Part 39

699 40 2
                                    

Alohaaaaaaa^^
Mianhae sorry sorry baru bisa updateT.T
Huhu happy reading readers tercintah!
Jangan lupa krisannya\^

-----------------------------------------------------------------

Musik R&B mengalun selaras dibalik earphone yang memeluk kepalanya. Ia bersenandung sambil menyeruput Frappucino-nya keluar dari toko kelontong.

Ia menjinjing kantung kresek kecil berwarna hitam. Ia membuka dan mencicip multi grainnya sambil berjalan pulang.

Ia tak hiraukan pandangan beberapa orang yang melihat ia mirip dengan gelandangan putus sekolah. Kaos belel, snickers tua dan jeans pudar robek-robek.

Nyatanya, ia memiliki banyak aset dimana-mana. Satu alawan kenapa ia tak menerima semua kemewahan itu, hanya satu, ia tidak menginginkannya. Dan itu milik kedua orang tuanya.

Ia sampai dirumah mewahnya, mengerut melihat seorang pria tinggi bertubuh lesu memandangi bangunan tersebut dengan ekspresi tak terbaca.

"Bintang, ngapain disini? mau maling ya?"

"Oh! Nic, apaan itu yang dibawa?"

"Ini kecap. Tadi Mba Arti lagi masak terus kehabisan kecap. Eh, ngapain mager disini sih biasanya langsung nerobos masuk."

"Di warung kelontong jual kiss frappicinno ya?"

"Eh? Ini.. Sebelum ke warung tadi ke coffee shop. Oh ya, tadi juga ketemu dengan-"

"Rumah ini, bagaimana perasaanmu ketika masuk sini?"

"Huh? Aku senang karena ada seseorang yang bisa ditemui didalamnya." Jawab Nico sambil memandangi rumahnya.

"Senangnya ada yang menunggu dirumah."

"Yah, setidaknya ada Mba Arti yang menyambut ketika pulang. Kenapa? kau rindu rumahmu?"

Bintang tersenyum miring, "Sejak kapan rumah jadi tempat yang kita rindukan? Yah, setidaknya rumahmu tidak sesakit rumahku, ditempatku, bahkan dari gerbang, aku sudah mencium aroma perang."

Nico menghela, "Kalau rumahmu sakit, berarti rumahku ini kamar mayatnya, karena tidak ada satupun membuatnya hidup. Tapi, kenapa tiba-tiba seperti ini?"

"Hanya.. aku hanya teringat sesuatu, ice cream coklat, kamus korea, foto X-Ray, dan.. air terjun."

"Ngomong apa sih dia?" tanya Nico pada dirinya sendiri.

Ia berjalan mendahului Bintang, "Ayo masuk. cerita di dalam saja, Mba Arti-"

"Tidak usah. Aku pergi dulu."

Nico menghela menatap punggung sahabatnya yang perlahan mengecil.

"Dia sungguh membuat orang lain khawatir. Datang tiba-tiba, pergi tiba-tiba. Aku harus menaruh pelacak untuknya."

Nico mendecak.

***

"Bi Asih! Dorr!"

"Ya Tuhan!"

Wanita yang nyaris beruban itu kaget bukan main. Ia tersentak kebelakang ketika pria muda tiba-tiba saja ada disampingnya. Ia memegang dadanya yang hampir copot.

"Den Bintang! Ngagetin aja! Bibi bisa mati kena serangan jantung!"

Bintang tersenyum lebar tak berdosa. "Eih, baru sampe masa diomelin sih, Bi? Bibi gak kangen sama Binta-Aw! Bi sakit bi!"

Bintang melindungi tubuhnya yang dipukul dengan gagang sapu. "Den Bintang lama gak pulang-pulang, pas datang malah ngagetin, siapa yang gak kesal?"

Fate In You (COMPLETED)Where stories live. Discover now