Bagian VIII

455 33 0
                                    

"Aki, kenapa bisa aku menulis di buku mimpi itu Aki?" Attaya memutuskan bertanya, hei daripada tumbuh jerawat diwajah cantiknya ia lebih berani untuk bertannya. Hitung-hitung bisa menjawab rasa penasarannya.

"sebenernya kau salah satu orang spesial Attaya." Aki mulai menjawab sedangkan Had yang berada disamping Attaya lainnya mengedarkan pandangannya, menatap secara rinci dari samping sampai depannya, waspada jika ada sesuatu yang mencurigakan.

Attaya tak mengerti, dimana letak ke-spesialannya jika ia harus terjebak dunia mimpi ini.

Sesaat Aki tertawa melihat raut bingung Attaya. "Jadi begini Attaya. Buku mimpi diciptakan untuk orang-orang yang bermimpi tanpa pamrih, mereka adalah sebaik-baiknya orang karna bermimpi untuk menyenangkan orang lain namun tetap dengan cara yang mereka kuasai. Tanpa memaksakan kehendak."

"di duniamu, buku mimpi hanya ada beberapa saja, dan diberikan kepada orang yang benar-benar tulus hatinya untuk bermimpi. Pada dasarnya buku mimpi ini sebagai hadiah untuk mereka yang menerimanya, mengingat apa yang telah mereka lakukan untuk orang disekelilingnya. Buku mimpi ini juga membenarkan bahwa setinggi apapun mimpi kamu, kamu akan mendapatkannya."

Attaya termenung sejenak, memdengar penjelasan Aki. Sesekali mengusap peluhnya yang bercucuran hebat.
Ia mengutuk otaknya yang bekerja lambat untuk hal sepenting ini. Apalagi dicuaca yang sepanas ini.

"pada awalnya kamu memang bukan pemilik buku ini. Yang mempunyai hak penuh untuk buku ini adalah Nenek kau, si penulis cerita untuk anak-anak. Tapi Nenek kau memberikan buku ini padamu Attaya, itu berati Nenekmu percaya sepenuh hati bahwa kau akan menjadi pemimpi yang hebat. Sehebat kau membuat dunia ini untuk kami. Hebat bukan?"

"sudah menjadi sifat manusia untuk merasa bosan Attaya. Dan sayangnya kamu mendapatkan kebosanan itu saat menulis cerita ini di buku mimpi. Apalagi umurmu masih sangat kecil waktu itu."

Aki mengehela nafasnya, "entah ini keberuntungan atau tidak, mimpimu waktu kecil ini menjadi kenyataan. Tapi sayangnya kamu harus datang untuk melanjutkan cerita ini."

"dengar ini Attaya, kami percaya kepadamu sebesar nenekmu percaya waktu kau kecil Attaya. Kami tahu kau pasti bisa menyelesaikan kisah ini. Kisah yang sesungguhnya benar-benar hebat jika ditulis anak seusia mu dulu."

"kau mengenal Nenek ku Aki?" Attaya masih tidak mengerti, bagaiman Aki tahu kalu ia mendapatkan buku itu dari neneknya. Apakah Neneknya yang menceritakannya?

Aki tersenyum tipis ditengah perjalanannya. "tentu saja aku tahu, karena aku adalah tokoh yang juga ditulis oleh nenekmu." Jika ada alat ukur untuk menghitung kebingungannya, Attaya yakin pasti hasilnya tal berhingga.

"kalau memang kau tahu itu Aki, harusnya kau juga mengetahui akhir cerita ini. Menyelesaikannya tanpa harus menungguku. Dengan begitu Dunia mimpi tidak akan tergantung dan berakhir ditangan Dreamor. Ngomong-ngomong Dreamor itu apa?

"aku tidak ada hak untuk melakukan itu Attaya. Kamu yang harus melakukannya. Tentang Dreamor akan kita bahas setelah kita kembali. Kita sudah sampai Attaya."

Attaya baru sadar jika dirinya sedang berada dibawah sebuah pohon besar.
Daunnya yang rindang memayunginya dari sengatan sinar matahari yang panas. Attaya mengedarkan pandangannya. Ia terkejut saat menyadari hanya tanah kering yang luas mengelilingi pohon besar ini. Daunnya yang hijau kontras sekali dengan warna tanah yang coklat kering. Bahkan tidak ada satu rumput pun yang tumbuh disana. Benar-benar hanya pohon dengan batangnya yang besar saja yang tumbuh ditanah kering ini. Ajaibnya lagi, Attaya sama sekali tidak merasa kepanasan. Bahkan peluh yang tadi bercucuran membasahi tubuhnya hilang, berganti dengan hawa sejuk yang berasal dari desauan angin diantara daun pohon yang rindang. Menakjubkan sekali.

"Aki kita ada dimana?" Tanya Attaya. Dirinya benar-benar terpukau mengetahui fakta yang satu ini.

"kita berada di lembah harapan Attaya. Sekarang ayo ikut aku." Aki lanjut berjalan, yang diikuti Attaya dengan penuh semangat.

Demi..

Mulut Attaya langsung menganga, selebar yang dirinya bisa. Mungkin, jika rahang bawahnya tidak menyatu, bisa terjatuh sampai ke tanah. Tapi itu tidak penting.

Lihatlah, didepannya, dibalik batang pohon besar yang diameternya mungkin 2 meter kurang. Ada sebuah danau yang airnya tenang berwarna bening. Kedalamannya yang kurang lebih satu meter itu, membuat segala pikirannya ingin menyanggah tapi tak bisa. Ini diluar logikanya. Mana mungkin hamparan tanah yang tandus dan kering ini terdapat 'sepetak' kolam yang tidak ikut mengering. Airnya bahkan mengisi penuh.

"Aki.. Bagaima.. Astaga." Attaya menepuk keningnya pelan.

"Selalu ada keajaiban disetiap tempat Attaya." Jelas Aki, kumisnya yang lebat berwarna putih ikut terangkat karena senyum tipisnya.

Attaya kira hanya dirinya yang baru tahu tentang ini. Tapi ternyata Zee dan Had pun termenung sesaat melihat danau ini.

"Aki kau merahasiakan ini dari kerajaan, dari Raja Hat." Panglima Had berucap dingin, tangannya telah bersiap mengeluarkan pedangnya. Sorot matanya tajam, menuntut penjelasan dari Aki.

"tidak ada yang ku sembunyikan Had, ini bahkan bukan lagi ditempat kita. Ini tidak seperti apa yang kau pikirkan." Aki menjelaskan dengan tenang. Sesaat iris abunya kembali menatap Attaya yang masih terlihat jelas kebingungannya. "akan kujelaskan nanti Had, didepan Raja Hat. Sekarang, mari kita bantu terlebih dahulu Sang Pena. Nah Attaya berendamlah."

"Apa!?" berjengit heran. Didunia-sungguhan-nya saja, Attaya diajarkan untuk selalu berhati-hati. Apalagi di dunia Mimpi yang selalu mengejutkannya. Cukup hewan besar yang menyerangnya kemarin malam, jangan Buaya Berbisa atau Ikan penghisap darah. Tidak Mau.

"tidak usah takut Attaya. Danau ini adalah harapan untuk pohon ini tetap hidup. Dengan pohon itu yang tetap hidup, niscaya tumbuhan-tumbuhan lain pun akan ikut tumbuh dilembah harapan ini Attaya." Aki mulai menjelaskan, mengusir sedikit ketakutan pada Attaya.

"apa yang membuat kami bertahan untuk menunggumu melanjutkan cerita ini Attaya? Itu adalah harapan, harapan untuk kamu menyelesaikan cerita ini, harapan untuk kamu sendiri yang akan membebaskan kami. Berulang kali rakyat ragu dan akan memilih dreamor sebagai jalan terkahirnya, tapi aku berhasil membangkitkan harapan mereka untuk tetap menunggu kamu. Dan mereka bermimpi kembali."

"sungguh Mimpi dan Harapan adalah kekuatan besar Attaya. Satu-satunya kekuatan yang akan engkau gunakan saat ragu mendatangimu, saat kau hilang arah, saat kau berputus asa. Hanya mimpi dan harapanlah yang bisa membantumu Attaya. Berendamlah, maka saat kau putus asa, berharaplah. Dan harapan itu akan jadi kenyataan. Akan kutinggalkan kau dengan Zee. Yang lainnya ikut aku." Aki berbalik pergi bersama Devan dan Had. Meninggalkan dirinya yang masih tertegun dengan Zee yang melangkah mendakatinya. Sebesar itukah harapan mereka tentangnya?

Masih diliputi kebingungan, Attaya dibantu Zee turun kedalam Danau. Mulai berendam. Satu-satunya yang ia pikirkan adalah bagaimana cara menyelesaikan cerita ini dengan baik. Bukan untuk dirinya, tapi untuk rakyat di dunia mimpi yang begitu besar mengharapkannya.

Didalam hati kecilnya, muncul satu tekad untuk menyelesaikan kisah yang ditulis saat ia masih kecil. Membebaskan Aki, Zee, panglima Had dan yang lainnya dari kisah gantung yang ia buat. Kali ini Attaya yakin, Ia bisa.

***

Kali aja jadi mood bost buat yg lagi pusing gara2 pta nya..

Semangatt gaess💪

Mimpi (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang