Tiga belas

45 3 0
                                    

Aku tidak mendengar kabar lagi tentang iam, aku tidak tahu dia dimana. Kata mama aku harus ngomong sama iam, minta penjelasan sama iam. Kenapa dia seperti itu seolah-olah menjadi kan ku sebagai pelarian, tapi aku pun tidak tahu kapan bisa ketemu sama iam.
"Assalamuallaikum"
"Wallaikumsalam, kenapa nay?"
"Iam lgi dimana?"
"Gak tau dimana"
"Kok gitu"
"Iya gak tau dimana nih"
"Naya mau ngomong"
"Iya nanti iam kabarin kalo udah pulang"

Sesingkat itu, lalu dia menghilang lagi.
Aku berfikir mungkin dia lagi di rumahnya yg ada di bekasi.

Aku dulu memang ingin kuliah, namun belum terlaksana karna bapak aku sakit saat itu. Akhirnya tahun ini aku baru bisa daftar kuliah, di salah satu universitas swasta di jakarta utara, kuliah mulai september nanti, dari hari senin-jum'at jam 19.00-21.00, jadi aku pulang kerja langsung kuliah nanti.
Siap gak siap harus aku jalanin, demi karir & masa depan ku.

Hari ini hari kenaikan isa al-masih, jadi  libur kerja, pagi mama & tante aku ke pasar, sepulang dari pasar mama aku melihat iam lg mau parkirin motor, dan iam katanya hanya senyum sama mama aku.
"Tadi mama ketemu iam di depan"
"Dia udah pulang"
"Iya udah, senyum doang sama mama gak salim"
"Kok enggak"
"Menantu durhaka" aku dan mama aku tertawa.

Lalu mama aku ke budhe aku, ternyata budhe aku lagi ke bekasi, saat mau pulang mama aku bertemu dgn iam & aji. Mama aku ngobrol dgn iam,
"Kemarin naya ikut ke pondok mama naya"
"Iya kok kamu ngajak-ngajak kesana"
"Iya kan udah lama gak ke pondok iam"
"Iya kamu jadi mau kuliah di surabaya?"
"Iya jadi mama naya"

Mendengar cerita mama, aku sedikit sedih karna dia akan pergi lagi, sore nya aku pergi ke toko remaja mengajak vira keponakan aku, saat pulang sampe di parkiran motor, ada iam yg sedang jalan kaki seperti abis dari arah lapangan bola, dia senyum-senyum pada ku, aku juga senyum tapi aku pakai masker, mungkin dia tidak tahu kalo aku juga senyum ke iam, saat aku mau belok iam menahan motor ku, dan aku hanya teriak
"Iam ih"
Lalu dia lanjut jalan lagi.

Aku senang bisa ketemu dia, dan melihat senyuman itu, senyuman yg masih sama saat pertama kali aku bertemu dgn iam, tapi entah perasaan itu masih sama atau tidak.
Aku fikir, setelah ketemu tadi dia chat aku, karna dia bilang mau kasih kabar kalo udah pulang, ternyata enggak.

Lalu abis sholat magrib, aku cek WA, iam buat status di WA, lagi di stasiun gitu,
"Mau kemana lagi?"
"Mau ke surabaya"
"Ngapain?"
"Kan mau test disana"
"Jadi kuliah disana?"
"Iya jadi"
"Baru juga ketemu udah pergi lagi"
"Iya maaf ya gak pamit, abisnya tadi cuek gitu"
"Cuek apaansi" kata ku
"Nay, iam mau kasih tau doang"
"Kasih tau apa?"
"Abis selesai kuliah nanti insyaallah iam mau nikah"
Membaca itu, aku gemetar.
"Sama siapa?"
"Ada dekat rumah"
"Syifa?" Aku langsung tertuju ke dia
"Iya benar"

Membaca itu, tanpa sadar aku langsung meneteskan air mata, aku masih belum siap mental, belum percaya, dan belum iklas juga.
"Ya allah cobaan mu ini sangat berat"

Di ruang tamu, ada mama aku, aku langsung cerita ke mama aku dan menangis di depan mama.

Kenapa iam? Kenapa kamu kayak gini? Kamu dulu meminta ku buat menunggu mu selesai mondok, di tengah jalan kamu memutuskan itu dan mengecewakan aku, dan sekarang!? Iya memang kamu tidak meminta apa-apa dari ku, tapi apa maksud dari semua ini? Apa aku yg terlalu bodoh, bodoh di permainkan sama kamu kayak gini? Ya Allah bantu Hamba untuk menghapus perasaan ini Ya Allah.

Aku lanjut membalas chat iam.
"Iya selamat ya" dgn emotion senyum senang
"Iya kan baru insyaallah"
"Iya gakpapa"
"Makasih ya naya"
"Eh bentar ya nay mau naik kereta" lanjut nya.

Agak lama aku membalas chatnya,
"Iya naya juga mau fokus kerja & kuliah naya nanti"
"Semoga sukses" lanjut ku.
"Hmm sukses selalu deh, iya amin"

Kapan Berakhir?Where stories live. Discover now