US

2.1K 75 14
                                    

Apa yang membuat hidup lebih berwarna?
Mungkin bersama orang terkasih

Apa yang membuat hidup terasa berbeda?
Mungkin juga melakukan hal yang kita suka

Namun, Apa bisa hidup dalam hitam yang tak berwarna? Serta membuat nya tetap berbeda?

Kita tak pernah sadar dimana kita berada, namun kita tahu pasti bahwa Devan dan Maura berada dalam sebuah lingkaran yang penuh warna dan berbeda. Namun, warna itu, lama-lama menghitam, tak lagi cerah, tak lagi bewarta, dan rasa bahagia kian menjadi muram.

"Kak Devannnnnnn.... yuhuuuu spadaaaa.... siapa disana." Seru Maura membuat Devan tersenyum mendengar suara adik tercinta nya.
Suara riang yang ia rindukan. Kini suara itu muncul, namun ia hanya bisa mendengar, tak bisa melihat betapa cantiknya Maura saat ini. Dengan senyum polos yang dimiliki Maura.

"KakDev dah siappp belom???? Ayooo kita jalan-jalan." Ucap Maura yang kini sudah di perbolehkan berjalan.

"Tadi Ura dah izin juga. Kata dokter Silvy bole kok. Lagian kakDev kenapa nggak pulang aja sih?" Tanya Maura lagi,

"Di rumah kakDev nggak bisa ngapa-ngapain de. Yang ada kena dakwah. Kalau disini kan di rawat sama suster-suster cantik yang curi-curi kesempatan. Hahahaha" sahut Devan membuat Maura malas mendengarnya.

"Susternya katarak kali bang." Ucap Maura lalu menarik tangan Devan untuk keluar dari sarangnya.

"Kenapa sih ra, hobi banget manggil kakDev bang?" Sahut Devan berjalan keluar dari ruang inap nya.

Mereka tertawa bersama, membuat siapa pun yang melihat nya senang akan 2 penerus adam dan Hawa tersebut. Termasuk Thomas yang melihat keduannya.

Maura yang cantik, tubuh berisi yang sangat pas dibalut dengan baju rumah sakit membuat Maura semakin berbeda.
Berjalan di samping Devan yang tinggi nan tampan. Semakin membuat mereka seperti pasangan yang memang di takdirkan.

Seseorang yang hendak mengunjungi keduannya pun berhenti. Bertanya pertanyaan yang tak ada jawabannya.
"Mengapa tuhan menciptakan celah seperti itu?"

Thomas.
Ya orang itu adalah Thomas, orang yang baru saja tiba di Indonesia dan langsung menuju rumah sakit untuk mengunjungi Maura.

Ia tersenyum menyadari akan perasaannya. Namun tetap saja, sulit untuk memiliki seorang Maura.

---------------

"Kak Dev. Lusa kan kakDev operasi nih. " ucap maura duduk memandang hamparan rumput yang begitu Indah di mata nya.

"Habis itu, kakDev bisa liat dunia lagi."

Devan hanya mendengarkan apa yang sebenernya ingin adiknya utarakan tersebut.

"Tapi, bagaimana jika KakDev tidak bisa melihat Ura lagi untuk selamanya? Gimana setelah kakDev melihat cantik nya kakAsh, kakDev nggak bisa liat Ura lagi?" kali ini Ura ber ujar mentap Devan yang memandang kosong di depannya.

"Ra, bagaimana jika operasi tersebut gagal? Dan justru Ura yang gak bisa liat kakDev keluar dari ruang Operasi lagi?"
Jawab Devan memutar pertanyaan Maura.

Saat itu pula Maura menangis sangat kencang. Menghentak-hentakan kakinya. 

"Kenapa sih kakDev???" tanya Maura dalam sela tangisnya. 

"Kalau orang lain bisa membagi hidupnya dengan kakDev,  kenapa kakDev malah pesimis? "

"Kalau operasi kakDev apa operasi dia juga gagal? " tanya Maura.

Brother ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang