Ch 18

1.7K 118 5
                                    

Naruto membantingkan badannya di kasur king size miliknya, mengambil laptop dan melihat denah pembangunan kantor pemerintah yang baru, karna tadi wakil presiden mengatakan kalau dia sudah mengirimkan dena-nya lewat email. tampak dari wajah pemuda ini kalau dia sedang berpikir keras, apakah pembangunan ini tidak akan merugikan rakyatnya? karna dilihat dari denah ini sangat luas dan tinggi bangunan ini sudah di pastikan akan menghalangi sinar matahari bagi rumah warga yang tepat berada di samping-samping bangunan ini jika di bangun, mengingat tanah yang tersedia berada di daerah yang banyak penduduknya.

kring-kring

Suara ponsel milik Naruto berbunyi menandakan ada panggilan masuk 'Wakil Inuzuka Kiba' nama itulah yang tertera di ponsel miliknya.

"hallo"

"haloo Naruto, bagaimana? pembangunan sudah bisa di lakukan kapan?"tanya Kiba dari seberang sana.

"belum bisa! perbaiki denahnya, tinggi bangunan ini di kurangin, kalian pikir ini mau bangun hotel?!"balas Naruto, sontak membuat Kiba kaget.

"Selow bro, iya-iya nanti aku sampaikan sama arsitektur nya, huh!"balas Kiba dan langsung mematikan ponselnya merasa kesal karena gagal mengimajinasikan kantor pemerintahan yang megah dan nyaman.

Naruto menarik nafas lelah, dia tau pasti gambaran denah itu atas permintaan Kiba ia sangat tau itu.

Kring Kring

Ponsel Naruto berdering lagi, Naruto mengambil ponselnya lagi dengan rasa malas karena baru saja dia mau pergi ke alam mimpi tapi sudah di ganggu sama orang yang tak ia ketahui siapa yang memanggil, yah pasalnya sang pemanggil belum ada di kontak Naruto artinya nomor tak dikenal.

"Hallo"

"Hallo, pa-pak presiden. apa be-benar ini dengan... pak presiden Namikaze Naruto?"tanya seseorang di seberang sana, tunggu! suara ini tampak sangat dikenali Naruto.

"iya benar, ini dengan siapa yah?"tanya Naruto ingin memastikan kalau benar-benar dia yang menelepon.

"i-ini Hinata, pak"jawab Hinata

seketika muncul senyuman lebar dibibir Naruto entah apa yang merasuki dirinya sampai dia bisa merasa senang seperti ini di telfon Hinata.

"Ah. yah, Hinata ada apa?"tanya Naruto dengan wajah gembira, tapi sayangnya tidak bisa di lihat Hinata

"apa besok bapak punya waktu sengang?"tanya Hinata, terdengar sekali suara gadis indigo ini sangat gugup dan canggung

"tentu saja, besok jam satu siang aku punya waktu lowong"jawab Naruto

"emmh, kalau begitu.. kita bisa ketemuan pak jam 1 di butik tempat aku bekerja? ada yang ingin aku berikan,"ucap Hinata kikuk, gak tau kenapa dirinya lebih gugup ngomong lewat telfon daripada langsung, sangat aneh bukan?

Naruto lompat-lompat di kasur saking senangnya diajak Hinata ketemuan dia merasa ini merupakan anugrah yang terindah dari Tuhan, "iya, bisa Hinata"jawab Naruto

"baiklah, terima kasih pak, aku tutup telfonnya"

"iya" Tuut setelah mendapat jawaban Hinata langsung mematikan telfonnya

Naruto kembali lompat-lompat girang di kasurnya belum pernah dia sebahagia ini, setelah capek lompat diapun membaringkan tubuhnya sembari menatap atap kamarnya senyum-senyum seakan dia melihat wajah Hinata. "Indahnya hidup ini, kalau terus-terusan di ajak Hinata ketemuan, lebih indah lagi aku dapat nomor Hinata tanpa perlu susah-susah ku minta langsung padanya, "gumam Naruto. tersenyum-senyum gaje tanpa memakai selimut memperlihatkan celana pendek bergambar sincan, jangan tanya kemana selimutnya? karna saking bahagia selimutnya sudah dia lemparkan ke lantai dan berada jauh dari tempat tidur, malangnya nasib mu selimut.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang