Part 33

706 37 5
                                    


"Ah, ini pasti si kecil ya?"

Sinta berkerut heran. Apalagi ketika pria itu masuk, mengalihkan pandangan dari Sinta ke Fiona, lalu ke Sinta lagi.

Jujur saja, begitu melihat pria berwibawa itu, Sinta terkesima. Untuk seorang paruh baya, pria ini sangat modis dan berkarisma. Ia menoleh ke mama-nya meminta penjelasan.

"Kamu lupa sama om, ya?"

Sinta mengerjap, memandangi wajah pria itu. Jadi ia peenah bertemu orang ini? Dimana? Hal yang Sinta lakukan juga dilakukan dua temannya.

"Ah, mengecewakan. Om ingat sekali bagaimana rasa sakit di punggung ketika kamu main kuda-kudaan dulu. kamu langsung nangis kalau om gak ikutin mau kamu. Padahal tiap om datang dulu, kamu selalu heboh."

Sinta tak sadar menggaruk kepalanya. Ia mengingat-ingat kembali. Pria tersebut melipatkan tangan di dada.

Seperti sebuah sengatan di kepalanya, Sinta tiba-tiba menyatukan kedua telapak tangannya, "Om Unicorn!"

Pose itu yang paling Sinta ingat, ketika Om Bayu menolak menjadi kuda unicorn untuk Sinta.

Bayu tersenyum lebar, dan melangkah memeluk Sinta sayang, bocah yang dulu hobi menaiki punggungnya sudah tumbuh jadi gadis manis yang imut, dan manis, juga memiliki mata yang sama dengan Panca.

"sejak kapan kamu jadi se-gede ini? Mana bisa om kuat jadi kuda buat kamu lagi?"

Bayu mengacak pelan rambutnya. Sinta merapikan kembali rambutnya sambil tersenyum lebar. "Lagian, Sinta 'kan gak minta buat naikin punggung om lagi! Ngomong-ngomong ada apa om kesini? Mau ketemu Mama ya?"

"Om Bayu datang buat jenguk kamu, sayang."

Sinta menoleh, dan dapat sebuah anggukan dari Bayu. "Om bawain buah dan makanan kesukaan kamu dulu, permen jelly beruang 'kan?"

Sinta menerimanya dengan senang hati. Wajahnya terlihat riang, sampai-sampai ia nyaris lupa atas rasa kecewanya pada Bintang dan pertengkaran mereka tadi, serta lupa dua temannya terabaikan di sofa.

"Om, kenalkan! Ini teman Sinta disekolah, Arga dan Fiona."

"Selamat siang, Om!" lagi-lagi keduanya berkata serempak.

"Nah, karena Om Bayunya sudah datang, semuanya kita makan! Arga, dan Fiona juga, ayo!"

Dan, hal yang paling Fiona takutkan. Diet satu bulannya pupus sudah hanya dengan aroma masakan Mama Sinta. disebelahnya, Arga menepuk bahu Fiona dengan ekspresi tabah, seolah menguatkan.

Uh! Izinkan ia meninju pria ini sekali saja.

***

Jika kau akan menderita karena aku, kau bisa bahagia tanpa aku. Aku bersungguh-sungguh.

Sinta menyandarkan punggung pada pilar tabung gedung sekolahnya, dan mendengarkan musik lewat headset.

Ia pejamkan mata, rasanya tidak nyaman. Semenjak pagi itu, ia tak lagi melihat Bintang. Sinta menghela dan menaikkan volume musik keras-keras.

"Woi!" Sinta mendecak saat seorang melepas headsetnya dan berteriak tepat di daun telinga.

Sinta mendelik kesal, memekik pada dua orang yang mengganggunya. "Apaan sih ganggu aja!?"

Fiona dan Arga saling pandang sesaat. "Habisnya kamu daritadi dipanggil gak jawab."

"Iya?"

Fiona dan Arga mengangguk serempak.

Fate In You (COMPLETED)Where stories live. Discover now