Chapter 10 | Syarat

23.5K 1.7K 6
                                    

Dalam part ini, banyak informasi dari luar yang aku masukkan. Harap bijak dalam membaca. Kalau mau baca silahkan, kalau tidak silahkan tinggalkan :')

"Kalau berbicara tentang perang di Timur Tengah, tentu saja hal itu tidak bisa dilepaskan dengan peperangan di Palestina dan juga Suriah. Karena, dua negeara itu yang mengalami fase peperangan paling parah. Konflik perebutan kota Yerussalem di Palestina, sudah berlangsung lebih dari setengah abad. Hingga kemudian, baru-baru ini juga terjadi perang kemanusiaan terbesar pada abad ini di Suriah, yang menyebabkan ratusan ribu warga sipil meninggal, dan lebih dari sebelas juta penduduk asli Suriah mengungsi.

"Fakta yang sebenarnya, bukan hanya pemberontak yang memerangi Suriah, kudengar baru-baru ini banyak pernyataan yang tercetus jika kaum Syi'ah juga ikut campur memerangi kaum Sunni, juga peperangan memenangkan mana yang haq dan mana yang bathil. Namun di samping semua itu, para rakyat sipil hanya mampu terdiam sambil menunggu giliran maut menjemput mereka."

Fatimah terdiam sejenak, kemudian pandangannya kembali fokus pada layar televisi besar yang sedang menampilkan sebuah siaran di mana di dalamnya, terlihat pesawat-pesawat sedang bertebrangan mengelilingi deretan perkotaan yang ada di bawahnya. Hingga tak lama kemudian, sesuatu berjatuhan dari dalam pesawat ke arah bawah yang seketika membuat ledakan besar dan memicu keluarnya letupan asap yang mengepul. Bom, kembali dijatuhkan oleh rezim Assad ke kota Ghouta timur. Entah bagaimana nasib penduduk di kota yang letaknya tak jauh dari kota Damaskus itu, Fatimah tidak mampu membayangkannya. Seketika, semuanya melebur menjadi puing-puing reruntuhan yang tak menampakkan adanya kembali kehidupan.

Fatimah kembali terdiam, negeri di mana tempat Ayahnya lahir, telah hancur dan runtuh bersama kepergian para syuhada yang mengiringinya. Jika tanah di Indonseia dibasahi oleh air hujan, tanah di negeri Suriah, beserta negeri Syam lainnya, justru dibasahi oleh darah para Syuhada yang cinta pada Allah. Semoga Allah memenangkan mereka pada akhirnya.

Suriah.

Sejenak, Fatimah kembali mengingat-ingat, perang yang terjadi di negeri ini bermula saat Rangkaian peristiwa regional yang lazim dijuluki Musim 'Semi Arab' atau Arab Spring tahun 2011.

Tepat Maret 2011, sekelompok remaja menuliskan grafiti di dinding kota Daraʼa, diantaranya bertuliskan "Sebentar lagi giliran Anda Dokter...," yang maksudnya ditujukan kepada Presiden Bashar Al-Assad yang merupakan seorang dokter spesialis mata, yang sejak tahun 2000 mewarisi kekuasaan ayahnya Hafez Al-Assad, yang berkuasa selama 30 tahun sebelum wafatnya tahun itu.

Yang Fatimah tahu, para remaja yang mencoretkan grafiti itu diduga terpengaruh oleh apa yang disaksikannya di televisi dan dibicarakan banyak orang di sekitarnya, mengingat begitu banyak media memuat berita tentang revolusi yang terjadi di seantero Arab. Revolusi-revolusi itu telah mengakhiri kekuasaan rezim-rezim zhalim, seperti di Tunisia, Libya, Yaman, dan Mesir. Rangkaian peristiwa regional ini lazim dijuluki "Musim Semi Arab" atau Arab Spring.

Remaja tersebut kemudian ditangkap oleh aparat intelijen lokal di Daraʼa. Salah seorang yang ditangkap kini masih hidup, dan mengungsi ke Yordania. Remaja ini dibawa ke penjara Swaida, disiksa, sampai dia mengaku bahwa dia yang mencoretkan grafiti itu, meskipun pada kenyataannya bukan dia yang melakukan.

Dalam waktu dua minggu sesudah penangkapan dan penyiksaan beberapa remaja itu, terjadilah gelombang demonstrasi di kota Daraʼa. Terutama di Masjid Umari, masjid terbesar di kota itu.

Tanggal 29 April 2011, terjadi sebuah demonstrasi besar menuntut kebebasan dan keadilan dilakukan oleh ratusan orang di kota Daraʼa. Aparat bersenjata menyerang demonstrasi itu, dan menangkap 51 orang. Diantara yang ditangkap adalah seorang anak lelaki berusia 13 tahun bernama Hamzah Al-Khatib.

Pure Love [Sudah Diterbitkan]Where stories live. Discover now