Kiamat kecilnya

1.9K 73 3
                                    

Spesial Maura Pov

"Lah kamu kan emang udah nerima perjodohan gila." Ashley yang kesal dengan tingkah kakak beradik di depannya ini membuat ia tak bisa menahan kata-kata umpatan. Bahkan ia mengatai Devan gila dengan gamblangnya.

"Widihhh udahhh main hina-hina an aja nih. Kalian cocok ko. Ura dukung dehh bener. Kalau bisa sebelum masa pengobatan Ura yah." Ucap ku dengan sangat semangat. Menutupi rasa sakit kala aku mengatakan hal itu.

Rasa ku untuknya bukan lah rasa yang mungkin akan hilang sewaktu-waktu. Aku sungguh mencintai nya. Pria ke2 dalam hidup ku dan benar-benar membawa perasaan ini lebih jauh. Membawa perasaan ini keluar dari zona nya, membawa rasa ini sampai dapat dikata kan Cinta. Membaca Cinta ini menjadi layaknya seorang wanita kepada seorang Pria. Bukan lagi Cinta dan perasaan antar keluarga.

"De, kakak udah hub. Prof Andrew. Dan dia akan memulai pengobatan 3 hari setelah kami tiba de." Ucap kakDevan yang sungguh perhatian. Mungkin perhatian ini adalah hal wajar untuk semua hubungan kakak beradik. Tapi saat ia mengatakannya sambil merangkul ku manja, mengecup kening ku layak nya pasangan nya. Menyalurkan rasa cinta yang cukup besar.

Aku bukan lah anak kecil lagi yang tak bisa membedakan suatu perhatian.

Sementara disana, disebrang kami, kakAsh melihat dengan pandangan yang sangat aku tahu. Sangat jelas bahwa kakAsh mulai mencintai kakDev. Entah kapan itu terjadi. Membuat aku seperti orang jahat yang memisahkan orang yang dapat bersatu.
Aku cukup sadar diri bahwa aku dan KakDev takan pernah bersama.

Aku hanya memandang kakAsh agar ia mengerti bahwa walau aku dan kakDev sedekat nadi, kami tak akan pernah bisa bersama.

Aku selalu mengingatkan kakAsh untuk selalu memperjuangkan apa yang mungkin ia dapat kan. KakAsh adalah seorang pebisnis wanita terkeren yang pernah ku temui. Dan aku yakin ia selalu tahu kapan harus mundur dan maju. Apalagi dia adalah wanita dewasa yang tahu apa yang dia perjuangkan.

"De..." ucap kakDev mencium dahi ku, karena aku tak menanggapi ucapannya.

KakDev kembali mencium ku, namun di pipi. Tapi aku masih tak menanggapinya. Dan setia memandang kecantikan kakAsh dengan sejuta pesona nya.

"Emang Ashley lebih keren dari kakDev ya?" Kini ucapan kakDev membuat ku menoleh dan memandang kakDev dengan senyum hangat yang ku miliki.

"Iya, kak. KakAsh tuh keren banget. Liat sekarang dia tidur aja masi keren kan. Aura dewasa nya tuh kerasa banget sampe jantung sini kak." Ucap ku dengan sedikit candaan yang ku punya.

"Masa kakDev harus jadi cewe dulu biar kamu liatin kayak gitu." Ucap kakDev membuat ku geli.

"Lahhh jangan dong bang Dev. Nanti saingan kita." Ucap ku memanggil nya bang.

"Bang bang bang muuu dah de." Ucap nya dengan tawa yang selalu menjadi favoritku.

Sekedar fyi aja sih, kakDev tuh gak pernah senyum sama orang lain, sama cewe-cewe yang dia bawa kerumah aja tuh susah banget. Sampe pernah pacar nya minta putus gara-gara gak pernah senyum waktu sama dia. Saat itu aku bahagia banget. Hahahahaa.....

Cukup lama kami berbicara hal hal ringan yang membuat kami saling terfokus satu sama lain. Yang membuat kami makin dekat. Bahkan membuat aku makin mencintainya.

Sampai sakit pada Dada ku tiba-tiba menghampiri. Aku menggenggap dada ini cukup kuat hingga Membuat kakDev yang menyadari itu langsung panik, menekan tombol untuk memanggil pramugari. Bahkan kakAsh yang tidur pun terbangun.

"Are u oke?" Ucap kakAsh menggenggam tanganku.

Aku tak bisa menjawab nya. Dada ku sungguh sakit. Hingga akhirnya aku pun tak sadar kan diri.

Saat aku terbangun ketika mendengar suara orang yang ku cintai terus memanggil nama ku.

"Alhamdulilah ra." Ucap kakDev begitu aku membuka mata.

Aku melihat seperti dalam sebuah kamar serta tangan ku yang terlilit jarum impus.

"Ya udah de, masih 4 jam lagi sebelum kita berhenti untuk isi bahan bakar de. Ura tidur lagi aja ya." Ucap kakDev dengan lembut. Aku melihat bekas air mata disana. Hal itu membuat menyentuh titik terlemah ku. Membuat orang tercinta ku mengeluarkan air mata berharganya hanya untuk ku.
Aku menghapus bekas air mata itu. Melihat nya sangat membuat ku lemah.

"Penyakit ini tidak pantas mendapat kan air mata." Ucap ku lemah pada kakDev

Bahkan aku juga melihat kakAsh menangis menyentuh bahu kakDev. Memberi kakDevan kekuatan.

"Istirahatlah Ra, kami akan menjagamu di luar." Ucap kakAsh meninggalkan aku dan kakDev yang masih enggan untuk bangun dari tempatnya.

KakDev menatapku dengan tatapan yang tak ku mengerti. Entah apa yang ada di kepalanya aku tak tau.

Begitu kakDev beranjak akan mengikuti jejak kakAsh ada sedikit tak rela ku menghampiri.

"Kak.." ucapku lemah memanggilnya. Aku sungguh benci sifat ku yang ini.

"Temani Ura disini ka." Ucap ku lagi.

"Ada Ashley di luar ra." Ucap kakDev kembali duduku.

"Ya sudah ka." Ucapku memunggui nya. Menyelamatkan tangan ku yang terdapat jarum imfus lebih dulu.

"Tolong tutup ya kaDev pintunya." Ucap ku kembali

Aku mendengar suara pintu yang tertutup menandakan kakDev benar-benar meninggalkan ku. Cukup untuk membuat aku mengerti akan posisi kami. Dan menghargai sang calon yang di luar sana.

Namun seluruh prasangka buruk ku hilang, ketika sebuah lengan besar memeluku erat dan sebuak kecupan pada leher ku.

"KakDev sangat takut kehilangan mu Ra. Dunia kakDev seakan sedang terjadi bencana. Layaknya kiamat kecil yang datang." Ucap kakDev di ceruk leher ku, memberikan sensasi menggelitik. Namun, basah disana mengalihkan. Membuat ku ikut mengeluarkan cairan bening itu.

"KakDev, bagaimana jika ini adalah pelukan terakhir mu?" Tanya ku entah karena apa.

"Kenapa Ura tanya begitu?" Tanya nya membalikan tubuh ku dengan hati-hati. Ku tatap matanya yang basah.

Tak pernah ku lihat wajah sendunya seperti ini. Tak pernah ku lihat dia serapuh ini. Bahkan saat perusahan ayah nyaris bangkrut kala itu.

Jika kakDev begini rapuhnya. Bagaimana dengan orang tua ku? Bagaimana dengan mereka? Memikirnya membuat ku membeluk kakDev erat. Melupakan darah yang keluar dari tanganku akibat infus yang terlepas dengan paksa. Mengingatkan ku akan penyakit ini. Mesothelioma.

****

Okeeeeeee
Und hallo leute, wie geht's? Alles gut?
(Hallo semua nya, apa kabar? Semuannya oke?)

Spesial Maura Pov, semoga kalian bisa mengerti ya bagai mana sakitnya Maura.

Terkadang hal menyakitkan perlu kita terima dan pahami agar kita terbebas.
-saya-

Oke, tunggu next an nyaaaa.
C.u
Tchüß

Brother ComplexWhere stories live. Discover now