Apain

2K 415 122
                                    

"Gue juga tau lo mesra sama chaewon di depan gue itu cuma mau bikin gue cemburu kan?"








Minju bertanya dengan jarak wajah mereka yang cukup dekat. Yujin malah salah fokus ke bibir minju yang dulu sangat membuatnya candu.

Pandangan yujin tak terlepas dari bibir minju. Pikirannya ntah melayang kemana, layaknya seperti di hipnotis, yujin memegang tengkuk minju dan menariknya cepat.

Saat jarak tinggal 1 cm lagi, yujin menghentikan tarikannya pada tengkuk minju. Kepala keduanya telah miring tanda siap untuk mengulang ciuman cinta seperti 2 tahun silam.

Tapi yujin berhenti, yujin diam belum mau menyentuh bibir minju. Lalu ia menjauhkan kepalanya sendiri dan mengusap bibir minju pelan.

"Kalau gue cium sekarang, gue takut kecanduan" ucap yujin lembut.

Pandangan yujin masih ke bibir minju, dan mengusap bibir bidadari tersebut.

"Yujin," panggil minju memegang tangan yujin di pipinya.

Minju menyadari sesuatu, sepertinya yujin sudah tak sanggup menahan rindunya pada minju. Dan minju merasa yujin sudah mau membuka hati untuk minju.

"Lo sadar kan?" Tanya minju heran.

"Lo yang buat gue ga sadar" ucap yujin melepaskan tangan di pipi minju dan mengalihkan pandangan agar tak melihat minju.

Minju tersenyum melihat yujin yang tadi hampir saja menciumnya.

"Yaudah lo istirahat aja" kata minju mengelus kepala yujin.

Yujin hanya mengangguk dan langsung menutup mata. Malam ini minju menungguinya sampai pagi, chaewon tak bisa menemani yujin karna ada kelas pagi besok.

.
.
.
.

Keesokan pagi sekali minju pamit pulang, tinggallah yujin sendiri di rumah sakit.

Saat yujin menonton tv di kamarnya, ia merasa bosan lalu bangkit ingin menuju kamar yuri untuk memeriksa keadaan yuri sekarang.

Yujin masuk ke kamar yuri, yuri juga lagi menonton tv sendirian, tak ada yena disana.

"Mana yang lain?" Tanya yujin saat berjalan mendekati yuri.

"Ayah kerja, mama pulang istirahat" jawab yuri.

"Yena?"

"Gue usir" jawab yuri cepat.

Yujin tertawa pelan membayangkan yena di usir yuri karna yuri tak suka melihat yena yang mirip seperti bebek.

Yujin melihat jam dingin menunjukkan jam 11 kurang, yang mana jam 11 waktunya yuri untuk terapi, tapi tak ada orang lain yang bisa membantu yuri.

"Gue anter terapi yuk" kata yujin.

Yuri mengangguk, lalu yujin memanggil suster untuk membantu yuri duduk di kursi roda, karna yujin belum bisa sepenuhnya membantu yuri akibat bahu yang masih cedera.

Yujin memaksakan diri untuk mendorong kursi roda yuri tanpa bantuan suster lagi.

"Lo kan lagi sakit, ngpain bantuin gue?" Tanya yuri.

"Tapi gue yang bikin lo kayak gini" jawab yujin.

"Ini kan takdir, gue ga menyalahkan siapa siapa" kata yuri.

Yujin berfikir ini karna yuri belum ingat aja, coba kalo udah ingat mungkin yujin udah di cincang jadi sup.

"Lo lebih baik terima yena pelan pelan" ucap yujin.

"Seriusan dia pacar gue?" Tanya yena tak percaya.

"Seriuss, dulu lo misuh misuh ngga di tembak yena" kata yujin.

"Dih, gila kali lo" ucap yuri.

"Lo tu cinta mati sama si bebek" kata yujin.

"Diem lo nyet!" Ucap yuri udah mulai nggas. Yujin tersenyum, membuat yuri kesal mungkin bisa mengembalikan rutinitas ke-nggas-an yuri seperti dulu.

Yuri memegang kepalanya sendiri lalu meringis sakit, membuat yujin berjongkok menyamakan diri dengan yuri.

"Yurii" kata yujin panik memegang bahu yuri.

Mendadak di pikiran yuri me-rewind kenangan dia di masa lalu, ada yujin disana, ada yujin yang sedari kecil sampai sekarang terus bersamanya.

Seiring ingatan yang mulai muncul, sakit kepala yuri juga semakin menjadi. Ia tak mendengar panggilan panggilan yujin di dunia nyata. Lalu yuri pingsan di atas kursi rodanya.

Yujin yang panik segera memanggil dokter dan suster yang berlalu lalang. Dengan sigap perawat mendorong cepat kursi roda yuri dan membawa ke ruang inapnya.

Yuri di tangani dokter secepat mungkin. Yujin sudah sangat panik melihat keadaan yuri yang sangat pucat dan kembali tak berdaya.

.
.
.
.

Dokter selesai menangani yuri. Kata dokter yuri kembali mengingat ingatan lalunya yang menyebab kepalanya sangat berputar dan tidak bisa menahannya hingga jatuh pingsan.

Yujin sedikit lega mendengar penjelasan dokter. Setelah dokter pergi, yujin kembali berdiri di sebelah yuri yang masih tak sadar kan diri.

"Maafin gue jaer" ucap yujin penuh penyesalan.

"Cepet pulih, biar kita bisa nggas bareng" lanjut yujin.

Tiba tiba ada gebrakan dari pintu kamar yuri. Yena masuk dengan keadaan panik, di belakangnya ada hyewon dan chae.

Yena melihat keadaan yuri sebentar, lalu beralih pada yujin yang berdiri di sampingnya.

"LO APAIN LAGI YURI" kata yena memegang kerah baju pasien yang di pakai yujin.

"Yenaa!" panggil chae dan hyewon memisahkan keduanya.

"Yujin juga sakit bego!" Kata hyewon.

"Kenapa cuma bahu lo yang sakit. Kenapa ga kaki lo juga?!" Bentak yena yang masih menyimpan marah pada yujin.

"Kalo gue bisa gantiin yuri, gue bakal pilih buat lumpuh dan amnesia!" Bentak yujin yang juga tak terima terus disalahkan.

"Tenangg! Lo berdua apa apaan sih!" Kata chae mengambil alih.

"Yen, harusnya lo udah terima dan bantu yuri. Bukan cuma bisa menyalahkan keadaan" kata chae membuat yujin dan yena menunduk.

"Ayolah, open minded bek" ucap hyewon membuat hati yena sedikit tergerak.

"Maaf bek, buat semua yang udah terjadi" kata yujin mengulurkan tangannya.

Dengan sedikit ragu yena menerima jabatan tangan dari yujin.

"Maaf juga udah nyalahin lo" kata yena lalu menarik tangan yujin dan mereka saling hug bromance. Yujin, yena, hyewon dan chae sedikit terharu sekarang.

"Aw!" Ringis yujin karna bahunya di tepuk ringan oleh yena.

"Biar mampus!" Umpat yena bercanda lalu tertawa.

"Bangsat emang punya temen!" Kata yujin juga ikut tertawa.

Mereka berempat saling tertawa dan bercanda ringan sambil masih menjaga yuri sampai sadar.

Terkadang persahabatan emang harus di uji agar tau sejauh dan sedalam apa kah pertemanan yang telah mereka bangun bertahun lamanya.
















------

Yuhu di sempetin update😂😂


PRÈCIOUS [S3] || Jinjoo / ChaejinWhere stories live. Discover now