11| Kotak makan

374 85 455
                                    

"Perjuangan itu tidak akan mengecewakan hasil."

.
.
.

Kotak berwarna ungu itu melekat di tangan kanannya. Ia melambaikan tangan kiri dengan senyum yang mengembang. "Hei!"

Dia terus saja memanggil seseorang yang tengah berjalan di koridor sekolah, tidak peduli dengan suaranya yang hampir habis karena memanggil orang dengan dua kabel tersangkut di daun telinga putihnya itu.

Gerutu kesal menghiasi bibirnya. Bahkan karena asyik dengan kegiatannya, ia tidak sadar ada seseorang lagi yang memanggilnya dengan suara tak kalah nyaring.

"Nilam! Tuli mendadak lo, ya?" tanya Alesha yang tidak direspon oleh Nilam.

Nilam acuh tak acuh dengan panggilan Alesha, ia berlari kecil menuju seseorang yang sejak tadi ia panggil tidak menoleh-menoleh.

Dengan seenak jidat ia menepuk bahu orang itu, yang spontan membuat lelaki itu tersentak dan menengok dengan wajah yang merah padam.

"Galen! Tuli lo, ya?" tanyanya to the point.

Sedangkan yang diajak berbicara hanya mengangkat bahu tak acuh lalu melanjutkan langkahannya kembali.

Nilam menggeram kesal, ia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan dengan kasar.

"Sabar, Lam. Demi tugas lo untuk Alesha," gumamnya meyakinkan.

Ia berlarian, membuntuti Galen dari belakang. Lelaki itu memasukan kedua tangannya ke dalam saku lalu memutar arah membuat Nilam sontak berhenti.

"Bisa gak, gausah ikutin gue?"

"Gak bisa, gue mau kasih ini buat lo!" Nilam menyerahkan kotak makan itu kepada Galen yang membuat Galen memiringkan kepala bingung.

"Buat apa?"

Nilam melipatkan alisnya, pertanyaan macam apa itu?

"Ya makan lah, di dalamnya udah ada nasi goreng sama telur mata kambing buatan Al-eh buatan gue sendiri." Ia tersenyum tidak menyadari ucapan bodohnya dan tadi hampir saja keceplosan.

"Dimana-mana telur mata sapi bukan mata kambing."

"Ya gak papa lah! Suka-suka gue, mulut gue ini!" ketusnya.

Galen memutar bola mata bluenya. Memandang Nilam dengan pandangan heran. Cepat sekali mood gadis itu berubah.

Galen yang tidak mau berbasa-basi ia memilih melanjutkan langkahannya dengan kabel putih sudah terpasang rapih di kedua telinga.

Mata Nilam menelisik tajam punggung Galen, ia berdecak sebal sambil memukul pahanya pelan. Menghentakkan kaki kesal, lalu ikut beranjak pergi berbaur dengan siswa-siswi yang sedang berada di koridor.

Sesampainya di kantin, ia membanting kuat kotak makan berwarna ungu itu dengan raut wajah memerah. Mata hazelnya menatap Alesha nyalang.

Alesha menyengir mendapat tatapan itu. "Ternyata gak mudah ya, hehe ...."

Nilam mengangguk, sepertinya Alesha tadi melihat apa yang Galen lakukan kepadanya. "Jadi gimana menurut lo? Masih mau lanjut?"

Kilter ManWhere stories live. Discover now