31 - PART 2

12 2 0
                                    

Man Ho duduk celingukan di kursi tunggu kantor polisi. Mulai dari tempat kejadian, dia terus mengawal Seol Ah: menemaninya di dalam mobil gawat darurat, menungguinya diobati dan mendengarkan analisa dokter tentang keadaan tubuh Seol Ah—ternyata Seol Ah terkena radiasi nuklir dan katanya lukanya itu akan membekas untuk selamanya! Ah, Man Ho sungguh merasa prihatin atas itu, dan sekarang dia mengantar Seol Ah ke kantor polisi untuk memberikan penjelasan tentang segala yang terjadi di tempat kejadian.

Seol Ah datang.

“Sudah selesai?” Man Ho langsung berdiri dan menanyainya. Dia menggiring Seol Ah untuk duduk dulu di kursi sebelum mereka membubarkan diri.

Seol Ah benar-benar terlihat lelah. Man Ho tak tega menanyainya, tapi ...

“Kakak sepupuku bersekutu dengan Korea Utara,” Seol Ah bercerita tanpa ditanya. “Dia mata-mata, dan dia akan meledakan kota dengan bom nuklir yang sedang dirakitnya. Aku memergokinya dan mengancam akan melaporkannya pada polisi, karena itulah dia menyanderaku di dalam bangunan tua itu. Di sanalah dia merakit bom nuklir itu.”

Man Ho menganga gagap. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan dalam keadaan seperti ini, entah takjub, keren, benci, atau lainnya.

Seol Ah memandangi lengannya yang sebagian besar ditutupi perban. Dia mendesah, mencoba mengalihkan perhatian Man Ho dari cerita karangan tadi ke keadaan dirinya yang menyedihkan.

Man Ho mudah terpengaruh. Dia bicara, “Hey, Jung Seol Ah, menurut dokter lukamu itu akan meninggalkan bekas. Bagaimana ini? Kau kan cantik.”

Mendengar itu, Seol Ah agak tersipu. “Untungnya wajahku tidak kenapa-napa, benar kan?” Seol Ah memamerkan wajahnya yang mulus tanpa cacat. Dia hanya sangat menyesali lengannya dan sebagian kecil kakinya yang tak lolos dari paparan radiasi. Tapi ini lebih baik daripada mati, Seol Ah menghibur diri sendiri.

“Tapi,” kata Man Ho, “Ada apa dengan jumlah protein yang tinggi dalam tubuhmu itu? Itu bukan akibat dari radiasi, kata dokter. Kau makan sesuatu?” Man Ho selalu ingin tahu kalau soal makanan.

Seol Ah tersipu. Itu karena Jin Hee memberinya kapsul makanan. Sayang, Seol Ah tidak bisa mengatakan tentang benda itu pada Man Ho. “Selama disekap, aku terus diberi daging sapi dan susu kedelai,” jawab Seol Ah, jujur.

“Kenapa?” Man Ho merasa itu terlalu mewah untuk dimakan oleh seseorang yang sedang disandera.

“Walau bagaimanapun kan kami itu sepupu,” Seol Ah menjawabnya dengan praktis, dan Man Ho setuju saja untuk itu.

Man Ho mengangguk-angguk, lalu, “Bagaimana? Kau mau kuantar pulang sekarang? Aku siap.”

Seol Ah berpikir. “Bagaimana kalau ... kita ke tempatnya Joon-i Sunbae?” usulnya, karena dia penasaran tentang Joon dan Jin Hee juga kelanjutan nasib Leon.

“Indekos-nya Sunbae, maksudmu?” Man Ho memastikan.

Seol Ah mengangguk.

“Mau apa?” Man Ho tak mengerti, lalu otaknya bekerja dengan sangat manis. Katanya, “Oh, benar! Kau tidak boleh pulang ke rumahmu. Mungkin Profesor Jung ada di sana, kan? Ya! Tapi kenapa harus Joon-i Sunbae? Aku ini kan temanmu. Kita se-angkatan, benar? Menginap saja di tempatku untuk sementara sampai Profesor Jung tertangkap, bagaimana?” Man Ho benar-benar baik hati.

Seol Ah sangat berterima kasih untuk tawaran itu, tapi—

“Kalau itu, aku tidak setuju.” Joon muncul dari arah kiri dan langsung duduk di sebelah Seol Ah. Dia membolak-balik lengan Seol Ah yang diperban dan mengintip kakinya yang diplester di beberapa tempat. Joon meringis untuk itu.

LOVE IN THE EARTHWhere stories live. Discover now