EPILOG

609 37 11
                                    

Hallo wankawan...
Tanpa persetujuan kalian, aku up epilog dari mimpi..
But, it's not last of Mimpi.. Remember, mimpi selesai bukan berati tujuan kita selesai.. It's mean kita harus nyari mimpi yang lebih tinggi lagi.

*bijakmodeon,-

Yoweslahh.. Baca dulu.. Coletahnya aku lanjut lagi nanti😂

Happy reading..

###

Attaya meremas kepalanya, kesal pada cowok sok cool didepannya itu.

"lo cuman tinggal bilang iya aja susah banget. Lo nggak boleh gitu dong, harusnya lo itu selalu mengenang, ingat sama apa yang terjadi kita di dunia mimpi, bukan malah nggak kenal gue kayak gini."

Cowok itu tetap bergeming diam, membaca buku ditangannya. Kedua kupingnya sudah disumpal dengan earphone yang menggantung indah. Mebuat Attaya semakin mencebik kesal pada sosok didepannya itu.

"fine Devan. Lo nggak kenal gue. Gue juga nggak akan kenal sama lo. Titik." Attaya berbalik kesal menuju Via dan Rio yang menahan tawa dimejanya.

"ketawa kalau itu buat lo bahagia, nggak usah sok peduli sama gue." ucap Attaya sebal, membuat kedua tawa itu pecah seketika. Attaya mendelikan matanya kesal, dua orang didepannya ini memang pandai membuat Attaya malu dan kesal.

"bahagia banget ya." sinis Attaya. Ia memalingkan wajahnya menatap sekitar. Sayangnya matanya malah terpaku pada cowok yang tadi didatanginya itu. Yang kini membuat kesalnya tingkat kuadrat.

Sekalipun ia kesal dengan wajah dingin Devan yang sejujurnya tetap dan akan selalu ganteng, Attaya masih berbaik hati untuk bertanya pada dirinya sendiri. Kenapa lo lupa sama gue Devan? Sebenarnya apa yang terjadi?

"oke, gue minta maaf. Gue cuman mau lo berhenti sama semua omong kosong lo Tta." sahut Rio masih dengan usaha memberhentikan tawanya. Mendengar itu Attaya seperti minyak yang terkena api, meledak seketika.

"gue nggak ngomong bullshit sama kalian. Harus berapa kali sih gue bilang sama kalian kalau semua cerita gue itu serius. Gue nggak ngarang sedikitpun."

"dan berapa kali juga kita bilang kalau lo nggak pergi kemanapun Attaya. Lo pergi liburan bareng keluarga kita Tta. Berhenti buat mengatakan apa yang sebenernya nggak terjadi sama lo Tta. Lo kelihatan kayak.. Orang gila Tta."

Keadaannya berubah seketika, yang tadinya penuh canda tawa kini benar-benar serius. Attaya merasa tertohok dengan ucapan Rio.

"lo bilang gue.. Gila." Attaya tak percaya dengan ucapan Rio. Lebih tepatnya ia tak percaya Rio mengatakan itu pada Attaya. Sejahil-tengilnya sikap Rio, ia tahu Rio tak pernah berani menyakitinya. Justru Rio akan selalu menjaganya, tapi kini..

Attaya merasa sakit hati dengan ucapan Rio.

"Tta.. Maksud gue bukan itu. Maksud gue.." ucapan Rio terpotong karena Attaya langsung berlari pergi. Membuatnya lansung mendapatkan jitakan sayang dari kekasihnya tercinta.

"kamu itu kelewatan Rio!" hardik Via melototkan matanya. Kedua jarinya hendak menjepit telinga Rio kalau saja Rio tidak berkilah langsung berdiri.

"loh.. Bukannya kamu ikutan ketawa ya?"

"ya iya sih.. Tapi kan aku nggak bilang Attaya gila."

"tapi maksud kamu juga sama kan?"

Via diam sebentar sebelum menjawab, "iya sih.. Tapi tetap aja, kalau kamu nggak bilang Attaya gila. Dia nggak akan marah."

"loh kok gitu?"

"pokoknya kamu yang salah. Titik." Via bergegas lari menyusul Attaya. Meninggalkan Rio yang melongo tak percaya.

Mimpi (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang