18 - PART 2

16 3 0
                                    

Jin Hee tiba di gerbang rumah Seol Ah yang tinggi. Gerbang itu terbuka dan Jin Hee memasukinya begitu saja. Dia berjalan dengan secepat mungkin. Dia ingin segera memastikan bahwa Seol Ah baik-baik saja, tapi pintu rumah tak bisa dilewatinya. Seol Ah tak mengizinkan pintu itu dibuka untuk Jin Hee yang telah menjelekan kakak sepupunya dengan perkataan yang luar biasa konyol.

“Seol Ah! Jung Seol Ah, buka pintunya. Kau harus mendengarkanku. Jung Seol Ah!” Jin Hee terus berteriak sambil berjinjit-jinjit di depan pintu. Dia benar-benar harus meyakinkan Seol Ah untuk keluar dari rumah ini.

“Kenapa tidak berteleportasi saja?” usul suara yang tak asing. Leon tiba di teras untuk menyambut kedatangan Jin Hee.

Jin Hee tidak akan takut padanya.

Leher Leon menggeliat. Katanya, “Oh, saat panik kalian tidak bisa berteleportasi, kan, ya? Aku hampir lupa tentang itu. Maaf. Kalau begitu, teruskanlah berteriaknya. Aku akan pergi.”

“Tunggu,” kata Jin Hee.

Leon tersenyum licik. Dia berbisik genit, “Kenapa? Pertemuan tadi tidak memuaskanmu? Kau sudah rindu ingin bertemu denganku ya?”

Jin Hee berusaha untuk menahan diri. “Seol Ah. Biarkan dia, jangan bunuh dia.” Ini adalah perintah.
Bibir Leon menyungging miring. “Cih, kenapa aku harus membiarkannya tetap hidup? Dia itu menyulitkan. Tak jarang aku jadi repot karenanya. Aku akan dapat apa kalau membiarkannya hidup?” Leon memainkan kedua bahunya.

“Aku,” jawab Jin Hee, dengan berani.

“Apa?” Ada tawa dalam ucap Leon ini.

Dengan segenap keberaniannya, Jin Hee berkata, “Lepaskan Seol Ah, dan kau boleh memanfaatkanku untuk apa pun itu. Aku tidak keberatan. Aku janji.”

Mata Leon menyipit.

“Keluarkan Seol Ah dari rumah ini,” Jin Hee mengeluarkan perintah lagi.

“Wow, kalau itu akan sedikit sulit,” kata Leon. “Kau ingin aku membiarkannya tetap hidup, tapi dia harus keluar dari rumah ini. Lalu bagaimana dengan Profesor Jung Ji Sub? Dia dikenal sebagai pria yang baik hati.”

“Kalau begitu, berbaik hatilah. Jadilah baik dan lepaskan Seol Ah.” Jin Hee benar-benar serius saat mengatakannya.

Tawa kecil menyungging lagi di bibir Leon. “Inilah bodohnya kalian, para Pleiadian. Kenapa kalian begitu memikirkan keselamatan dan kesejahteraan makhluk lain? Bahkan rela mengorbankan diri sendiri. Seol Ah itu siapa? Dia itu tidak pernah diciptakan, dia hanya dibuat. Oleh tanganku yang sudah bersih dari sisik ini.” Leon bangga pada dirinya sendiri.

“Jangan salah,” kata Jin Hee, “Seol Ah itu—”

“Oke, baiklah,” potong Leon, keras. “Aku akan lupakan L7 dan beralih pada L2. Lagi pula memang itulah tujuanku, TAPI hadiah yang kujanjikan itu tidak akan kuberikan padamu ya?”

“Aku TIDAK BUTUH hadiah darimu,” Jin Hee tegas.

“Wow, tenang. Ayo ikut aku,” kata Leon, sambil menunjuk ke arah gerbang yang tak terlihat dari teras ini. Dia perlu mengangguk satu kali lagi, ke arah gerbang, sebelum Jin Hee benar-benar mau mengikutinya.

Dari jendela lantai dua, Seol Ah melihat Jin Hee mengikuti kakak sepupunya berjalan menuju gerbang. Apa yang akan dia lakukan pada Ji Sub Oppa? Dia tidak benar-benar gila, kan?

LOVE IN THE EARTHWhere stories live. Discover now