11. Hutan

3.3K 213 8
                                    

[]

Kesunyian dalam kegelapan

[]

Tepat pukul 05:00 pm Naufal sudah tiba di lokasi perkemahan dalam kegiatan ospek itu. Tidak banyak yang mengetahui kedatangannya karena Naufal memang datang ketika para mahasiswa sedang melakukan pendakian di gunung.

Naufal melangkah menghampiri Azka dan Lim yang tengah terbaring di atas rumput tanpa pengalas dengan mata yang terpejam. Naufal menendang kaki Lim sebagai kode kedatangannya.

"Sekali lagi lo nendang, gue bakal pastiin kalau lo nggak bakal natep dunia." kata Lim tanpa membuka mata.

Naufal kembali menendang kaki Lim seolah ingin membuktikan ucapan pria itu.

Lim terduduk dengan raut wajah memerah, "Ehk, tai! Lo budek apa tuli, hah?!"

Azka hanya menggerakan kepala gelisah, "Berisik lo!"

"Bangun lo, Bangke!"

"Punya masalah apalagi sih, lo?!" muak Azka.

"Lo yang punya masalah apa?!"

"Dasar bego! Di sini lo yang gangguin gue, ehk, malah lo yang marah-marah. Kan bangke."

Naufal memilih duduk di atas rumput itu, "Bacot!"

Lim dan Azka kompak menoleh ke arah Naufal. Jangan tanyakan kekagetan mereka ketika melihat pria itu. Naufal sudah seperti cenayang yang muncul secara tiba-tiba tanpa ada laporan.

Lim dan Azka sesekali mengedipkan mata lalu saling menatap satu sama lain sementara Naufal malah duduk dengan tenang sembari menatap satu persatu tenda yang terlihat tak berpenghuni.

Naufal menoleh ke arah dua manusia itu, "Ngapain?" herannya.

"L-lo, kapan datangnya?" tanya Azka heran.

"Ngapain di sini? Emang lo udah baikan?" kini pertanyaan itu berasal dari Lim.

Naufal membuang nafas kasar, "Rencana yang udah gue susun masih kalian ingat, kan?"

Siapa yang akan menjawab jika Semua sama-sama memberikan pertanyaan? Terlihat aneh, tapi inilah mereka.

Di menit berikutnya satu persatu mahasiswa mulai menampakkan batang hidungnya sementara Naufal lebih memilih membaringkan tubuh di dalam tendan. Rupanya perjalan dari Jakarta ke Jogja cukup menguras tenaga pria itu.

❄❄❄

Malam tiba, di sini Vacha mulai terduduk di depan api yang sedang menyala. Setiap mahasiswa juga melakukan hal yang sama, mereka hanya terduduk di depan tenda masing-masing, tidak membuat lingkaran di depan api karena ini memang bukan waktunya melakukan kegiatan itu.

Sekitar beberapa menit lagi mereka akan melakukan tamasya keliling hutan sesuai arahan panitia ospek. Ini bukan tamasya yang membawa kebahagian tapi ini justru membawa ketakutan. Terlebih lagi Vacha yang sedari tadi terlihat gelisah ditambah keringat dingin yang mulai muncul di keningnya.

Pembagian kelompok sudah selesai. Setiap kelompok terdiri dari 6 orang. Vacha berada di kelompok 5 bersama Camberli, Siska, Andi, Aldi, dan juga Roy. Bukan hanya itu, setiap kelompok juga memiliki satu panitia yang akan menemani, kebetulan kelompok Vacha dipegang oleh David.

Setelah lama menunggu akhirnya suara Lim terdengar sedang mengumumkan bahwa semua peserta di harap berkumpul. Perasaan Vacha-pun semakin panik. Takut akan sesuatu yang entah itu apa.

"Lo nggak papa kan, Cha?" tanya Camberli menyadari kegugupan Vacha.

"Gue takut."

Siska menepuk pundak Vacha, "Sabar Cha."

Inesperado | ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora