36. Terkurung

3.1K 220 39
                                    

Beberapa menit berlalu setelah kesadaran gadis itu kembali. Matanya mengerjap beberapa kali. Dia tidak ingat mengapa tubuhnya bisa terbaring di ruangan yang terlihat asing ini.

Kepalanya pening. Dari tempatnya, Keyla melihat seorang gadis berdiri membelakanginya. Keyla menggerakan tangannya lemah sekiranya agar gadis itu bisa membantunya. Tubuhnya masih belum mampu bergerak sempurna. Ada nyeri di lengan dan bahunya.

"Lo mau apa?" tanya gadis itu.

Sejanak Keyla terdiam. Tubuhnya mematung ketika menyadari gadis di hadapannya adalah Lala.

"Lo baik-baik aja kan?" tanya Lala yang terlihat panik.

Keyla masih diam. Kepalanya masih pening. Dia tidak bisa membedakan raut wajah Lala berkata jujur atau palsu. Kini dia sudah tidak mengenali sahabatnya itu.

"Gue kenapa ada di sini?" tanyanya untuk yang pertama kali.

"Lo kecelakaan,"

"Lo yang nyelamatin gue?"

"Gue yang nyelamatin lo," Farel muncul dari belakang Lala. Pria itu menampakkan senyum ke arah Keyla.
Keyla tidak menanggapi pria itu. Dia tahu senyum Farel itu palsu. Senyum itu bahkan terakhir kali membawanya terperangkap masalah. Senyum itu sudah menipunya hingga terjebak ke dimensi yang salah. Ia tertipu dengan senyum itu. Ia terlalu percaya senyum itu membuatnya hangat karena merasa mendapat kasih sayang tulus dari kakak sepupunya namun sayang, semua itu berbanding terbalik.

"Gue udah bilang, gue ini penyelamat lo kan?" Farel mendekat. Meletakkan nampan di atas meja.

Keyla hanya tersenyum kaku. Ingatan yang telah kembali sudah menjawab pertanyaan yang selama ini menghantui kepalanya.

"Gue mau sendiri,"

Ada rasa ragu dalam pengucapannya itu tetapi manusia yang ada di ruangan itu menurut.

Farel dan Lala pun meninggalkan tempat itu. Keyla mematung. Sakit yang pernah hilang kini telah kembali. Rasa kecewa yang pernah dia rasakan kembali membawanya ke penyesalan.

Kenyataan bahwa orang-orang terdekatnya lah yang ingin membunuhnya kembali membuat perasaan gadis itu teriris. Ia tidak tahu apakah dengan kembalinya ingatan itu akan membuatnya bahagia atau justru membuatnya kembali sakit. Membuatnya terperangkap dalam kesendirian. Membuatnya kembali menjadi gadis bertopeng.

Suara dering ponsel dari atas meja sampingnya membuat Keyla menoleh. Tangannya bergerak lambat hingga akhirnya menggapai ponsel itu. Panggilan yang mulanya menyebabkan ponsel itu berdering sudah selesai.

Tanpa ragu Keyla membuka ponsel Farel. Ponsel pria itu sama sekali tidak memiliki kunci ataupun sandi sehingga ia bisa dengan mudah menggunakannya. Gadis itu mulai menggerakan jari-jemarinya diatas layar ponsel itu. Menekan nomor yang terlintas dalam otaknya.

"Hallo?"

Keyla terdiam. Suara dari sebrang sana seakan telah lama tidak ia dengar. Suara berat pria itu membuat rasa semangatnya kembali hadir.

"Hallo?"

"Na-Naufal," panggilnya dengan suara terbata.

Hening sejenak.

"Vacha?"

Setetes air mata mengalir dari mata gadis itu. Dari nada bicara Naufal dia bisa merasakan bagaimana pria itu sangat khawatir.

"Kamu di mana?"

"Vacha?"

"Vac-,"

Ponsel itu di tarik paksa dari tangan Keyla.

Suara Naufal sudah tak dapat ia dengar. Farel yang merampas ponsel itu pun mulai menatap tajam ke Keyla. Kemudian membuang ponsel itu hingga terjatuh pada sofa untungnya sambungan telpon masih terhubung.

Inesperado | ✔Where stories live. Discover now