Chapter 14 | The wedding

23.4K 1.5K 13
                                    

Fatimah masih ingat, saat kecil ia suka sekali menonton tayangan televisi yang menayangkan film-film barat yang luar biasa. Tayangan-tayangan yang hanya akan tayang ketika hari libur tiba dan kadang jika saat Natal datang. Walaupun Fatimah tidak merayakan Natal, tapi ketika hari Natal tiba, Fatimah sering menunggu film-film yang ditayangkan ketika hari itu. Lupakan, terdengar sedikit kurang cocok, tapi itulah Fatimah dulu.

Yang paling Fatimah ingat adalah, siaran film Home Alone series yang paling sering ditayangkan. Kisah bocah kecil yang dengan berani melawan dan mengerjai penjahat yang akan merampok rumahnya, sampai tersesat ke New York seorang diri. Percayalah, sampai saat ini Fatimah akan selalu kagum pada film tersebut. Film yang dirilis pada tahun 90-an itu, begitu membekas di hati Fatimah sampai saat ini.

Fatimah tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya setelah menonton film tersebut. Namun, sesuatu seperti bergejolak di dalam hatinya. Perasaan bahagia saat melihat salju, perasaan bahagia saat tiba masanya ia berjalan-jalan sambil mengenakan jaket tebal dan melewati deretan rumah-rumah yang bergaya Tudor, hingga berdiri dengan senyum lebar di bawah pohon Maple yang berguguran. Semua itu, perlahan mengusik pikiran Fatimah.

Perasaan ingin pergi ke negara-negara bersalju pun, mulai terlintas di benak Fatimah. Dalam hati ia bertanya-tanya, akankah bisa tercapai? Mengingat Fatimah hanyalah seorang gadis kecil yang lahir di daerah perkampungan dan jauh dari jangkauan kota, serta di daerahnya, tidak pernah ada satu orang pun yang memiliki mimpi sejauh mimpinya itu. Yang ada dalam benak mereka, selalu saja sama; lulus sekolah, kemudian bekerja dan lalu setelah itu menikah.

Saat itu, Fatimah berusaha keras kepala dalam hal ini. Walaupun sebagian orang menertawainya, karena mereka menganggap mimpinya terlalu tinggi. Tapi Fatimah tidak pernah berputus harapan.

Kadang, saat Fatimah melihat percikan air hujan dari jendela kamarnya, ia suka berkhayal jika yang turun itu bukan air hujan, melainkan salju. Dinginnya suasana ketika hujan, sering ia anggap seperti dinginnya salju. Walaupun pada kenyataannya jauh berbeda. Tentu saja dingin saat musim salju lebih ekstrim dari pada dingin saat musim hujan. Dasar pemikiran anak kecil!

Lalu Fatimah tumbuh, dari sekedar anak kecil kumal, menjadi remaja yang tumbuh seperti remaja lainnya. Saat ia kecil, ia pikir mimpi ingin keliling dunia itu, akan hilang seiring dengan berjalannya waktu. Mengingat keinginan itu muncul setelah ia menonton film yang mengambil latar tempat di daerah bersalju. Namun ceritanya, tidak samapai di sana.

Tidak, mimpi itu tidak pernah hilang. Justru semakin bertambah menggebu di dalam jiwa. Terlebih saat itu Fatimah sangat menyukai Boy Band kece asal Inggris jebolan X-Factor; One Direction. Apalagi saat ia melihat cuplikan video clip mereka yang berjudul One Thing, yang mengambil latar tempat di sebuah kota (Mungkin London), background video tersebut, terlihat begitu hijau. Mengambil sisi lain dari musim panas yang begitu memikat mata. Indah sekali.

Fatimah sering bermain di sebuah gubuk yang ada di tengah sawah. Entahlah, tapi orang Sunda, menyebutnya Saung. Kadang, jika Fatimah dan teman-temannya pulang sekolah, ia sering belajar di sana. Menghapal setiap materi yang akan diulangankan oleh guru mata pelajaran, kemudian setelah itu Fatimah dan teman-temannya merenung; melihat jejeran pohon dari kejauhan, kadang terasa begitu menyenangkan.

Fatimah sangat suka, mengimajinasikan deretan pohon yang berada jauh dari tempat ia dan teman-temannya duduk menjadi sebuah objek luar biasa yang ia lihat. Kadang, deretan pohon itu terlihat seperti Vihara, ada juga yang menyerupai Macan, dan yang paling luar biasa, kadang Fatimah juga seperti melihat sebuah jalan yang terbentang menuju bukit yang indah. Mungkin seperti bukit cinta Ubud di Bali. Entahlah!

Di tengah sawah itu, di bawah naungan saung yang beratapkan jerami, Fatimah dan teman-temannya suka bernyanyi. Menyanyikan lagi What Makes You Beautiful yang saat itu sedang booming, yang memang satu-satunya lagu Inggris yang ia dan teman-temannya hapal, hingga menyanyikan lagu fenomenal milik penyanyi Melayu Tommy J. Pisa, satu yang paling Fatimah ingat yaitu lagu yang berjudul Di Batas Kota Ini, dan yang terakhir, Fatimah dan teman-temannya juga sering menyanyikan lagu milik penyanyi asal Malaysia yang masih eksis sampai sekarang, lagu yang menajadi target teriakan ia dan teman-temannya di sawah sampai dimarahi oleh Bapak pemilik saung karena mereka terlalu berisik dan bersemangat menyanyikan lagu itu. Wajah-Wajah Kekasih.

Pure Love [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang