Bagian VI

595 42 1
                                    

#####

Attaya menarik nafasnya dalam-dalam, sembari melakukan peregangan-peregangan kecil yang biasa ia lakukan disekolah saat pelajaran olahraga.

Attaya menatap pemandangan yang tersaji didepan matanya, it's so beutiful.
Attaya tersenyum kecil, ia mengingat bahwa ialah yang membuat dunia mimpi ini. Kalau begitu, Attaya tidak akan mengelak jika imajinasinya waktu kecil dahulu sangat hebat.

"selamat pagi pena." Attaya menatap Zee yang menyapanya.

"Attaya. Panggil aku Attaya saja, kumohon." pinta Attaya.

"tapi pen.."

"pena bukan namaku. Saat kalian panggil aku dengan pena, itu terasa bukan seperti aku. Jadi kumohon panggil Attaya saja." potong Attaya.

Zee tersenyum, "jadi Attaya, bagaimana tidurmu juga pagimu. Ku harap itu tidak berbeda dengan duniamu."

Attaya memalingkan wajahnya, ia rasa tidurnya nyaman saja. Mungkin karena kecapekan atau yang lainnya jadi tidurnya lelap.

Ditambah lagi, dress yang ia pakai berganti menjadi pakaian yang dipinjamkan Zee. Attaya tidak tahu apa namanya, tapi yang jelas ini lebih baik dibandingkan dengan dressnya yang terasa lengeket dimana-mana.

"hampir." jawab Attaya sambil tersenyum, bukan senyum ceria yang ia punya melainkan senyum sedih.

Itu benar, pagi ini terasa sama saja. Matahari bersinar hangat juga embun pagi yang menambah keasrian dunia mimpi ini. Tapi, ia tidak mendengar omelan Mawar saat membangunkannya juga sikap dingin Arsen yang berbanding terbalik dengan Adi yang sering menyapanya hangat. Atau Via juga Rio yang sering menjailinya.

Ini memang baru hari kedua, tapi ia sudah sangat-sangat rindu dengan keluarganya itu. Dan, Attaya juga tidak tahu kapan ia bisa bertemu kembali dengan keluarganya juga sahabat konyolnya.

Attaya menghela nafasnya, "ini indah." ya seenggaknya ini indah, batin Attaya melanjutkan.

Attaya menatap heran Zee saat ia berkata, "memang, tapi entah kenapa kami sudah tidak merasa senang dengan itu."

"maksudnya?"tanya Attaya pelan.

"kami sudah merasa bosan dengan keindahan ini Attaya, dengan kehidupan ini. Rasanya, ini terlalu datar Attaya, dunia ini terlalu nyaman." Attaya mengerjapkan matanya pelan, ia sudah tahu kemana pembicaraan ini tertuju.

"katakan saja jika kami tidak tahu diri, tapi ini yang memang kami rasakan. Kami sudah pegal dengan kehidupan yang hanya seperti ini. Bahkan kami merindukan saat watu tergenting sekalipun, peperangan. Ini terlalu mudah untuk disebut Kehidupan, kami merasa tidak pernah hidup setelah cerita ini tidak berlanjut."

"pernah kami akan menyerahkan jalan cerita ini pada dreamor, tidak ingin tahu apa yang akan ia buat dengan cerita ini yang mungkin berbanding terbalik dengan apa yang kami inginkan. Kami sudah memasrahkannya."

"tapi Aki melarang, ia bilang bahwa pena akan segera melanjutkan cerita ini, membuat harapan kami perlahan muncul kembali. Tapi, saat kamu mengatakan kamu tidak bisa melakukannya, harapan kami pupus seketika. Keyakinan kami tentang hidup kami yang akan lebih berwarna lenyap menghilang."

"syukur, Devan bisa membujukmu kembali untuk menyelesaikan cerita ini. Kami tidak tahu apa-jadinya kalau kamu benar-benar pergi Attaya, kami.." Zee menggelengkan kepalanya pelan sambil mengangkat kedua bahunya. Attaya tahu apa artinya itu, tapi..

Tiba-tiba, Zee menatapanya dengan mata berbinar. "Aki bilang, dia tahu cara untuk menyelesaikan masalahmu Attaya. Aki mungkin akan mengatakannya saat makan siang nanti atau makan malamnya." ucapnya sambil tersenyum.

Mimpi (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang