Bagian XVI

299 15 0
                                    

Sore itu, matahari kembali ketempat peraduannya. Menjadikan langit sore itu berwarna jingga kemerah-merahan, dan sorotnya yang hangat menerpa wajah Attaya. Kembali membuat Attaya termenung kagum padahal ini bukan kali pertama, Attaya menikmatinya di dunia mimpi.

Masalahnya, ini akan menjadi sore terakhir Attaya di dunia ciptaannya, atau mungkin tidak. Attaya tidak tahu. Merujuk pada ucapan Dreamor pagi tadi, itu artinya Attaya akan melakukan tugas utamannya pada malam ini, ia akan menyelesaikannya malam ini dan hasilnya juga akan malam ini. Penentuannya adalah malam ini.

Meskipun begitu, baik Attaya berhasil atau tidak, ia tetap tidak-belum tahu jalan untuk kembali pulang kedunia nyatanya.

"jangan gugup Attaya, percaya dirilah bahwa kamu bisa. Lakukan seperti saat kamu sedang berlatih. Ingat terus pesan-pesan Aki dan Had yang berikan. Yakinlah Attaya." Attaya mendongak untuk menatap tubuh jangkung Devan yang menjulang tinggi disampingnya. Ia mendengarkan ucapan Devan walaupun sebenarnya Attaya tidak gugup, takut ataupun khawatir untuk nanti malam. Ia hanya sedang melamun untuk memikirkan sesuatu, atau semua hal, atau bahkan Attaya tidak memikirkan apapun. Entahlah, Attaya bingung.

"kalau gue tanya, apa lo bakal jawab, Devan?" Attaya memilih tidak menanggapi ucapan Devan, ia menanyakan sesuatu yang bergelayutan dipikirannya.

Sesaat Devan tampak menimangnya, "tentang?"

"tugas utama gue itu malam ini, akan selesai malam ini dan hasilnya pun malam ini. Yang artinya, tugas lo pun akan selesai malam ini. Mau gue menang atau kalah, lo akan tetap pergi karena tugas lo udah selesai. Lo akan segera kembali ke dunia lo, sedangkan gue nggak tahu kemana jalan pulan gue."

Attaya berhenti sesaat untuk mengambil nafas, matanya menobros iris Devan, berharap semoga mendapatkan jawaban yang ia butuhkan. "kalo gue menang-dan semoga gue menang, gimana cara gue untuk kembali kedunia gue?"

*-*

Langit itu telah sempurna berwarna gelap, bintang-bintang berada diposisinya juga bulan, seakan siap untuk ikut menonton pertarungan malam ini.

Angin yang berhembus pelan, suara air yang mengalir nyaring dan binatang-binatang lainnya, menjadi backsong sampai ke aula kerajaan mimpi.

Setelah Raja Hat dan putri Dvl pergi mengikuti Dreamor, Aki dipercaya untuk mengisi posisi pemimpin untuk sementara. Sekecil apapun kemungkinan baik pada malam ini, mereka tetap berharap bisa menyelesaikannya dengan kekeluargaan. Tanpa pertempuran darah, tanpa gencatan senjata.

Dan disinilah mereka, berkumpul dalam satu ruangan walau masih diam hening. Raja Hat dan sang putri berada di kubu Dreamor yang ada didepannya sedang memandang remeh kubu Attaya yang sama menatap tajam. Kendati demikian, Attaya yang berada tepat dihadapan Dreamor merasakan tubuhnya gemetar dingin karena aura yang Dreamor.

Attaya memperhatikan kebelakang, pengikut Dreamor sangat banyak. Hampir 3 kali lebih dari petarung yang mereka miliki. Wajar saja, karena hanya pengawal-pengawal kerajaanlah yang ikut bertarung hari ini. Beberapa bertugas untuk mengamankan warga sekitar, menajaganya apabila keadaan menjadi genting. Sisanya hanya ditambah dengannya, Zee dan Devan. Baik, mereka kalah kuantitas, juga kualitas.

"baik, mungkin kita bisa menyelesaikan masalah ini baik-baik. Tanpa pedang, tanpa panahan. Kita bisa duduk dulu sambil meminum teh, lalu memulainya dengan peraturan yang berlaku." tawar Aki membuka malam ini. Wajahnya ramah, suaranya ramah, membuat Raja Hat muak dengang tingkah Aki.

"ahh.. Sudahlah, bilang saja kalau kalian takut berlawanan dengan Dreamor. Aku bilang apa, selama ini kita salah memilih mendengar Aki si bijak untuk menunggu pena yang selalu berlindung dibalik tubuh pelindungnya."

Mimpi (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang