Chapter 28 | Ali dan Fatimah

21.2K 1.6K 58
                                    

Kalau nggak ada halangan, aku update cepet kok XD

★★★

"Adrian, Alivia mencintaimu."

Uhuk!!

Adrian yang sedang menyesap kopinya, sontak langsung tersedak ketika mendengar ucapan Fatimah. Ia, menghela napas pelan sambil beristigfhar dalam hati. Mata birunya memicing sejenak, menatap Fatimah dengan gurat yang tidak bisa ia jelaskan.

"Maksudmu?" tanya Adrian pada Fatimah.

Fatimah berdecak pelan, ia tampak mengambil sesuatu dari dalam tas hitam kumuhnya. "Ini," ucap Fatimah sambil menyodorkan sebuah buku diary berwarna cokelat pada Adrian.

Adrian mengangkatkan sebelah alisnya. "Diary?" tanya Adrian.

Fatimah mengangguk. "Bacalah, kau akan mengatahui semuanya di dalam sana," jawab Fatimah.

Adrian terdiam sejenak, ia menatap Arsen yang hanya sedang bersender pada kursi sambil sesekali ikut menyesap kopinya. Sementara Ali, sedari tadi hanya mampu teridiam sambil matanya tak pernah berhenti memandang Fatimah. Adrian mengerti posisi Ali sekarang. Pria itu, pasti ingin sekali memeluk Fatimah untuk sekedar melepas rindunya pada sang Adik yang selama ini dicarinya. Tapi di sisi lain, Ali juga tidak mungkin mengatakan pada Fatimah jika ia adalah Kakaknya. Untuk sementara ini, Ali memang memutuskan untuk tidak memberi tahu Fatimah dulu tentang identitasnya karena ia, ingin mengetahui sejauh mana Kean menyimpan perasaan pada Fatimah. Ali hanya ingin gerak-geriknya tidak tercium oleh Kean, walaupun itu lewat Fatimah.

"Akan kubaca nanti," ucap Adrian santai sambil mengambil diary berwarna cokelat dari tangan Fatimah.

Melihat reaksi Adrian, membuat mata Fatimah berkaca-kaca. Ia, bangkit perlahan sambil menatap tak percaya pada Adrian. Entahlah, melihat Adrian mengabaikan perasaan Alivia, membuat Fatimah tidak terima. Pasalnya, Fatimah sedang merasakan bagaimana rasanya jika cinta tulus ia diabaikan oleh seseorang yang dicintainya. Dan itu, sakit, sakit sekali.

Fatimah menatap Adrian sambil menghapus kasar air matanya. "Kau tidak tahu bagaimana rasanya ketika perasaan cintamu diabaikan, saat orang yang kau cintai mengetahui jika kau mencintainya, namun ia seolah tak peduli dan tuli dengan semua kenyataan, kau tidak mengerti bagaimana sakitnya ketika cinta tulus yang telah kau tanam, diinjak dengan sengaja oleh seseorang yang kau harapkan akan memetiknya," ucap Fatimah lirih, "Hargailah terlebih dahulu perasaan orang yang mencintaimu, Adrian. Menolak atau menerima, itu urusan belakangan," ucap Fatimah kemudian pergi begitu saja meninggalkan Adrian yang mematung dibuatnya, Arsen yang mengangkatkan sebelah alisnya, dan Ali yang bangkit mengejar Fatimah.

Fatimah kembali menghapus kasar air matanya. Kenapa ia menjadi cengeng seperti ini? Entahlah, ia tidak tahu. Yang jelas, kini pikirannya kembali berputar pada Kean.

Astaga, kenapa segala sesuatu yang berhubungan dengan Kean, selalu menguras ketegaran hati Fatimah? Fatimah hanya merasa, jika Kean begitu jauh darinya, sulit untuk ia raih. Fatimah sadar sesadar sadarnya, ia pun tak pernah lelah untuk sekedar mengingatkan dirinya akan siapa ia. Ia, hanyalah seorang gadis biasa, gadis yang dulunya berasal dari pedesaan, gadis yang tak memiliki kecantikan layaknya gadis lain, gadis yang bahkan rela mengabdikan hidupnya untuk menjadi tulang punggung keluarga. Tangannya tidak lembut sebagaimana kebanyakan gadis di luar sana, kulitnya tidak mulus seperti kebanyakan gadis di luar sana, kakinya bahkan hanya ditutupi oleh kaos kaki bolong yang sudah usang termakan waktu.

Pure Love [Sudah Diterbitkan]Where stories live. Discover now