Kini mata kedua manusia berbeda Gender ini saling terpaku satu sama lain, jantung mereka berpacu bagaikan Bunyi sepatu kuda dalam perlombaan.

Wajah Sakura kini kian memerah, semburat merah di kedua pipinya itu disadari Sasuke bahwa sekarang ia sedang malu di beri tatapan seperti itu. Akhirnya Sasuke melepaskan tangan Sakura terjadilah Perasaan malu di diri mereka. Sakura yang salah tingkah, sedangkan Sasuke masih mempertahankan image nya.

Keheningan yang melanda Sakura dan Sasuke, tidak ada yang membuka mulut untuk mengeluarkan suara sedikitpun tidak sama sekali, hujan masih saja tidak mau berhenti seakan cuaca sangat mendukung mereka berdua menghabiskan waktu disini untuk berduaan. Sakura yang curi-curi pandang terhadap Sasuke yang masih setia menatap hujan dengan wajah datarnya.

"Hujan Berkat," batin Sasuke sesekali ia melirik Sakura tanpa disadari Sakura.

"Hujan Sial,"umpat membatin Sakura karena ia sekarang sangat malu, "aduduh Sakura kenapa malu sih hanya tatapan itu aja kamu malu? Ada apa dengan dirimu pake menyalahkan hujan lagi" batinnya.

.
.
.
.
.
.

"Bosan" gadis dengan ponytail menopang dagunya di meja kasir yang berada ditoko bunga tempat ia bekerja, biasanya bukan urusannya dalam masalah keuangan begini. Bibir tipis Ino dibuat-buat monyong, dirinya terlihat frustasi padahal ini sudah waktunya toko tutup tapi ia masih tetap saja dudul sambil meratapi hidupnya yang malang, ia sekarang lagi tidak punya semangat untuk bergegas menutup toko bunga ini, bayangkan selain membersihkan toko ia harus menghitung jumlah keuangan dan modal yang ia dapat. secara ia hanya lulus SMA apalagi saat duduk dibangku SMA, ia bukan duduk didepan, Makanya ia punya kesempatan tidur dikelas walau gurunya galak sering sekali ia dimarahi guru, ditambah lagi omelan dari kak Temari yang selalu dapat diteguran dari guru. Bukannya ia malas belajar tapi ia malas sama gurunya itu kalau menjelaskan gak ada asiknya menurut Ino.

"Hoam aku butuh Jalan-jalan, cuci mata, bukan tidur. Tapi aku gak punya uang"cemberut Ino sembari menopang dagunya.

"Bosan, bosan, bosan, bosan. Cuaca Hujan, Hujan, Hujan, udara dingin, dingin dan dingin. Apalagi tanpa kekasih huhuhu..., sungguh malang hidupku hiks..., haah~ sudahlah aku lebih baik bereskan saja dulu pekerjaanku lalu aku jalan-jalan. Masalah uang? Halah tidak perlu hanya jalan-jalan aja kok tidak perlu pake uang selama kau masih punya kaki"ucap Ino menyemangati dirinya sendiri.

Skip>>>

Semuanya selesai semua yang harus dibereskan Ino akhirnya beres juga. Tinggal menutup pintu toko dengan segera ia menarik pintu tokoh bunga dari atas kebawah.

"Hufftt selesai, akhirnya bisa jalan-jalan pulang kerumah hihi namanya juga jalan-jalan tidak perlu ke mall kan?, jalan kaki pulang kerumah udah bisa disebut jalan-jalan"ucap Ino sembari berkacak pinggang.

Tit tit tit "nona Yamanaka"panggi seseorang dari dalam mobil putih mengkilap otomatis membuat Ino menoleh kearahnya, "itu pak dokterkan? OMG mimpi apa aku semalam pak dokter datang ketempat kerjaku? Oh My God bangun Ino sudah pagi!"batin Ino sembari menepuk-nepuk pipi mulusnya.

"Pak dokter tampankan?"tanya Ino dengan polosnya, sedangkan Sai hanya tersenyum lucu dengan ucapan Ino.

"Ayo naik"ajak Sai, tanpa banyak-banyak bacot dengan cekatan ia meraih dan membuka pintu mobil Sai tentu saja akan naik juga kedalam mobil sesuai perintah Sai.

"Hehehe Ada apa yah pak dokter mengajakku?"tanya Ino seusai memakai Sabuk pengaman.

"Kita akan jalan-jalan, mau?"jawab sekaligus bertanya Sai.

"Mau dong, tapi aku lagi mengidap penyakit kanker"ucap Ino berubah menjadi cemberut.

"Apa?! kenapa tidak konsultasi kedokter? Itu bukan penyakit biasa kamu harus kerumah sakit untuk mendapat perawatan khusus!"kaget Sai

"Emang kanker harus kerumah sakit yah?"tanya Ino bingung.

"Yah ampun kamu ini bodoh atau apa?!"marah Sai membuat Ino kaget, menyadari sekarang  Ino ketakutan iapun berusaha meredakan emosinya dan mulai memeperlembut Suaranya.

"Maaf"ucap Sai.

"Hm tidak apa-apa kok"

"Kamu kerumah Sakit besok aku yang akan memeriksamu!"

"Emmh gak perlu akukan lagi Kanker tidak mampu membiayai Rumah Sakit"ucapan Ino membuat Sai Bingung.

"Maksud kamu?"tanya Sai

"Iya aku lagi kanker, Kantong Kering jadi tidak punya biaya kerumah sakit sekarang"

Krik krik walaupun hujan masih bisa terdengar suara jangkrik.

"Jadi Maksud kamu Kanker itu Kantong Kering?"

"Iya emang dokter pikir apaan?"tanya Ino.

Sai menyandarkan tubuhnya di bangku mobil sekarang ia merasakan pegal di pungung lehernya.

"Kita jalan sekarang, karena masih hujan kita makan dulu aku lapar gara-gara KANKER nanti kalau udah reda kita kepasar malam katanya akan tutup besok"ucap Sai dengan segera menancapkan gas tapi sebelum itu ia menarik nafas dulu dalam-dalam dan membuangnya secara paksa.

"Ok, tapi dokter yang bayarkan?"

"Iya, tenang saja"


Tbc....

Sampai bertemu di Chap selanjutnya jangan lupa votemen!

Bye-bye🤗

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang