Bagian X

372 31 0
                                    

"kata Zee lo bilang gue akan berhasil menyelesaikan masalah ini? Darimana lo tahu?" tanya Attaya menghapus bisu diantara mereka. Apalagi setelah menikmati sinar hangat dari matahari yang tenggelam diantara barisan bukit didepannya. Salahsatu waktu favoritnya didunia mimpi, melihat sunset.

"aku tahu karena aku yakin kamu bisa Attaya."

"bohong! Lo pasti tahu sesuatu. Lo pake kekuatan lo kan?"

"nggak ada salahnya untuk selalu berfikir positif Attaya. Itu akan membantumu banyak."

Attaya terdiam. Jadi tiu kekuatannya?

"kenapa lo bantuin gue?"

"tugasku untuk membantu mu Attaya."

"kalo gitu kenapa lo repot-repot nyulik gue dari dunia nyata gue buat ngelarin masalah yang bahkan duduk permasalahannya pun gue gatahu- Ya gue tahu ini karena kesalahan Attaya kecil yang nulis cerita ini di buku mimpi dan gak dilanjut sampai habis. Maksud gue kenapa nggak lo aja yang langsung nyelesain masalah ini. Kata Zee lo tahu segalanya."

"atau.. Lo kasih ke gue salah satu kekuatan lo, biar gue gak perlu susah-susah buat belajar beladiri yang bikin seluruh tubuh gue mati rasa. Gue rasa itu nggak akan rumit kayak sekarang."

Devan tersenyum tipis, mengetahui keadaan Attaya yang mulai membaik karena kecerewetannya. Alih-alih membalas tatapan Attaya yang penuh ingin tahu, Devan semakin lamat melihat langit malam yang mulai membiru.

"kamu tahu Attaya, membuat seseorang menjadi Raja, Ksatria atau orang bijak itu mudah Attaya. Tapi menjadikannya laksana Raja yang bijaksana, Ksatria yang pemberani atau Orang bijak yang cakap karena segala ilmu pengetahuannya, itu jauh lebih sulit dari apa yang pernah kita pikirkan Attaya."

Devan menghela nafasnya sejenak, sebelum menengok menatap Attaya dengan sorot teduhnya. "kamu juga tahu Attaya, masalah jauh lebih mudah dihadapi dengan niat baik. Belajar dan berusaha itu kuncinya. Kalau kamu bisa memahaminya dengan baik, masalah ini akan jauh lebih mudah dari yang kamu kira Attaya. Bersemangatlah." lanjut Devan diakhiri dengan senyum hangatnya lalu kembali menatap kedepannya. Membuat Attaya sedikit tertegun. Rasanya jauh lebih baik setelah melihat senyum Devan. Begitu tenang dan menentramkan.

Attaya mengerjapkan matanya. "lama-lama lo jadi mirip sama Aki. Ngomong kalimat yang susah buat gue ngerti. Sebenernya lo siapa Devan?"

Attaya mencoba melihat reaksi Devan yang sedang memejamkan matanya dan mengerutkan keningnya. Membuat Attaya sedikit berdehem. "lo jelas bukan manusia sama seperti gue. Dengan semua kekuatan lo, lo terlalu hebat buat jadi seorang manusia. Lo juga bilang kalau lo bukan salah satu dari ciptaan gue, bagian dari dunia mimpi. Tapi lo bisa tahu seluk beluk dunia mimpi. Jadi sebenernya lo siapa Devan? Darimana asal lo?"

"aku orang yang akan membantu mu Attaya." jawab Devan tenang, setenang hembusan nafasnya. Membuat Attaya bisa menghirup wangi tubuh pria disampingnya itu.

"tapi itu tugas lo."

Jawaban Attaya mengambang, tak dibalas.

"lo.. Malaikat?" tanya Attaya ragu. Ia teringat satu buku bacaannya yang berkisah tentang seorang malaikat yang sedang diuji, dengan menugaskannya menjaga seorang perempuan manja yang tak bisa apa-apa. Mengajarkan perempuan itu banyak hal, lalu pergi menghilang saat siperempuan itu sudah jauh lebih baik.

"mungkin, kamu bisa menganggapnya seperti itu."

Jadi.. Benar?

"jadi, lo malaikat-calon malaikat yang tugasnya ngebantu gue buat nyelesain masalah ini. Gitu?" tanya Attaya mengemukakan pikirannya. Jadi, ceritu yang pernah dibacanya itu benar. Dan sekarang terjadi kepadanya?

Mimpi (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang