Part 20

873 44 0
                                    

Lapang basket kompleks sangat sepi dan kosong. Tidak ada suara selain suara gesekan sepatu dan helaan napas panjang.

Pria tersebut, Bisma, masih ditempat yang sama seperti beberapa jam yang lalu. Masih menunggu sahabatnya yang datang terlambat, sangat.

Bisma melirik jam tangan, sudah larut.

Apakah Sinta lupa janjinya? Ia bertanya-tanya.

"Bisma!" seorang gadis berseru. Mendengar suaranya, Bisma tersenyum. Dia tidak lupa.
Bisma menoleh,tertegun.

Dia melambai, seperti lembayung menyayat hati, lantunan nada di tepi sepi. Ia mendatangiku seperti asa mencapai dahaga. dan, hatiku terus bergetar diantara siang dan malam. Dia telah tumbuh dewasa, elok dan cantik. Dan kusadari, tak hanya ia yang tumbuh, diriku juga. Bermula dari percik-percik kecil dalam hati, waktu membuatnya membara.
Tak pernah kutahu kapan semua ketidakwarasan ini dimulai, yang kutahu setiap harinya kian mengakar, kuat. dan diantara hembusan angin larut malam, alam pun berseru, kalau rasa itu hanya milikku, seperti rindu, sendiri kusimpan tanpa kau tahu.
Sinta, aku mencintainya.. aku mencintai sahabatku.

"Bagaimana, Bisma? Cantik tidak?Kau jarang kan liat penampilanku kayak gini?"

Bisma berusaha keras menormalkan ekspresi wajahnya serta detak jantungnya yang tak karuan.

Kau selalu cantik tiap saat, Sinta. tapi kali ini, kau jauh lebih cantik, malam ini, bahkan jauh lebih cantik dari bintang di cakrawala..

"Apa?Cantik? Cantik darimananya?Wah, aku hampir kena serangan jantung karena mengira yang datang itu hantu perawan tadi, kenapa memakai baju putih-putih seperti ini, huh? Lalu, kenapa baru datang? Aku menunggumu sejak tadi, tau? Kau tahu, kulitku habis digigit nyamuk-nyamuk kelaparan!" cicit Bisma tak henti-henti. Sedetik kemudian, ia merutuki dirinya sendiri.

"Maaf, Aku benar-benar lupa. Kenapa kau begitu marah?",Sinta benar-benar menyesal. "Kalau memangnya aku lama, kenapa malah tetap menunggu disini? Tidak masuk akal."

Bisma tiba-tiba mendekat, melepaskan jaketnya dan melempar tepat pada wajah Sinta. Sinta menatapnya, "Jangan pasang muka seperti itu. Pulanglah, ini sudah malam."

"Kenapa? Kita kan mau main basket?"

Bisma hampir menjitaknya dengan pertanyaan bodoh itu, bagaimana bisa ia bermain basket sementara Sinta menggunakan dress pendek ditengah hawa dingin, dan apa kata nyamuk nantinya melihat kulit mulus itu?

"Aku sudah ngantuk. Ayo, kuantar sampai depan rumah."

***

"Pagi-pagi udah rapi, mau keluar,nak?"

Fate In You (COMPLETED)Where stories live. Discover now