5. Senior

3.9K 229 12
                                    

[]
Senior bukan dewa yang selalu benar

Namun junior bukan tamu yang harus diladeni dengan nyaman
[]

"Keyla?" Nenek menggeleng tak percaya melihat sosok yang berdiri di ambang pintu.

Keheranan nenek tidak kalah dengan keheranan Naufal. Vacha_ gadis yang baru hari ini mempermalukannya malah datang ke kerajaannya seorang diri tanpa undangan. Lagi, Naufal berpikir, mungkinkah gadis ini akan selalu hadir di kehidupannya dan berusaha membuka luka lama atau ini hanya kebetulan?

Nenek hendak saja maju lalu memeluk tubuh Vacha namun, Naufal lebih dulu mengajak mereka untuk duduk di kursi ruang tamu lalu memerintah Bi lastri_pembantu rumah tangga untuk memberikan minuman kepada tamunya ini.

Nenek tak kunjung mengalihkan pendangannya dari Vacha, "Sekarang nenek butuh penjelasan, jangan bilang ini semua permainan kalian berdua?"

"Hah?!" kerutan tebal mulai muncul di kening Vacha.

Naufal menghembuskan nafas kasar, "Dia Vacha,"

Sebelah alis nenek terangkat, "Nenek tidak mengerti."

"Dia Vacha, bukan Keyla." ulang Naufal.

"Jadi, dia bukan nak Keyla?" heran Nenek dengan gelengan tak percaya.

Vacha mengangguk cepat.

Nenek menatap Vacha. "Tapi, kamu pacar Naufal, kan?"

"Pacar?" heran Vacha kemudian menoleh menatap Naufal yang duduk di kursi samping kirinya.

"Ya," jawab Naufal tanpa membalas tatapan Vacha.

Kobaran api serasa menghiasi keliling Vacha, Vacha berpikir mungkin ini salah satu alasan papa melarangnya untuk keluar rumah. Orang-orang di dunia ini ternyata banyak yang tidak waras, contohnya keluarga yang sekarang ada di hadapannya ini.

Pandangan Vacha tidak henti-hentinya mengarah ke Naufal, entah mengapa mulutnya terasa terkunci bahkan untuk mengucapkan kalimat penolakan saja serasa sangat berat. Pria yang dia tatap justru tidak ada niat sama sekali membalas tatapan itu atau bahkan memberikan sedikit jawaban.

"Tunggu-," ucapan Vacha tergantung ketika ponselnya kembali berdering,

Papa Bos Calling

Tiga menit, waktu yang sangat singkat yang dia gunakan untuk bercakap dengan lawan bicaranya yang ada di balik telpon. Setelah sambungan terputus Vacha kembali ke dunia nyatanya yaitu berbincang dengan orang baru serta membahasan hal-hal yang tidak masuk akal.

"Sepertinya saya harus pulang sekarang," kata Vacha menjawab tatapan yang diberikan oleh Nenek.

"Kenapa terburu-buru sekali?"

"Ada urusan, Nek." jawab Vacha dengan sopan.

"Yaudah, Naufal buruan anterin Nak Vacha,"

"Nggak usah, saya dijemput kok." tolak Vacha

"Suruh penjemputmu pulang, masa kerumah pacar tapi pulangnya dijemput sama sopir."

Bukan sopir, tapi penjemputku dari tadi udah ada di luar. Ralatnya dalam hati

Bodohnya mulut Vacha malah membisu, hanya bisa berbicara dalam hati tanpa mampu untuk mengeluarkan. Sampai akhirnya dia sudah duduk di dalam mobil milik Naufal, bahkan mobil mulai berjalan melewati mobil Gisel yang terparkir di dekat pagar tetapi Vacha tetap bungkam. Masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

"Di mana?" tanya Naufal memecahkan keheningan yang terjadi di dalam mobil.

Suara berat itu akhirnya berhasil menghentikan kebisuan Vacha. Vacha menggeleng lalu memukul jidatnya, "Ya ampun. Putar balik."

Inesperado | ✔Where stories live. Discover now