Bagian XIX [SELESAI]

571 31 0
                                    

"Bangun Attaya! Hari ini pertama kamu masuk sekolah.. Bener-bener ya ini anak, Cepat Attaya Bangun!"

Attaya berkedip beberapa kali. Retinanya menangkap wajah kesal mamanya yang sedang mengguncangkan tubuhnya berkali-kali. Ia mengerang kesal lantas menarik selimutnya lebih tinggi, bersiap melanjutkan mimpi indahnya.

Tunggu, mama?

Attaya segera menyibakan selimutnya, mencari mamanya yang baru saja kembali dengan gayung ditangannya.

"MAMA!" pekik Attaya keras lalu berlari untuk memeluk mamahnya. Saat tubuh mamanya yang berontak minta dilepaskan, Attaya justru tersenyum senang. Itu artinya ia telah pulang, ia telah kembali kedunia nyatanya.

"mama, Attaya kangen." Attaya semakin mengeratkan pelukannya, tak peduli dengan mamanya yang berseru minta dilepaskan.

"kamu kenapa aneh gini sih, lepasin Attaya. Mama harus bikin sarapan." ucap sambil Mawar menggerakan semua badannya, apapun itu ia berusaha untuk melepaskan dirinya dari pelukan sangat erat putrinya itu.

Attaya menggelengkan kepalanya, "nggak mau Atta kangen sama mama. Mama jahat sama sekali nggak nanya keadaan Attaya, padahal Attaya udah bertarung buat ngalahin Dreamor dan ngebebasin dunia mimpi. Atta sempet takut gak bisa ketemu sama mama, papa sama bang arsen lagi. Attaya rindu kalian."

Mawar mengeryitkan dahinya, berpikir keras apa yang sudah membuat anaknya mejadi aneh seperti ini. Padahal kemarin malam ia sedang merajuk karena ulah jail sepupupnya, Rio.
"kamu masih ngelindur ya?"

Attaya menggelengkan kepalanya. Membuat Attaya melotot lalu melepaskan pelukan itu secara paksa. "kamu.. Gila ya?"

"mama.."

*-*

".. Bayangin gue dengan segala sifat jelek gue yang harus nyelesain kisah yang gue lupa bahkan buat judulnya juga. Gue harus pergi ke lembah mimpi, mengelilingi dunia minpi buat tahu keinginan mereka diakhir cerita yang gue buat. Beruntungnya Devan setia nemenin gue dari awal sampe akhir petualangan di dunia mimpi."

Cerita Attaya mengambang untuk mengambil nafas. Selanjutnya sorotnya yang tadi menggebu untuk bercerita ke Rio dan Via yang dihadapannya menjadi sedih. Ia akan menceritakan bagian sedihnya, jadi ia harus bersiap untuk itu.

"sayangnya, dia harus pergi saat semua menjadi mudah. Dia pergi karena tugasnya yang udah selelsai. Dan gue nggak tahu apa gue akan bertemu lagi sama dia. Gue nggak tahu apa gie bakal ketemu lagi sama sosok seperti dia. Gue nggak tahu lagi apa gue akan jatuh cinta lagi." lanjut Attaya sedih. Ia hanya mengaduk-ngaduk jus buah didepannya, tanpa minat untuk diminum.

Sedangkan Via dan Rio yang mendengar cerita 'mimpi' Attaya hanya mengangguk tak peduli. Terbiasa dengan tingkah nyeleneh Attaya yang kadang bisa diluar logika, membuat mereka memaklumi sifat Attaya yang satu ini.

Yaa.. Anggap aja dia lagi belajar akting. Pikir Via dan Rio, untuk mempersingkatnya.

Keadaan kantin ini sangat ramai, terlebih hari ini adalah hari pertama mereka sekolah setelah liburan panjang. Membuat kegiatan belajar mengajarpun sedikit terkendala, karena guru-guru masih mengadakan rapat awal semester.

Attaya sendiri tahu, ceritanya pasti hanya dianggap lelucon semata. Tadi pagi saat Attaya menceritakan kisahnya pada Anggota keluarganya, mereka semua tertawa. Bahkan abangnya-Arsen pun ikut tertawa terbahak-bahak bersama kedua orang tuanya. Dan kali ini, saat ia menceritakannya pada sepupu dan sahabatnya, mereka hanya mengangguk tak minat menanggapi.

Sungguh Attaya tahu, ceritanya hanya dianggap omong kosong. Tapi bukan Attaya kalau peduli, jadi ia melanjutkan ceritanya pada Rio dan Via.

"belum lagi gue harus ninggalin Aki yang bijaknya.." dan selanjutnya baik Rio maupun Via menutup kupingnya lagi, jengah mendengar kisah fantasi Attaya.

Mimpi (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang