Enam belas

14 1 0
                                    

Sampai di angkringan, tempat yang sangat ramai dengan muda mudi, lalu kita mencari tempat duduk yg masih kosong, lalu kita semua duduk, dan dewi yang memesan minum dan makanan untuk kita. aku duduk di paling pojok agar bisa bersender dengan tembok dan melihat layar handphone ku tidak ada notif dari siapa-siapa. susu jahe ku datang, dan banyak macam-macam sate, kita bercanda tertawa dan membahasa apa aja yang ada disana, jogja memang kota yang sangat indah, kota yang damai dan penuh cinta.

"eh abis ini kita ke alun-alun yuk" ajak satrio

"ayo lah"

"tapi naik delman ya?" ajak satrio

"hah delman? gak salah lo?" tanya vika

"enggak lah, seru tau" jawab rendy

"gak bisa naik mobil aja gitu?" tanya dewi memastikan

"udah dew naik delman aja" jawab rika

"okay gue ngalah" pasrah vika

jam 9 lewat akhirnya kita pergi ke alun-alun naik delman, kita cari 2 delman, aku dengan bagas, rendy dan dewi, lalu delman satu lagi di isi dengan vika, satrio, rika dan teguh. kurang dari 20 menit kita sampai di alun-alun kidul. disana terkenal dengan mitos pohon beringin kembar. mitos itulah yang menarik kita untuk datang kesana, sesampainya disana kita penasaran ingin memecahkan misteri pohon beringin kembar yang tumbuh gagah di tengah-tengah alun-alun kidul. dengan menjawab penasaran kita, ada orang disana yang menawarkan kita untuk sewa sebuah kain panjang hitam penutup mata, rupanya itu menjadi sebuah permainan seru yang di sebut masangin. Ternyata, tradisi Masangin sudah ada sejak zaman Kesultanan Yogyakarta masih berjaya. Mulanya Masangin itu dilakukan saat tradisi topo bisu dilaksanakan setiap malam 1 suro. Para prajurit dan abdi dalem melakukan tradisi ini dengan mengelilingi benteng dan tidak boleh mengucap 1 kata apapun. Dengan mengenakan pakaian lengkap adat Jawa dan berbaris rapi, mereka berjalan dari halaman keraton menuju pelataran alun-alun lalu melewati dua pohon kembar itu. Hal itu diyakini untuk mengalap berkah dan meminta perlindungan dari banyaknya serangan musuh. Dari situlah mitos mulai berkembang. Kalau bisa melintasi dua pohon beringin kembar itu dengan mata tertutup, semua permintaan kita akan dikabulkan.

Selain udara khas malam yang segar, suasana semakin ramai dan asyik. Meriahnya kelap-kelip lampu warna merah, hijau dan biru yang menempel di odong-odong menambah keramaian malam.

"mas, mba sewa kain nutup mata nya 5rb aja" tawar mas yang sewain

"eh coba yuk" ajak teguh

"ayoo"

"pak, maunya 8 kain" pinta rika

"banyak amat rik" tanya ku

"biar kita coba semua"

"naya mau coba?" tanya bagas

"enggak gas, mau duduk aja"

"gakpapa nay coba aja seru tau, liat noh" dewi sambil ke menunjuk ke orang yg sedang melakukannya

"azzz baiklah" kata ku

setelah kita semua memakai tutup mata, dan kita semua baris sejajar, mas nya mengarahkan kita aturan mainnya.

"nanti kalian semua lurus sampe sana yo, jangan ada yang ngobrol, dan pas udah ngrasa sampe di tengah di antara 2 pohon itu, berdoa dalam hati, maju lagi terus muter balik lagi, harus sampai di tempat ini lagi baru buka tutup matanya"

"satu, dua, tiga"

akhirnya kita menjalankan permainan itu, aku berjalan terus entah sampai mana, belok atau lurus aku terus berjalan, karna jalanan tidak semuanya mulus, jadi harus pelan-pelan ada yang berlubang dan becek, setelah berjalan cukup jauh dan aku merasa sudah berada di tengah di antara pohon itu, aku berucap dalam hati "Ya Allah, diantara pohon ini, dan jika memang benar mitos ini, aku meminta untuk berikan yang terbaik untuk Hamba, Berikan Hamba seseorang yang benar-benar menyayangi Hamba. Amin"

Setelah itu ku lanjutkan berjalan terus, dan mutar balik lagi, jalan terus disana terdengar suara dewi dan teman-teman memanggil ku dan bagas ayo nay, terus nay terus. bagas, bagas ayo bagas. setelah ku rasa sampai di teman-teman ku lalu di lepas kain itu, dan ku buka mata, saat bersamaan itu ada bagas di depan mata ku

"ciyeeee uhuuyy" sahut mereka.

