Chapter 9 | Apa yang Terjadi denganku?

21.5K 1.7K 13
                                    

"Makanlah."

Fatimah menggeleng, gadis itu kembali menenggelemkan wajahnya pada lutut. Ia, ingin sendiri. Fatimah hanya ingin menyendiri. Terlalu banyak kejadian yang datang tiba-tiba dan berpoitensi merubah kehidupannya. Setelah ini, Fatimah yakin jika kehidupannya akan kembali berubah drastis. Hidup bersama seorang pria asing yang tidak mengharapkan Fatimah. Pria itu, seolah hanya menjadikan Fatimah alat untuk mencapai tujuannya, dan setelah tujuan itu tercapai, Fatimah akan kembali dibuang. Sebagaimana keluarganya saat ini membuang Fatimah.

Fatimah merasakan pergerakkan pada kasur yang sedang di dudukinya. Ia tidak perlu mengangkatkan wajahnya untuk melihat siapa seseorang yang baru saja duduk di hadapannya, karena tanpa melihat pun, Fatimah sudah tahu.

"Makanlah, Fatimah. Malam nanti kita akan menemui kedua orang tuaku, aku tidak ingin kau pingsan karena seharian tidak makan," ucap Kean sambil menatap Fatimah.

Fatimah mengangkatkan wajahnya sambil menatap sekilas pada Kean. "Aku ingin pulang," jawab Fatimah parau.

"Tentu saja aku akan mengantarkanmu pulang jika kau sudah bertemu dengan kedua orang tuaku."

Mendengar itu, Fatimah mendesah pelan. Sunggu demi apapun, Fatimah tidak nyaman berada di sini. Beberapa jam yang lalu, Kean membawanya pergi ke rumah mewah yang ternyata merupaka rumah miliki Kean. Well, rumah ini bahkan terlalu besar jika hanya ditinggali oleh satu orang pria yang bahkan jarang menempatinya dan lebih banyak menghabiskan waktuny di kantor. Hanya para pelayan yang jumlahnya cukup banyak yang sehari-hari menempati rumah ini. Itupun, Fatimah ketahui karena saat datang tadi, Fatimah banyak pelayan yang berlalu lalang melaksanakan tugasnya.

Tok tok tok!!

Pintu masuk kamar yang sedikit terbuka itu diketuk. Membuat Kean dan juga Fatimah menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya tengah berdiri sambil membawa sebuah nampan di sana.

"Masuklah, Rosi." Ucap Kean sambil mengangguk.

Fatimah menatap Kean sejenak, kenapa Kean begitu tidak sopan dengan memanggil langsung nama seseorang yang lebih tua darinya. Setidaknya Kean harus menghormati jika wanita yang bernama Bibi Rosi itu lebih tua darinya. Ia bisa memanggil wanita itu dengan menggunakan embel-embel Bibi kek, atau juga Mbak.

Rosi tersenyum sambil perlahan berjalan mendekat. Setelah sampai, wanita yang mengenakkan baju yang biasa di pakai para pelayan itu, tampak menaruh nampan yang ternyata di atasnya ada sepiring nasi goreng dan segelas susu. Fatimah kembali mendesah. Ais! Makanan yang dibawakan Kean saja tidak ingin ia makan, kenapa harus ada makanan lain?

Fatimah menatap nampan yang dibawakan oleh bibi Rosi sejenak, kemudian ia menatap Kean. "Kenapa harus dibawakan makanan lagi?" tanya Fatimah.

Kean mengangkatkan bahunya acuh. "Kau tidak memakan makanan yang dibawakan olehku, barang kali kau ingin memakan makanan yang lain, jadilah aku menyuruh Rosi membuatkan makanan lagi untukmu," jawab Kean acuh.

BUKK!!

"Aah," Kean meringis saat Fatimah tiba-tiba saja melempar bantal yang ada di sampingnya ke wajah Kean.

Kean, menatap Fatimah sambil mengeratkan giginya. Sejak kapan ada orang yang berani melakukan hal tidak sopan seperti ini padanya? Terlebih, yang melakukan itu hanyalah seorang gadis yang beberapa jam lalu tidur di lantai beralaskan karpet tipis. Dan Kean, akhirnya berbaik hati mengajak gadis itu ke rumahnya untuk sekedar mendapatkan tempat tidur yang layak.

Pure Love [Sudah Diterbitkan]Where stories live. Discover now