Chapter 21 | With Arsen

20.1K 1.5K 22
                                    

Warning!!!

TYPO BERTEBARAN!

Angin malam berhembus kencang, menghantarkan dingin yang mendera masuk ke dalam kulit. Tak lupa dengan suara dentuman kendaraan terdengar begitu jelas memenuhi indera pendengaran. Lampu-lampu terlihat jelas menutupi pengapnya kegelapan, ditemani dengan gemuruh suara petir yang mulai terdengar.

Tak ada bintang malam ini, yang ada hanya segumpal awan hitam yang datang berbondong-bondong menutupi pekatnya langit berhiaskan bintang, sambil membawa suasana ramai penuh kekhawatiran.

"Kita mau ke mana?" tanya Fatimah pelan entah terdengar atau tidak, mengingat suara dentuman kendaraam lebih mendominasi saat ini. Fatimah kemudian, memasukan kedua tangannya pada saku rok miliknya. Suasana begitu dingin sekarang.

"Ikuti saja," jawab Arsen santai sambil berjalan di depan Fatimah. Mereka berdua, kini sedang berjalan beriringan di pinggir jalanan ramai kota, melewati deretan panjangnya jejeran pedagang kaki lima yang masih sibuk mengerjakan tugas pesanan mereka.

Fatimah hanya mengangguk saja, dalam hati ia sempat ketakutan diajak berjalan hanya berdua dengan Arsen, mengingat ia dan Arsen merupakan dua orang yang baru saling mengenal. Namun, melihat niat baik Arsen padanya, rasanya tak pantas jika Fatimah menaruh prasangka buruk terhadap pria itu. Akhirnya, Fatimah memilih untuk mulai belajar memercayai Arsen, toh dia juga sudah bertemu dengan Arsen sebelumnya, dan Arsen juga orang terdekat Kellan selaku adik iparnya.

BUKK!!

Entahlah, sepertinya Fatimah melamun cukup lama, hingga ia tidak menyadari jika ia menubruk punggung Arsen yang sedang berdiri tegap di hadapannya.

"Ma-maaf, aku tidak sengaja," ucap Fatimah cepat dan gugup.

Aresn mengangguk sejenak, kemudian menoleh ke arah samping. "Kita sudah sampai," ucap Arsen yang seketika membuat Fatimah mendongkak melihat tempat di hadapannya.

"Aku senang sekali kau berbicara seperti tadi pada istri bayaranmu itu," ucap Lizzy sambil memasukan belanjaannya ke dalam bagasi, sementara Kean, mengangkat belanjaan yang berat yang kini sudah bertengger manis di tangannya.

Kean tersenyum sinis mendengarnya. "Aku hanya sekedar mengingatkannya, jika dia bukanlah siapa-siapa bagiku," jawab Kean sambil mengalihkan tatapannya dari Lizzy. "Sudah dimasukkan semua?" tanya Kean.

Lizzy mengangguk sambil mendekatkan tubuhnya dengan Kean. "Sudah," jawab Lizzy sambil melilitkan tangannya pada tangan Kean.

Kean tersenyum tipis mendengarnya, kemudian ia mengajak Lizzy untuk masuk ke dalam mobil. "Ayo kita masuk," ajak Kean yang diangguki Lizzy.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil, dengan Kean yang menggenggam erat tangan Lizzy. Lizzy hanya tersenyum senang ketika Kean menggenggam tangannya, berbeda dengan Kean yang hanya terdiam sambil berkali-kali matanya melirik pada pintu utama supermarket. Entahlah, sebenarnya apa yang ingin Kean lihat dari sana?

"Kean?"

Kean terkejut, kemudian menatap Lizzy. "Ya?" tanya Kean.

"Kau melamun?"

Kean gelagapan. Benarkah ia melamun? "Ah? Ti-tidak," jawabnya.

"Aku sudah memanggilmu dari tadi, kau sama sekali tidak menyahut."

Pure Love [Sudah Diterbitkan]Where stories live. Discover now