.

(Bukan) Kekasih PilihanWhere stories live. Discover now