Di Korea Selatan sangat sulit membuka toko ayam. Biasanya mereka merelakan rumahnya atau semua harta yang mereka punya agar memiliki satu toko ayam. Kalau sukses besar keuntungannya bisa berkali-kali lipat. Tetapi kalau tidak ada pembeli mereka harus bersiap-siap menggelandang.

Seokjin tertawa lebar. Setelah itu Yeji memberanikan diri ikut tertawa. "Pasti terdengar aneh."

"Mungkinkah itu landasanmu menjadi food vlogger?" Seokjin menaikkan kedua alisnya.

"Bisa dikatakan seperti itu."

Saat ini Seokjin tengah memandangi dengan tatapan ramah. "Jika kuperhatikan kau benar-benar lucu. Terkesan jauh dari image wajahmu."

Apa maksudnya? Apa itu artinya Seokjin mengamati wajahnya sejak tadi? Tetapi Yeji tidak membalas kata-kata tersebut.

"Kalau boleh, bisa aku melihat statistik dalam akun YouTubemu? Aku juga harus menganalisis seluruh trackmu. Mulai dari progress chart sampai track realtime di beberapa akun streaming. Selanjutnya kita bahas mengenai siaran kolaborasi perdana kita besok."

"Besok?" alis Yeji terangkat tinggi.

"Ya. Besok. Aku tidak sabar ingin melakukan kolaborasi pertama."

Hampir lupa. Seokjin memang tidak pernah tertarik melakukan kolaborasi. Bahkan dengan Broadcast Jokey cantik sekelas Ahra yang digosipkan mengincar Seokjin sejak lama.

Dewi Fortuna memang sedang dipihaknya.

***
"Jangan coba-coba sentuh ponselku lagi atau aku benar-benar akan mengirimmu ke pemakaman, Hyung." Jungkook menatap Jimin tajam sekembalinya dari toilet. Dengan kasar ia merampas benda itu dari genggaman lawan bicaranya.

Sudah cukup beberapa waktu lalu Jimin membuatnya malu karena usil mengirimkan emoji hati pada BJ favoritnya. Kini ia tidak akan membiarkan itu terjadi lagi.

Jimin mengangkat sebelah bahunya dan meraih minuman yang diletakkan bartender di meja bar. "Aku cuma memberikan bantuan kecil agar hubungan kalian berkembang."

Musik berdentum mengaburkan suara Jimin dan nyaris membuat tuli, lampu warna-warni menyorot ke segala penjuru.

"Karenamu dia mungkin saja berpikir aku yang mengirimnya."

"Itu bagus," seru Jimin meninggikan suaranya. Sesaat kemudian lelaki itu mengangkat sebelah tangannya. "Oh, tidak perlu berterima kasih."

Jungkook mendengus kesal. "Kadang-kadang aku tidak mengerti dengan perasaanku."

"Kau memang selalu tidak mengerti dengan isi hatimu," balas Jimin acuh tak acuh, suaranya sangat mulus tidak ingin mencoba menghibur temannya.

"Aku serius. Aku sudah katakan padamu aku menyukai Siyeon noona."

"Tentu. Aku masih ingat." Jimin tertawa geli. "Tapi sekeras apa pun kau mencoba, Siyeon noona bukan wanita yang dengan gampangnya melempar cinta dan mustahil membuka hati untuk orang lain." Jimin menyesap koktail sesaat dan melanjutkan, "Sebelum hatimu terluka lebih parah, aku harus mengatakan ini. Belajarlah melupakan perasaanmu padanya. Percuma memaksakan diri."

Kata-kata tadi terlalu kejam. Namun di sisi lain Jungkook juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan ucapan Jimin.

Jimin benar. Watak Siyeon memang begitu. Tidak suka diatur dan terlibat hubungan serius. Sekali pun wanita itu terikat pernikahan bukan berarti wanita itu dapat bertahan.

Mungkin itulah mengapa Jungkook menyukai Siyeon, wanita yang menikmati hidup tanpa komitmen.

Pada saat memikirkan segala hal tentang Siyeon, pikirannya mulai tertumbuk pada sosok Yeji.

StreamingWhere stories live. Discover now