13

882 209 17
                                    

Undangan

Chanyeol

"You couldn't live without me, huh?"

Gue tertawa mendengar celetukan Wendy yang melongokkan kepalanya dari arah pintu. Sambil tersenyum tipis, gue berjalan menghampiri dia dan mengambil sebuah map merah dari tangan cewek itu.

"You all that I need, Wen. I count on you a lot."

Setelah rapat dengan durasi yang panjang dengan beberapa perwakilan divisi yang lain, gue yang terlalu excited buat nelpon Yoona lupa kalau gue belum punya salinan MoU dan berkas-berkas lain yang harus gue tunjukkin ke kontraktor besok. Akhirnya setelah nelpon Yoona, gue nelpon Wendy buat balik ke kantor sambil bawa berkas yang gue butuhkan. Sedikit gak tega juga sih karena she's been working hard since morning with me dan pasti butuh istirahat, tapi gue juga butuh berkasnya biar besok Wendy bisa istirahat sementara gue ngehandle urusan sama kontraktor. Dan untungnya dia gak masalah balik ke kantor in such an unearthly hour.


"Jadi gimana hubungan lo sama si mbak desainer itu? Who's again?" tanya Wendy disela-sela kegiatan gue yang lagi sibuk dengan mesin fotocopy.

"Yoona. Namanya Yoona."

"Oh iya. Yoona," Wendy duduk di kursi depan meja gue. Perlahan memutar kursi itu agar menghadap ke arah gue. "Jadi gimana hubungan lo sama dia?"

Diluar jam kantor, gue emang nyuruh ke semua orang buat treat me as a friend instead a senior. Dan itu juga berlaku buat Wendy yang bisa dibilang been there since the first time I start this job. We care for each other sampe gak jarang sering tukeran cerita, entah itu soal kerjaan atau soal hal-hal lain yang lebih personal.

"We are fine. Masih mencoba ngenal satu sama lain, tapi gue udah dapet lampu ijo sih. So, yeah, let's just see where will we go."

"I'm glad if she's makes you happy. Lo keliatan lebih alive setelah sama dia," ujar Wendy, ngebantu beresin berkas-berkas asli balik lagi ke dalam map kaya sebelumnya, sementara gue ngurus salinannya.

"Thanks, Wen. I'm happy with her. Gue punya tujuan lain selain cuman kerja dan orang tua gue. It's different from the last time."

"Yeah, I'm glad."

Gue mengangguk pelan. Mulai membereskan meja kerja gue yang berantakan dan memasukkan barang-barang gue ke dalam tas kerja ketika Wendy berjalan mendekat. Perlahan tangan gue digenggam sama cewek itu.

"You can always turn to me, Yeol."

Gue tersenyum. Mengangguk pelan sebelum menggenggam balik tangan Wendy dengan lebih erat.

"And I will always know where to find you. Lo gak perlu khawatir."

Senyuman cewek itu yang menenangkan seolah menjadi penutup percakapan gue dengan Wendy hari itu.

"Ayo. Gue anterin lo pulang."

*****

The last thing yang gue mau hari ini adalah berurusan dengan dua cecunguk yang entah sejak kapan udah nerobos masuk ke apartemen gue. God! Gue tuh pengennya mandi air anget, masak mie instan (karena gue males makan diluar kalau gak bareng Yoona) dan tidur nyenyak, balas dendam untuk semingguan terakhir gue tidur ala kadarnya.

Tapi dengan kurang ajarnya, malam gue yang udah bikin kesel harus ditambah bikin frustasi sama kehadiran Jinyoung dan Seulgi yang pas gue masuk, udah lagi ketawa-tawa nonton tv sambil ngerampok persediaan snack gue dari dapur. Damn!

Our UniverseWhere stories live. Discover now