8| Diantar sama Galen?

477 142 631
                                    

Gadis yang tengah terlelap dengan wajah damai itu kini mengerjapkan matanya. Ia mengucak-ucakkan kedua mata, lalu beberapa saat kemudian suara seseorang membuat aktifitasnya terhenti.

"Sudah mulai baikan?"

Alesha menoleh, mencari asal suara itu, lalu tak lama muncullah Galen dari balik tirai hijau dengan tangan yang membawa segelas air putih.

"Galen?" tanya Alesha bingung.

"Tadi lo pingsan," jawab Galen yang sudah menyadari tatapan bingung Alesha.

Alesha manggut-manggut mengerti. Ia terdiam sesaat, ada rasa ingin tahu mengapa Galen masih berada di UKS. Apakah ia menghawatirkan Alesha? Ah, itu tidak mungkin!

Dengan ragu ia mendongak, menatap Galen yang sedang berkutik di tempat obat. Dia mengangkat suara membuat Galen menghentikan kegiatannya.

"Kok lo masih di sini? Lo gak ke kelas? Apa lo ... em, itu." Alesha tergagap membuat Galen mengangkat alisnya tanpa membalik menatap Alesha.

Tak kunjung ada suara Galen lalu menjawab, "Gue disuruh Pak Sartono."

Alesha manggut-manggut lagi, ia merebahkan tubuhnya yang masih lemas dengan tatapan yang tidak lepas dari Galen.

Galen membalikan badan membuat mata birunya dengan mata Alesha bertemu. Alesha gelagapan, dengan cepat ia memalingkan wajah. Sedangkan Galen? Ia hanya datar-datar saja.

"Obatnya diminum, gue ke kelas dulu mau ngambil kunci motor." Galen menaruh gelas berisi air begitupun obat Alesha.

Alesha menatap Galen dengan tatapan bingung. "Kunci motor? Buat apa?"

"Buat antar lo pulang," balas Galen lalu beranjak pergi meninggalkan Alesha yang mematung.

Alesha tersenyum menatap punggung tegap Galen, apakah ia sedang tidak bermimpi?

Alesha mencubit pahanya, membuktikan kalau ini hanya mimpi. "Aw!" rintihnya sambil mengusap pahanya.

Alesha tidak percaya, ternyata ini bukan mimpi. Tapi bagaimana mungkin seorang Galen yang sangat cuek, jutek, dan dingin itu memberi perhatian kepada seorang Alesha yang bukan siapa-siapa lelaki itu.

*•*

Nilam berteriak histeris mendapati UKS yang sepi, tidak ada seseorang sama sekali. Di mana gadis berkacamata bulat itu?

Ia berlari menuju kantor, semua siswa-siswi yang melihatnya hanya menatap bingung mengapa Nilam berlari-lari.

Karena saking cemasnya ia sampai tidak sengaja menabrak seseorang yang memang baru keluar kelas. Ia menggeram kesal karena sakit yang menjulur. Punggung orang itu keras sekali.

"Lo kalau jalan lihat-lihat dong! Gak punya mata, hah?!" tanyanya menggebu-gebu lalu mendongak dengan tatapan tajam.

Orang itu hanya menatap Nilam tidak kalah kesal. "Ada juga elo yang jalan kagak pake mata."

"Fael! Bisa gak sih lo jangan muncul di hadapan gue?!" hardik Nilam tersungut-sungut.

"Gak bisa, gue maunya ada di samping lo selamanya, puas?"

"Serah lo. Minggir! Gue mau lewat," kata Nilam sambil mendorong dada bidang Fael.

Fael terhuyung ke belakang. Nilam menerobos memberikan tatapan tajam kepada Fael yang membuat lelaki itu memutar bola mata malas lalu mengejar Nilam.

Nilam yang menyadari ada yang mengikutinya langsung menengok dan mendapati Fael yang sedang tersenyum lebar.

"Kenapa lo ngikutin gue?" tanyanya yang saat ini sedang menahan gejolak amarah. Menahan supaya tangannya tidak melayang ke arah rambut cowok itu lalu menjambaknya hingga rontok.

Kilter ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang