13 | Disiram

Mulai dari awal
                                    

Alesha menarik napas, masuk ke dalam toilet dengan cepat, menyadari jika rambutnya sudah amat lengket.

Ia memandang air yang menggenang di kolam berukuran kecil yang berada di toilet sekolahnya. Menatap sayu, ia tau mengapa Intan melakukan itu.

Dia pasti tahu, gosib apa sih yang gak Intan ketahui, gosib menyebar dan cewek keturunan Italia itu tidak tahu? Itu sepertinya mustahil. Dia tahu pasti jika Galen mengantarnya pulang minggu lusa kemarin.

Tidak mau berpikir lebih keras lagi, dia mulai membasuh wajah dan rambut cokelatnya. Ia tersenyum menampilkan sederetan gigi putih yang ia semir tadi. Ralat, yang ia bersihi tadi pagi.

Karena sudah mengira selesai, ia berjalan keluar. Lebih tepatnya ke wastafel untuk bercermin jika semuanya sudah kembali seperti semula.

"Gimana? Menurut lo udah rapih belum?" Cewek yang berada di depan Alesha mengangguk.

"Udah rapih, gak kayak tadi. Kayak pemulung," celetuknya terkikik pelan. Alesha hanya memajukan bibir sebagai tanda bahwa ia kesal.

"Oh yah ngomong-ngomong, gue belum pernah lihat lo ... lo anak baru?"

Dia menyampirkan rambutnya yang menutupi sedikit wajahnya. Tersenyum, Menyodorkan tangan sebagai tanda perkenalan. "Iya, gue anak baru."

"Nama lo siapa?" tanya dia masih dengan posisi tangan yang terulur.

"Gue, Alesha."

"Namanya, bagus," balas dia. Alesha tersipu malu, kemudian mengangguk.

"Kalau nama lo, apa?"

"Kinan!"

•••


"Eh, Nilam pacar gue, sini duduk sama Babang Tamvan," ujar Fael nadanya dibuat selembut mungkin.

Dengan tampang sebal, segera Nilam memukul kepala Fael dengan sendok yang sedari tadi ia pegang.

Pletak!

"GELI!"

"Galen? Tumben lo nyampur sama tiga kembar nakal ini?" tanya Nilam tidak menghentikan pandangannya pada Galen. Sambil mendaratkan pantatnya di bangku.

"Dih najis."

"Amit-amit."

"Mimpi apa gue semalem, dibilang kembar sama lo berdua."

Alesha yang berada di samping Nilam hanya terkikik pelan, dengan pandangan yang masih terfokus pada Galen.

"Ehem, Galen lo gak makan?" tanya Nilam disela-sela kunyahan bakso goreng.

Lelaki itu menggeleng pelan, matanya masih fokus pada benda pipih yang sedari tadi berada di tangannya tanpa berniat melihat siapa orang yang menanyainya.

Nilam tersenyum kecut. Dia berdiri, berjalan menghampiri tempat duduk Galen. Karena di samping pria itu ada Arya, ia menggerakkan dagu memberikan instruksi untuk Arya segara bangun.

Arya mengangguk lalu bangkit, tanpa aba-aba Nilam mendaratkan pantatnya dengan senyum yang mengembang.

"Galen, gue minta nomor ponsel lo, dong," pintanya dengan nada pelan. Tidak mau jika, Erland, Arya, apalagi Fael mendengar.

"Gak bisa."

Nih orang lama-lama ngajakin berantem!

"Loh, kenapa?"

"Gapapa," sahutnya singkat.

"Dari kemarin lo jawabnya gak bisa terus, tau. Emangnya gak ada jawaban yang lebih bermutu?" protesnya.

"Gak ada," jawab Galen. Tanpa diketahui lelaki itu, Nilam melayangkan tangannya di udara, terlihat seperti ingin mencakar.

"Oke, em ... jaket lo lagi dicuci. Jadi, mungkin besok gue kembalikan ke elo," katanya berniat basa-basi. Galen mengangguk sebagai jawaban.

"Besok hari Minggu acara tahunan SMAN 10, setiap ekskul wajib memperlihatkan bakat-bakat anggotanya dan juga setiap murid yang memiliki bakat tersendiri. Dimulai dari, futsal, basket, paduan suara, puisi, pidato, masak, tari-tarian, dan lain-lain," jelas Arya. Gitu-gitu juga dia anggota dari paduan suara, dan suaranya pun merdu.

"Eh, Nilam. Lo tunjukin bakat memasak lo, ya," pinta Alesha yang justru membuat Nilam tersedak minumannya.

Suara ketawa langsung pecah, Nilam mendelik tajam Fael. "Si Nilam mana bisa masak," kekehnya hingga memegang perut karena tertawa.

Tidak suka, Nilam meraih sendok dari piring makanan Erland, kemudian meluncurkan pada kepala Fael. "Lo jangan remehin gue!"

Sambil mengusap-usap kepala, Fael menghentikan rintihannya, menatap Nilam dengan tatapan tajam. "Bisa gak sih lo, jangan timpuk gue pake sendok! Sakit, monyet!"

"Gue gak peduli juga. Monyet, wle ...," ungkap Nilam menjulurkan lidah.

Galen tersenyum kecil, melihat dan mendengar ucapan demi ucapan yang terlontar dari mulut Nilam. Entah magnetik apa yang dimiliki Nilam, berhasil dan mampu membuat bibirnya tertarik ke atas.

Belum pernah ia tersenyum karena ulah konyol wanita. Ah, tapi Nilam tadi tidak konyol. Akan tetapi....

Manis.

"Oh iya, gue gak pernah lihat lo nunjukin bakat, sama sekali gak pernah. Tapi gue yakin, lo punya bakat tersembunyi 'kan?" Erland bersuara, mulutnya mengunyah permen karet. Pertanyaan yang tertunjuk kepada Galen.

Hening...

Galen mendongak ketika menyadari bahwa semuanya terdiam. "Lo nanya gue?"

Semuanya serempak mengembuskan napas kasar, kecuali Nilam dan Alesha. "Ya iyalah! Gue nanya sama siapa lagi? Sama angin?" sungut Erland mendadak kesal.

"Gue gak punya bakat apa pun," balas Galen kembali menunduk, melihat ponselnya yang terus menyala.

Erland mendesah pelan, menatap sahabat barunya dengan tatapan kesal. "Gue gak percaya."

"Terserah lo," cetusnya.

"Gue tau, lo pintar main drum band." Fael kini yang bersuara. Ucapannya membuat Galen mendongak, pria itu mengangkat bahu malas.

"Dari mana lo tau?"

"Gue pernah lihat lo, main drum band di kelas musik."

Galen menyeringai. "Jangan halu, gue gak pernah ke ruang musik. Mungkin lo salah lihat."

Fael menggeleng cepat, memajukan bangku. "Gue gak mungkin salah lihat."

"Yaudah apa kata lo aja," jawab Galen sembari bangkit dari duduknya, memasang satu earphone di telinganya lalu memasukan kedua tangan ke dalam saku celana abu-abunya.

"Eh mau kemana lo?"

"Bel udah bunyi," sahut Galen seraya melangkah keluar kantin.

Mereka semua bingung, hingga salah satu dari mereka bersuara, "Kapan bel bunyinya? Kok gue gak denger?"

"Mangkannya, lebaran gak usah beli baju. Beli linggis aja buat korek-korek tai kuping lo," hina Arya pada Erland dengan disertai kekehan kecil.

"Anjing lo, Arya!" teriak Erland, wajah lelaki itu kian memerah. Menahan amarah dengan pandangan menuju punggung Arya yang menjauh.

•••

Vote dan komentar jangan lupa😉

Mulmed Galen❤

Salam Novi

Next?

Kilter ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang