28. RS Wijaya

2.8K 190 21
                                    

"Kamu tahu mengapa manusia dilahirkan ke permukaan bumi?" kata Naufal menatap dalam ke mata Vacha.

"Karena wajib merasakan nikmat dunia," jawab Vacha santai.

"Dan untuk diuji," sambung Naufal.

"Seperti di akhir semester,"

"Dan seperti kisah kita berdua."

Vacha mengernyit heran ketika mendengar itu. Vacha tidak tahu kisah mana yang Naufal katakan tapi bola mata milik pria itu berhasil mengguncinya. Membuatnya terasa tergembok dan susah untuk keluar. Mata itu menyirat sebuah ketulusan. Rasa kasih sayang terpancar dengan jelas pada tatapan itu.

Vacha dan Naufal sedang terduduk di taman kampus. Mereka tidak berdua, di tempat itu juga ada beberapa mahasiswa yang sedang membaca buku. Namun jarak mereka tentunya berjauhan. Siang ini matahari tertutupi oleh awan tebal membuat suasana sore tercipta. Naufal masih terus menatap mata Vacha seolah dengan menatap gadis itu dia bisa menjagannya dengan aman.

"Jika ternyata kau bukan jodoh ku maka izinkan aku untuk mengubah kenyataan itu,"

Vacha menelan ludah dengan susah payah.

"Jika ternyata nama ku tak dapat terukir di dalam sana maka izinkan aku mengukirnya sendiri,"

Vacha mulai merasakan sesak.

"Cha,"

Vacha tidak menjawab. Gadis itu masih berusaha mengatur ritmit jantungnya yang mulai tidak seirama dengan jarung jam.

"Vacha,"

"Y-ya?"

"Kamu kepanasan?"

Vacha menggeleng.

"Kalau nggak tahan ya nggak usah dipaksain. Aku tahu aku ini ganteng makanya kamu nggak bisa berpaling,"

Vacha melongo dibalas kedipan mata kiri dari Naufal.

"Basi tahu nggak!"

"Tapi suka kan?"

"Kata siapa?"

"Kata mata mu,"

"Emang mata bisa bicara?"

"Mata mu selalu mengirim narkoba ke mata ku, membuatnya kecanduan untuk terus menatapnya."

"Ngarang," Vacha berdiri dari duduknya, "Gue mau pulang pak sopir," lanjutnya yang di jawab hormat dari Naufal.

Dasar aneh. Cerca Vacha dalam hati. Mungkin hanya Naufal yang terlihat berbinar ketika dikatai sopir. Jika ingin mencari sopir yang pas lebih baik kalian mengangkat Naufal, dijamin berpengalaman dan sabar, kata Vacha yang lebih dulu berjalan meninggalkan pria itu.

❄❄❄

Sesampai di rumah, Vacha tidak banyak bercakap dengan Naufal karena pria itu terlihat terburu-buru. Vacha juga tidak ingin membuang-buang waktu karena sekarang gadis itu ingin memulai mencari masalalunya sendiri. Vacha memasuki rumah dengan langkah santai.

Seperti sebuah dukungan, kedua orang tuanya tidak berada di rumah. Vacha melangkah dengan semangat memasuki kamar yang terletak di lantai satu. Berdekatan dengan tangga. Kamarnya tak dikunci sehingga Vacha bisa dengan leluasa menerobos ke dalam. Sangat aneh, ini kamar orang tuanya tapi dia justru merasa ini kamar orang asing karena harus masuk seperti pencuri.

Tangan itu mulai menggeleda lemari.

"Maaf, ini semua Vacha lakuin karena kalian tidak mau membantu Vacha,"

Dibukanya sebuah laci yang terdapat di dalam lemari. Tumpukan berkas menyambut penglihatan Vacha. Gadis itu mulai mengeluarkan semua berkas, menyimpannya di atas kasur lalu mulai membaca isinya.

Inesperado | ✔Where stories live. Discover now