Berjuanglah

1.9K 69 3
                                    

"Siapa?" Tanya Devan menaikan sebelah alisnya.

"Maura dan Ashl-" jawaban Zac terhenti begitu pintu kamar Maura terbuka dan sosok Ashley disana.

"Sepertinya sudah selesai." Ucap Zac mengembalika  acara tatapan mata antara Devan dan Ashley yang mencoba berkomunikasi. Namun gagal.

"Dev, pesawat daddy udah siap." Ashley membuka pembicaraan lebih dahulu.

"Hmm?? Ah ya." Sahut Devan.

"Ya, dan juga rumah sakit sudah di hubungi untuk pemindahan atas nama Maura oleh tuan Stuart." Zac menambahi.

"Oke, langsung saja pemulangannya. Biar nanti orang saya yang mengemasi barang-barang kita." Ucap Devan menatap Ashley dan di angguki nya.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk persiapan mereka kembali ke Indonesi.

Sebelum Maura benar-benar mesuk ke dalam Pesawat pribadi milik ayah Ashley, ia menatap Thomas, dan Thomas mengganggukinya dengan senyum yang mulai Maura sukai.

Devan dan Ashley pamit pada mereka semua yang ada disana.

"Saya akan hubungi kamu begitu mendapat kan Dokter yang dapat menyembuhkan Maura." Ucap Zac

"Terima kasih." Singkat Devan.

Ashley merangkul Devan hangat. Merangkul Devan lembut, menyalurkan kehangatan, semangat, serta kekuatan.

Maura yang sudah naik lebih dulu, dan melihat itu hanya tersenyum sakit, pedih dan entah lah. Seakan mengingatkan akan Cinta yang ternyata sangat membuat nya hancur dan tak seharusnya ada.

FLASHBACK ON

Ketika Thomas mengajak Devan untuk berbicara serta memberikan sebuah surat yang sangat misterius. Ashley masuk guna untuk menemani Maura yang ternyata tidak tertidur. Tapi justru sedang bermain smartphone kesayangannya.

"Kok kamu gak istirahat sih Ra?" Tanya Ashley seraya berjalan menghampiri Maura.

"Loh kak Ash, kapan masuk? Udah kayak mahkluk kasat mata aja sih." Ucap Maura mengalihkan mata nya untuk melihat Ashley.

"Tadinya sih gue mau nemenin lo, yang tak berdaya." Sahut Ashley duduk di samping Maura.

"Yaelah ka, ura tuh masih bisa jalan, masih bisa makan, masi bisa jalan-jalan. Ya walaupun harus izin dokter lah, bawa obat kemana-mana. Tapi kan Maura masih bisa ngelakuin apa yang Ura mau." Ucap Maura tak terima dikatakan demikian.

Ia terlalu dewasa menyikapi apa yang terjadi. Terlalu menutupi dengan topeng yang hebat dan tebal.

"Selagi kaka disini. Boleh Maura ngobrol santai nan serius sama kakak? Karena ya mungkin kita bakal susah dapet timing berdua kek gini lagi." Ucap Maura kemudian.

"Kok perasaan gue kaga enak ya?" Guman Ashley yang terdengar Maura dan membuatnya tertawa.

"Hahahahha. Kan serius nan santai uraa bilang ka." Maura tak kunjung berhenti dari tawa nya. Bahkan menurut Ashley tak lucu sama sekali.

Seolah mengatakan bahwa Tawa Maura adalah tawa palsu yang ingin disampaikan agar orang melihatnya baik-baik saja.

"Mau bilang apa?" Tanya Ashley setelah tawa Maura mereda.

"Menikah dengan kakDev ya ka." Maura menatap Ashley serius. Tatapan itu membuat lawan bicara nya mengikuti alur yang Maura buat.

Ashley masih tak mengerti atas dasar apa Maura memintanya demikian.

Brother ComplexWhere stories live. Discover now