Part 69

560 35 1
                                    

***

Pemilik penginapan ialah pria berumur sekitar akhir 30-an yang sangat ramah dengan dialek sunda yang khas, ia tinggal bersama istrinya yang juga keturunan sunda mengelola penginapan milik orangtuanya.

Saat jam makan malam tiba, pemilik menyediakan makanan untuk mereka semua.

Tidak hanya makanan yang di sediakan pihak penginapan, Arga dan Bisma memutuskan untuk membakar ikan. Mereka menyantap makan malam di sebuah saung dekat kamar.

Pemilik penginapan menyediakan alat-alatnya, tetapi akhirnya ikut andil dalam membakar ikan laut segar yang besar-besar itu. Awalnya, sopir Fiona menolak ikut makan malam dengan alasan ingin tidur dan tidak mengganggu pesta anak muda, tetapi semua orang ikut dalam kehangatan di bibir pantai itu, termasuk dua pasang turis asing asal Australia itu.

Sinta makan dengan lahap, ikan bakar buatan pemilik penginapan adalah ikan bakar terbaik yang pernah ia makan. Ia mengajak pria paruh baya itu untuk bekerja sama dengan mama-nya yang punya usaha catering.

Fiona awalnya ragu, dan bersumpah tidak akan menyentuh sedikit pun makan malam, karena jam sudah lewat dari jam tujuh malam, tapi akhirnya ia menyerah. Ia kalah pada dietnya lagi-lagi, Sinta dan Arga tersenyum lebar.

Dua pasang turis asing itu ternyata sangat ramah. Mereka sudah dua kali datang ke Indonesia, dan kali ini adalah kali ketiga mereka.

Mereka sangat menyukai pemandangan alam, serta penduduk Indonesia, mereka ingin menetap dan jadi warga negara yang tetap, tetapi pekerjaan mereka di negara asalnya tidak memungkinkan mereka untuk mengubah kewarganegaraan, setidaknya itu yang diterjemahkan Fiona kepada semuanya.
Fiona lebih banyak bercengkrama dengan mereka karena ia memang yang paling fasih diantara Arga, Fiona, maupun Sinta.

Semuanya larut dalam canda jenaka dan kebersamaan hangat, sebuah momen tak terlupakan di pinggir pantai laut paling ujung pulau Jawa.

Keculai satu orang, Bintang.

“Pak, emang mendayung malam-malam di pantai itu gak apa-apa ya?”

“Sebenarnya gak apa-apa sih neng, cuman kalau makin malam, air lautnya makin tinggi, dan pasang, cukup bahaya memang, apalagi kalau hujan. Akhir-akhir ini juga cuaca gak menentu, kalau udah di tengah malam suka tiba-tiba hujan deras, lagian sebentar lagi kan musim penghujan.”

Hal tersebut membuat Sinta khawatir, jam di kamarnya sudah menunjuk anga 11, dan tanda-tanda Bintang kembali belum ada juga.

Pak sopir dan semua teman-temannya sudah terlelap karena kekenyangan, hanya ia satu-satunya yang belum bisa memejamkan mata. Terakhir, Bintang terlihat murung dan tergesa ketika ia dan Bisma bicara.

Ia duduk gelisah, kantuk sudah menyerangnya sedari tadi, tetapi ia paksakan tetap terjaga sampai Bintang kembali.

Ia menyesali diri karena duduk di sofa empuk yang nyaman ini, karena nya, badannya otomatis relax, dan ia jatuh tertidur.

Sinta terbangun setelah sikutnya menabrak lantai, ia jatuh dari sofa. Ia bergegaa memeriksa kamar Bisma dan Arga, Bintang belum juga kembali. Ia berderap cemas, dan mengintip dari balik gorden jendela, diluar benar-benar gelap gulita, dan hujan turun dengan deras.

Bagaimana ini? sangat berbahaya kalau mendayung ketika hujan deras, dan.. Bintang juga pobhia gelap!

Tanpa pikir panjang, Sinta langsung keluar, menembus hujan dan berlari ke rumah pemilik penginapan, mengetuk pintu nya tak sabar.

Istri pemilik penginapan terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba, masih dengan piyama tidur yang sudah basah di guyur hujan.

“Aduh meni huhujanan gitu, masuk neng ayo!”

Fate In You (COMPLETED)Where stories live. Discover now