05 - PART 3

22 4 0
                                    

"Aneh nih," gumam Joon sambil memegangi perutnya. Dia sudah berada di kantin kampus untuk makan, tapi meski menu yang ditawarkan cukup menggiurkan, dia sama sekali tak tertarik untuk makan.

Joon berpikir: 'Aku ingin makan, tapi tidak lapar. Jelas-jelas belum makan apa pun, tapi rasanya aku bahkan bisa mendorong bus sekalipun. Aneh. Sangat aneh.'

Akhirnya Joon memutuskan untuk tidak makan. Joon melenggang menuju perpustakaan dengan penuh semangat. Padahal biasanya dia tidak pernah se-semangat ini saat melenggang menuju perpustakaan. Joon akan mengerjakan tugasnya sampai selesai hari ini juga.

Tanpa membawa roti, camilan, atau pun minuman, Joon membolak-balik berbagai buku selama berjam-jam di perpustakaan. Meski Joon tergolong mahasiswa yang menggunakan otak, tapi biasanya dia tidak pernah bertahan di perpustakaan lebih dari dua jam. Joon heran dan senang akan hal itu. Tugasnya pun benar-benar selesai hari ini.

Joon menggeliat di kursi.

Melihat perpustakaan sepi, Joon pun sadar bahwa malam telah dimulai dan ADA YANG TERKUNCI SEHARIAN DI KAMAR KOSNYA. Dia tidak punya roti, camilan, atau makanan apa pun di kamar kosnya. Di sana hanya ada galon air yang isinya sudah tidak banyak. Joon harus buru-buru pulang!

Joon bisa membayangkan betapa menderitanya orang itu. Terkunci seharian di kamar orang asing, tanpa makanan, hampir tanpa minuman, pasti rasanya sesak dan stress sekali. Joon bergerak secepat mungkin agar bisa segera sampai di indekosnya yang untungnya tidak jauh dari kampus dan tak perlu naik kendaraan.

Keluar area kampus lewat gerbang depan, mata Joon menangkap keberadaan mini market yang begitu terang bagian dalamnya. Ah, dia harus membeli makanan. Joon segera memasuki mini market itu dan mengambil sembarang makanan instan yang bisa dia masak di kamar kosnya dan camilan dan minuman dingin. Bukan untuk dirinya, tapi untuk gadis yang tak sengaja terkurung karena dirinya. Joon merasa bersalah.

Joon memijit kode pintu dengan amat terburu-buru. Dan begitu pintu itu terbuka, dia dikejutkan oleh sesuatu yang berterbangan di depan mata: sebuah benda berwarna abu berbentuk seperti tabung dan kelihatannya cukup keras. Benda itu mendarat cepat sekali di lantai, seolah terjatuh.

Sepertinya Joon pernah melihat benda itu, pikirnya. Tapi Joon segera menyingkirkan pemikiran tidak penting itu. Dia masuk ke kamarnya tanpa menutup pintu, membongkar kantong plastik belanjaannya di mejanya sambil mengoceh tentang sesak, stress, dan maaf atas semua itu pada L2. Lalu Joon menyadari sesuatu, "Kau ... jangan bilang kau tidak bergerak sedikit pun dari tempat berdirimu itu sejak kutinggalkan kau tadi pagi?"

L2 hanya berkedip, polos.

"Apa saja yang kau lakukan seharian ini?" tanya Joon, sungguh ingin tahu.
'Berdiri di sini,' kata L2.

"EH?" Joon benar-benar kaget. Dia mendekat untuk melihat keadaan L2, tapi tak menyentuhnya sama sekali. "Kau tidak apa-apa? Kakimu tidak sakit?" tanyanya, heran.

L2 tak menjawab. Lalu DUK, kaki Joon tak sengaja menendang benda yang melayang-layang tadi. Joon tak begitu kesakitan karenanya, sedangkan benda itu jadi terguling di lantai. L2 menarik benda itu ke telapak tangannya.

"Itu apa?" tanya Joon, ingin tahu. Seingatnya, dia tidak pernah memiliki benda semacam itu juga tidak pernah tahu Jung Shin memilikinya.

'Ini partikel debu, kapsul debu,' jawab L2, sambil memandangi benda abu itu.

Dahi Joon mengernyit.

L2 menjelaskan, 'Karena kau bilang aku tidak boleh ke mana-mana dan aku melihat banyak sekali partikel debu yang berterbangan, aku mengumpulkannya dan membentuknya jadi seperti ini. Aku juga menghitungnya. Kau tahu berapa jumlahnya ini? Ini-'

LOVE IN THE EARTHWhere stories live. Discover now