Tertampar

568 36 16
                                    

FINALLY...

ENJOY WITH YOUR FEELING :D

***

Devan menatap adiknya dengan perasaan bersalah. Maura, dia tidak mengerti. Bagimanapun dirinya adalah seorang pria, bagaimanapun, saat ini Ia menatap Maura sendu. Berjongkong tepat di hadapan Maura.

"Apa yang telah terjadi ,Ra?" Ucap nya menggenggam lembut tangan Maura.

"Maafkan kakDev, Ra." Devan memeluk perut Maura yang masih terduduk diam disana.

Maura mengelus punggung dan rambut Devan dengan lembut. Menyalurkan perasaan terakhirnya untuk Devan.

"KakDev. KakDev gak perlu minta maaf. Maura enggak papa ko. Tadi rasannya memang aneh kak. Tapi sangat menyenangkan. Jujur." Ucapan Maura membuat Devan kembali menatap nya.

"Ura, seharusnya KakDev tidak boleh menyenyuh Ura, dek." Sahut Devan agar Maura mengerti.

"Tapi sekarang kita juga bersentuhan KakDev." Maura menggenggam tangan kakaknya dengan lembut. 

"KakDev, percayalah semua ini sudah di atur. Ini adalah sebuah cobaan yang ditulis allah untuk kita lewati. Dan Jika yang kita lakukan adalah sebuah kesalahan, pasti kita melewati sesuatu yang sangat penting." Entah apa yang ada di pikiran Maura, ia berucap begitu saja. Kalimat itu tertulis dengan rapih di otaknya. 

"Hari ini, hari bahagian kakDev. Dan ini adalah hal terakhir kakDev." sambung Maura menyentuh pipi Devan hangat. Menghapus airmata yang mengalir disana. 

Mungkin Devan ataupun Maura sangat menyesali takdir tuhan yang mereka hadapi. Perasaan yang hadir, Cinta yang dalam kepada seseorang yang tidak benar, membuat keduannya saling bertatap cukup lama. Devan mulai mendekatkan kembali wajahnya, seolah setan tengah merasukinnya, 

"Maura hanya punya ku. Hanya aku yang bisa memilikinya."

Namun, sebuah ketukan menyelamatkan dari sebuah dosa yang mungkin aja terjadi. 

"Mr Devan, waktunya kembali ke plaminan."Ucap seseorang dari luar sana. membuat Devan menggeram dalam hatinya. 

"KakDev keluarlah lebih dulu. Maura akan keluar setelah KakDev." Ucap Maura membuat Devan menatap Maura cukup lama. 

Maura menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong. Melihat hal itu membuat Devan semakin gusar. Menyesal dengan semua yang menimpa mereka. Kesal dengan alur kisah mereka. 

Devan membalikan tubuhnya menuju pintu. Keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat sulit di gambarkan. 

"Jangan ada yang memasuki kamar ini hingga 2 jam kedepan. " Ucapnya pada seseorang berbaju hitam tengah berdiri dengan tegap di depan pintu tersebut. 

Devan pergi menjauhin kamar tersebut. Ia merapihkan Jas yang ia kenakan sambil berjalan dengan tegap, menata kembali pikirannya agar tidak ada kekacauan yang ia timbulkan. 

Ini adalah hal yang tepat untuk ke duannya. Mereka tidak mungkin menentang tuhan sang pencipta mereka, Mereka juga tidak mungkin menghina apa yang telah di gariskan. 

Maura dan Devan perlu memahami hal itu, mau bagaimanapun mereka mencoba, hal itu sangat lah tidak boleh. Kita semua pun tahu itu. 

***

2 Tahun berlalu...

Maura hidup di jerman fokus pada penyakit yang ia derita sambil menunggu orang baik mendonorkan mata untuknya. Ia hidup di apartemen bersama Thomas atas izin dari orang tua Maura. Dan mengingat keluarga Stuart cukup kaya untuk Indonesia - Jerman untuk melakukan kontrol pada putrinya itu. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 12, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Brother ComplexWhere stories live. Discover now