2nd Season: Tiga Puluh

1.3K 126 7
                                    

Shiina melewati hari demi hari di istana sepi itu berdua dengan Yuuhei. Selama berada di sana, dengan percakapan ringan dan makan bersama, Shiina hanya melihat si pemuda naga sebagai pemuda seumuran yang kebetulan terjebak di istana yang sama.

Tidak ... alasan yang tepat Shiina terus berdekatan dan mengobrol dengan Yuuhei ialah; memancing si jiwa psikopat keluar. Tapi, tampaknya si jiwa psikopat tak menampakkan diri lagi. Entah kesimpulannya waktu itu benar atau salah, Shiina menjadi kebingungan karena sifat dan kepribadian Yuuhei kerap kali tak stabil.

Suatu hari, dimana sudah empat hari Shiina melanjutkan pendekatan dengan Yuuhei, saat itulah Yuuhei terlihat berbeda.

Berjalan keduanya di halaman setelah menyantap makan siang bersama. Kali ini, tak banyak obrolan seperti tiga hari ke belakang. Kali ini Yuuhei tampak serius menatap langit-langit. Pemuda itu berhenti berjalan, dia punya raut wajah yang gembira. Amat gembira sampai-sampai senyumannya bisa lebih lebar dari ukuran manusia pada umumnya. Shiina memperhatikan itu, tapi itu bukan si jiwa psikopat.

"Dia sebentar lagi datang." Yuuhei berkata.

"Dia?" Shiina mendekat lantas bertanya.

Yuuhei menengok pada Shiina, dia dengan cepat menarik pinggang Shiina kemudian di dekatkan dengan dirinya. "Aku tak sabar melihatmu memakai gaun." Bisikan itu mengundang kerutan dahi.

Shiina tak berontak, karena mendengarkan bagaimana suara Yuuhei keluar. Itu persis seperti jiwa psikopat, tapi agak berbeda. Dalam kebingungan, satu pelayan puppet menghampiri dengan kecepatan tinggi. Yuuhei melirik ke arah puppet tersebut.

"Tuan, Masamune-sama telah kembali."

Masamune! Tak mampu berteriak, Shiina terpekik dengan mulut membuka dan batin melanjutkan teriakan tersebut.

Yuuhei mengangguk kemudian menyuruh pelayannya agar segera pergi. Shiina menunduk. Hatinya berdegup luar biasa. Masamune, teman yang ia cari selama ini, teman yang sifatnya agak berubah itu akhirnya akan ia temui!

"Yuuhei-sama, aku juga ingin ikut melihat Masamune!"

"Ingin ikut?" Yuuhei kembali pada perempuan di dekapannya.

Shiina mengangguk.

Tapi, Yuuhei malah terkekeh. "Tidak boleh. Aku tahu kau cerdik, jadi, tidak boleh."

"Tapi—"

"Tak boleh, hime-sama." Yuuhei akhirnya melepaskan Shiina, kemudian menariknya kembali untuk di lemparkan ke sebuah tembok.

Shiina yang menerima perlakuan seperti itu hanya bisa pasrah dan menutup mata. Perempuan itu tidak membentur tembok, melainkan terserap ke dalamnya. Yang dirasakan Shiina pun bukan nyeri, malahan empuk karena terjatuh di atas kasur.

Shiina rasakan jantungnya berdetak kencang, wajahnya berkeringat, lalu napas tersenggal-senggal.

Apa itu tadi? Menyeramkan sekali! Sisa adrenalin sangat terasa. Shiina teringat akan Masamune, kemudian bangkit untuk mencari pintu.

Nihil, tak ada pintu. Itu bukan kamarnya.

"Yuuhei-sama! Yuuhei! Buka! Aku ingin bertemu Masamune! Aku ingin berbicara dengannya!" Shiina berteriak, dia menggedor-gedor tembok yang diyakini tempat ia terserap. 

Sampai tangannya berdarah pun, Yuuhei tak menyahut dan pintu tak ia temukan.

.
.
.

***

.
.
.

"Benar tempatnya di sini, Kurui?" Naruto sedikit tak percaya.

Naruto no Imouto (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang