Part 7

1.5K 86 4
                                    

"Apa rencanamu akhir pekan nanti?"

"70% tidur dan 30% bergerak untuk bertahan hidup, kenapa?"

"Harusnya aku sudah tahu kau akan jawab itu" Fiona mendelik kesal, tapi Sinta mengangkat bahu tidak peduli.

Ponsel Fiona berdering. Dengan gerakan kilat, dia merogoh ponsel dari saku seragam. Antusiasmenya luntur begitu ia lihat siapa yang menghubunginya. Fiona melempar asal ponselnya keatas meja.

"Siapa? Arga gak kasih kabar lagi? dia tiba-tiba ngilang?"

Fiona menghela kemudian menggelengkan kepala.

"Dia bahkan ngehubungin tiap satu jam sekali."

Sinta berkerut heran. "Bukannya itu bagus?Kenapa wajahmu jadi murung gitu? Kalian bertengkar?"

"Sinta.. aku sudah putus dengan Arga dari sebulan lalu."

Sinta tersedak. Putus? Bagaimana dua sejoli teromantis seantero sekolah putus? apa hal yang bisa memisahkan dua insan yang saling tergila-gila ini?

Sinta menghentikan makannya dan langsung fokus dengan Fiona.

"Jadi, kau yang memutuskannya kan? Tapi, Arga tidak mau dan tetap menghubungimu?"

Fiona mengangguk pelan. Tidak terkejut ketika Sinta mengetahuinya, meski ia sendiri belum menceritakan apapun padanya. Karena keduanya telah lama bersama, dan saling berbagi cerita.

"Jadi, kenapa kalian putus? Pasti itu hal yang serius bukan?"

Fiona menatap wajah Sinta. Ada semacam perasaan yang mengganjal batinnya, dan sungguh! ingin ia luapkan pada sahabatnya, namun kata tak terucap dari bibir cantiknya.

Mengingat hal itu, Fiona merasa harus melakukannya dengan cepat.

"Nanti." wajah cantik Fiona tersenyum. "Nanti akan aku ceritakan."

Meninggalkan Arga bersama kenangannya dibelakang. Fiona merasa hal tersebut harus dilakukan, kalau tidak, ia akan jadi orang yang jahat dan egois.

"Kau aneh." Sinta berkerut penuh selidik.
"..tapi baiklah, aku akan menunggu."

***

Sinta bersandar pada kursi kayu jati nan kuat sepanjang satu setengah meter di halaman sekolah yang sepi. Kepalanya menunduk membaca kamus bahasa koreanya yang tebalnya dua kali daripada kamus bahasa nggris di perpustakaan. Terik matahari tak membuatnya terusik karena sebuah pohon besar melindunginya dari panasnya sang Raja Siang.

Sejak lama, tempat ini menjadi tempat favoritnya untuk sekedar membaca atau menikmati angin sepoi-sepoi.
Kursi kayu nan nyaman yang ditempatkan tepat dibawah pohon besar-entah apa namanya. Sinta juga lebih suka belajar ditempat ini, membuatnya merasa bebas, tanpa harus hening seperti di perpustakaan.

Sejak tadi, ia mencoba membaca satu kalimat pendek dengan tulisan hangul, meski masih sering terkecoh, "Annyeonghaseyo, Je ir..ireumeun-"

"Dor!!" Sinta terperanjat ketika seseorang mengangetkannya dari belakang. Buku yang ia genggam jatuh ke tanah.

"Fiona! Ish!" bentak Sinta kesal masih ditengah kagetnya. Tersangka hanya nyengir tanpa dosa. Fiona duduk disebelah Sinta. Melihat beberapa buku yang dibawa Sinta ketempat ini.

"Kenapa kau duduk?Pergi! Pergi!Cari tempat lain!" Sinta mendorong bahu Fiona mengusirnya pergi dengan tampak jutek. Tapi Fiona bergeming, ia memungut buku yang Sinta jatuhkan, dan membuka halaman demi halamannya.

"Arga tadi bilang, dia tidak akan berhenti dan akan terus membuatku kembali padanya." ucap Fiona membuat Sinta berhenti mendorong-dorongnya.

Sinta menatap lekat-lekat ekspresi Fiona yang kelam. Ia memang tak tahu alasan Fiona memutuskan hubungan dengan Arga begitu saja, tetapi ia tahu Fiona tak menginginkan ini terjadi.

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang