Hanya Ini

2.3K 78 14
                                    

Kadang kita menjalani hidup tanpa arah
Menjalani hidup tanpa beban
Melalukan hal yang menurut kita benar walau itu tidak baik.

Pada dasar nya, Hidup adalah sebuah pilihan yang akan menuntun kita kearah yang kita inginkan atau ke arah yang kita butuh kan.

Sama hal nya Maura.
Dan ia memilih untuk apa yang di ingin kan nya.

"Hallo Thomas, wie geht's?" Sapa Maura pada Thomas di sebrang sana.

"Hallo. Ich bin oke. Bist du oke?" Sahut Thomas dari sana.

"Ya, und Thomas, aku akan menjalani operasi minggu depan. Dan pernikahan kakDev juga akan di laksanakan minggu depan." Ucap Maura menatap jendela kamar inap nya.

"Maura harap Thomas bisa datang ke Indonesia untuk pernikahan KakDev." Lanjutnya.

Lama Thomas tak menyahut dari sebrang sana. Entah memikirkan apa.

Hingga Maura kembali berbicara untuk menghilangkan keheningan.
"Thomas, perlukah aku membelikan mu tiket agar kamu datang?" Saat itu nada bicara Maura sangat benar-benar menyebal kan.

"APA SIH RA.!!" sahut Thomas di sebrang sana dengan tidak santai nya.

"Secepat yang gue bisa ada disana. Und gue harus cabut dulu sekarang, nanti gue telfon lo lagi." Ucap Thomas di sebrang sana menutup sambung sepihak. Tanpa Maura tahu, bahwa Thomas langsung membeli ticket untuk keberangkatan esok hari.

Thomas tak percaya akan pilihan Maura, ia tahu apa yang sedang di alami Devan dan Maura. Dan ia pun tahu bahwa Maura akan menjadi pendonor.  Entah perasaan macam apa yang singgah dalam jiwa Thomas. Entah mengapa perasaan itu mendarat disana.

"Kenapa dia harus donorin mata nya, di saat dia tahu, hidup nya gak lama lagi??" Ucap Thomas berbicara pada sosok dokter di depannya.

Ya benar.

Saat Thomas berada tepat di hadapan dokter Lorenzo. Dokter yang menangani Maura pertama kali.

"Saat pertama saya berbicara padanya, saya tahu ia adalah gadis yang mempunyai fikiran yang berbeda." Sahut dr. Lorenzo.

"Entah mengapa saya takut akan kehilangan dirinya dok."

"Ia begitu mempunyai karakter tersendiri." Sambung Thomas.

"Kejarlah, bantu dia membuat kenangan indah." Ucap  dr. Lorenzo

"Saya akan pergi besok dok. Sekarang saya permisi." Ucap Thomas berdiri hendak meninggalkan ruangan.

"Dan terima kasih atas informasinya dok. Ya walau saya sedikit memaksa." Cengir seorang Thomas sangat menjengkelkan. Bahkan untuk dokter di hadapannya.

"Sudahlah, enyahlah dari ruangan saya. Saya masih punya janji." Sahut dr. Lorenzo dengan ramah dan senyum di bibirnya.

"Sampaikan salam saya untuk Maura." Sambung beliau.

Setelah itu Thomas pergi untuk mencari sesuatu yang akan ia bawa untuk Maura.

Dan di waktu yang bersamaan

"Devan, sepertinya kamu dapat kembali melihat indahnya dunia." Ucap seorang dokter yang tak dapat Devan lihat wajahnya.

"Alhamdulilah. Milik siapa yang  akan saya gunakan dok?" Tanya Devan penasaran.

"Atas permintaan pendonor, kami harus merahasiakan indetitas nya." Jawab dr. Tersebut.

Devan kecewa atas jawaban tersebut. Ia sangat bersyukur bahwa ia dapat kembali melihat. Namun tetap saja, ia harus tahu siapa pendonor yang berbaik hati tersebut.

Brother ComplexWhere stories live. Discover now