Bab 1 - Shining Star

1K 61 18
                                    

Tidak semua orang bisa memahami kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tidak semua orang bisa memahami kamu. Mereka hanya tahu sekilas, tanpa mau memperjelas. Tapi itu bukan masalah. Kamu tidak hidup untuk membuat mereka paham.

💫💫

Alma berjalan santai dengan senyum merekah. Cewek dengan rok jauh di atas lutut itu masih mesam-esem sambil melewati beberapa siswa yang memandangnya aneh. Tapi jelas sekali kalau Alma tidak peduli. Mau dipandang aneh, sinis, atau bahkan dipandang jijik sekalipun, Alma masa bodo.

Bukannya masuk ke kelasnya—11 Bahasa 1, Alma justru meneruskan langkahnya hingga sampai di kelas 11 IPA 3. Sekedar Informasi, di SMA Handayani ini setiap tingkat kelas terbagi menjadi duabelas kelas-yang terdiri dari dua kelas Bahasa, tujuh kelas IPA dan tiga kelas IPS. Cewek itu semakin girang saat melihat orang yang ia cari tampak duduk di bangku pojok depan dengan kaki terangkat ke laci meja. Pandangannnya tertuju pada ponsel.

"Pagi, Ganteng!" sapa Alma setelah sampai di depan meja orang tersebut.

Namun, sapaan Alma tak mendapat balasan. Orang itu masih sibuk memandang layar ponselnya.

Dengan kesal, Alma merebut ponsel orang itu dan mengulang sapaannya. "Pagi, Ganteng!"

Alma melebarkan cengirannya ketika Bintang mulai memandang jengkel kearahnya.

"Ngapain lo?" tanya Bintang dengan ketus.

"Mau nyamperin Bintang Abimas yang gantengnya sampe planet Mars," sahut Alma sambil merentangkan tangan, seolah memperagakan seberapa jauh Mars dengan Bumi. "Gue hampir seminggu gak masuk, lo gak kangen gue gitu?"

"Gak! Balikin hape gue." Bintang menanggapi masih dengan ketus.

"Masa sih gak kangen?" Alma memajukan tubuhnya hingga wajah mereka begitu dekat. Tangan cewek itu bertumpu pada meja.

Bintang reflek memundurkan tubuhnya.

"Aduh-aduh Mas Bintang pagi-pagi udah dapet sarapan aja nih!" seru Wendi—cowok yang duduk tepat di belakang Bintang.

Cowok itu berdecak. "Diem!" tukas Bintang sambil melirik tajam Wendi. Yang dipelototi bukannya takut malah cemgengesan. "Iya deh. Kenyangin aja dulu sarapannya."

"Ini bukan kelas lo. Mending lo balik ke kelas lo sendiri," ujar Bintang sambil mendorong kening Alma.

Alma menegakkan tubuhnya, menatap Bintang dengan bibir menekuk. Tapi, di lima detik berikutnya, wajah Alma kembali sumringah.

"Oke, gue bakal balik ke kelas. Tapi sebelumnya, terima ini dulu." Alma menyodorkan sebuah surat yang dilipat menjadi kecil. "Dibaca, dihayati, dimasukin kehati—kata-katanya bukan kertasnya. Harapannya sih setelah baca ini, lo bisa peka, hehe... "

Bintang tak menolak maupun mengiyakan permintaan Alma. Cowok itu langsung memasukkan surat pemberian dari Alma tadi ke saku celananya. "Nanti, gue baca."

Astrophile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang