Akhir perjalanan

1.9K 87 4
                                    


"KakDev, bagaimana jika ini adalah pelukan terakhir mu?" Tanya tanya Maura entah karena apa.

"Kenapa Ura tanya begitu?" Tanya Devan menjawab pertanyaan maura seraya membalikan tubuh Maura perlahan. Maura menatap mata Devan yang basah akan air matannya.

"Entah lah, Ura hanya merasa. Boleh Ura tidur? Rasanya Ura mengantuk." Maura menatap Devan seolah memohon.

"Ya ya. Nanti kakDev bangunin kalau kita sampai." Ucap Devan mendekap erat.

Namun firasat memang tak bisa di hiraukan. Walau memang hanya sekedar firasat. Kita tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada kita.

"Devan, Devan wake up Devan." Teriak Ashley mencoba membangunkan Devan secepat mungkin.

"Ada apa?" Devan bangun dengan bingung.

"Pesawat lost kontak. Kita harus balik ketempat duduk. Selamatin Maura lebih dulu." Ucap Ashley membantu Devan membuka infus dari tangan Maura.

Namun belum sempat mereka sampai ke tempat duduk. Pesawat bergoncang hingga mereka kelingan keseimbangan. Lampu merah kabin telah di hidup kan.
Kepala Maura sudah berdarah akibat terlepas dari gendongan Devan.

Pramugari dengan sigap membantu mereka, namun tuhan berkendak lain ketika kilat petir begitu terang dan pesawat yang mereka tumpangi jatuh dengan cepat nya.
Keadaan pesawat sudah bisa di prediksi seperti apa.

"Maura....." suara jauh terdengar memanggil Maura dan Devan.

Mereka piknik dengan damai dan tentram.
Anak-anak tertawa menambah penjelasan betapa bahagia nya mereka.

"Rara?" Maura menoleh pada seorang gadis yang memanggilnya.

Maura bangkit dari duduknya dan menghampiri Rara, seorang sahabat SMP hingga SMA nya.
"Gue kangen banget sama lo. Lo apa kabar?" Ucap Rara memeluk Maura erat. Seolah mereka terpisah begitu jauh.

"Gue juga kangen banget sama lo. Kabar gue baik Ra. Lo gimana?" Tanya Maura tak kalah senang betemu dengan seorang sahabatnya.

"Gue baik Ra. Jadi lo sama kakak lo nikah juga akhirnya?" Tanya Rara melihat Devan sedang tertawa dengan dua anak yang tampan dan cantik.

"Hahaha, iya Ra." Ucap Maura memandang Devan dan anak-anak nya.

"Gak gampang memang Ra. Gue harus kabur dulu ke Jerman sana dan banyak yang kami lalui hingga orang tua kami mengizinkan nya Ra." Lanjut Maura beralih menatap Rara.

"Gue seneng lo bahagia sama keluarga kecil lo Ra. Tapi gue harus bilang, lo gak seharusnya disini. Disini memang membuat kamu bahagia, tapi belum waktu nya lo disini Ra. Lo gak boleh lupa kalau masih ada Ashley diantara kalian. Dan lo juga sama Devan sodara kandung Ra. Lo gak boleh lupain itu. Jika orang tua lo setuju, tidak dengan tuhan Ra." Ucapan Rara adalah sebuah peringatan yang sangat menohoknya.

"Kenapa gue gak boleh bahagia Ra? Terus gue seharusnya dimana?" Ucap Maura bertanya pada Rara yang tanpa disadari semakin mejauhi Maura yang berdiri bingung dengan apa yang terjadi.

Rara menunjuk seorang wanita yang datang dengan bayi di gendongannya.

"Dia juga istri Devan, Ra." Ucap Rara sebelum benar-benar menghilang.

"Devan, kamu jahat banget ngelupain aku!!!" Marah wanita itu.

"Kamu jahat Devan. Kamu jahat. Kamu juga Maura, kalian itu sodara, kenapa kalian menika huh?!!" Maki wanita itu membuat Maura menghampiri anak nya dan memutup telinga mereka.

Brother ComplexWhere stories live. Discover now