"mas, mba semoga berjodoh ya" sahut mas penyewa kain.

"Amin" jawab mereka

aku hanya diam, tidak bisa berkata apa-apa. bagas tersenyum melihat ku, lalu di alihkan pandangan ku dari bagas. setelah itu kita mencari tempat untuk duduk beristirahat, ada tempat duduk di pinggir alun-alun, satrio, rika, vika dan teguh menyewa sepeda mobil-mobilan yang di kayuh mengelilingi alun-alun dengan hiasan lampu warna-warni. aku, dewi, rendy dan bagas duduk di lesehan dengan memesan minum,

"tadi seru bgt ya permainannya, lo berdoa apa tadi dew?" tanya rendy

"ih kepo lo, tanya nih dua orang depan kita gimana perasannya? haha" ledek dewi

"perasaan apa?" tanya ku

"eh tapi seriusan ya tapi kalian tuh pas bgt bisa berhadapan gitu, terus barengan buka kainnya"

"sampai mas nya bisa "semoga berjodoh ya haha" tawa dewi

"dewww" nada kesal

"mungkin itu salah satu pentunjuk dari doa gue tadi" sahut bagas

"hahh?" kaget ku

"Ya Allah, aku gak tau perasaan apa yang aku punya ini untuk naya, tapi aku ingin menjaga naya, aku tidak ingin ada yang menyakiti naya" itulah doa yang terucap oleh bagas.

di rasa cukup menikmati indahnya malam di alun-alun akhirnya kita memutuskan untuk pulang dengan naik grabcar, sampai di hotel, aku langsung cuci muka, merebahkan tubuh ku dan menatap langit-langit atap Apa maksud nya di alun-alun tadi ya? pertanyaan muncul di hati ku, Ah sudahlah mungkin itu hanya kebetulan aja jawab ku dalam hati.

Ku buka handphone ku, tidak ada notif dan ku bisa instagram untuk melihat story dan post'an orang-orang, aku melihat beni membuat story foto cewe, yang entah itu siapa. Dalam hati aku hanya tertawa, entah senang atau sedih pun aku tak tahu. Tapi yasudahlah aku tidak mau memikirkan itu, lagi pula tidak ada komitmen apapun dari kita, jadi terserah dia mau apa.

"Nay" ada yang mengetuk pintu kamar ku

"Iya sebentar" ternyata bagas

"Gas, ada apa?"

"Kamu belum tidur?"

"Kalau aku udah tidur, siapa yang bukain pintu?" tanya ku

"Oh iya iya haha" sambil garuk kepala

"Ngopi yuk depan?" ajak nya

Padahal jam sudah menunjukkan jam setengah 12 malam, aku butuh istirahat, tapi aku butuh sesuatu yang bisa menenangkan pikiran ku. Akhirnya aku ikuti pinta bagas untuk ngopi di depan hotel, sudah larut malam pun masih ramai anak muda yang nongkrong di cafe ini. aku memesan coklat panas, karna aku tidak suka kopi.

"Nay, aku tau ada kesedihan yang lagi berusaha kamu tutupin"

"aku akan jadi pendengar yang baik, kalau kamu mengizinkannya" lanjut bagas.

"Gak usah sok jadi peramal deh" jawab ku

"nayy" sambil menatap mata ku

aku hanya diam di tatap oleh bagas.

"gas? kamu pernah sangat mencintai seseorang?"

"ya pernah lah"

"tapi seseorang yang kamu cintai itu, hanya bisa menarik ulur perasaan kamu, tidak memberi kepastian, tidak bisa memastikan pada dirinya sendiri untuk siapa hatinya itu"

"Gas, aku sekarang  sedang terjebak di dalamnya" dengan mata berkaca-kaca.

"nay, aku bisa membuat kamu keluar dari zona itu, apa kamu mau?"

tanya bagas sambil memegang tangan ku.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 19, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kapan Berakhir?Where stories live. Discover now