23. The Gentlewoman

17K 1K 1
                                    

Happy reading!

***

Mata Diandra memanas saat melihat bagaimana keadaan Andrian saat ini. Dia sama sekali tidak pernah membayangkan jika Andrian harus terbaring lemah di atas blankar. Dan kini, mimpi buruk itu menjadi kenyataan di depan matanya.

Andrian lah yang selalu menjaganya jika memang bisa, jika Diandra tidak dalam galak mode on. Andrian pula yang selalu setia memberikan perhatian-perhatian kecil walau kadang hanya dibalas dengan ketusan oleh Diandra. Andrian lah yang selalu bisa membuat suasana hatinya menjadi lebih baik. Tapi, sekarang orang itu sedang tak berdaya.

Kebingungan melanda Diandra saat ini. Haruskah dia menyapa Andrian dengan lembut atau memakinya karena telah berani terluka tanpa izinnya?

"Kok bisa?" pita suara Diandra sudah bergetar.

"Cuma keseleo kok, Di. Sampe segitunya ekspresi lo," Andria terkikik geli melihat bagaimana bodohnya ekspresi sahabat kesayangannya itu. Atau mungkin, wanita spesialnya lebih tepat untuk saat ini.

Ya, Andrian hanya keseleo. Tapi ekspresi yang di tunjukkan Diandra seperti pria itu mengalami kecelakaan besar semacam tabrakan yang bisa membuat tengkoraknya pecah. Diandra tidak pernah bisa biasa saja jika menyangkut masalah Andrian.

Perlahan kaki Diandra membawanya menuju Andrian. Duduk di ujung blankar dan matanya terus saja menatap pergelangan kaki Andrian yang diperban medicrepe.

"Gue kira lo ketabrak truk gitu!" sinis Alex yang sedari tadi menahan hatinya yang panas karena cemburu melihat bagaimana perhatiannya Diandra pada Andrian.

"Ndro!" tegur Diandra, memperlihatkan tatapan intimidasinya. "Mulut lo itu ya!"

"Kok bisa sampe gini sih, Yan?" Carris maju mendekati kaki Andrian.

"Senior gue kayak yang gak suka gitu sama gue. Latihan aja mainnya pake sundul-sundulan. Ya, gini deh akhirnya," ucap Andrian dengan entengnya.

"Terus nanti tanding gimana, Yan?" Bella ikut bersuara.

"Itu..."

Andrian tidak melanjutkan perkataannya. Dia pilu setengah mati sebenarnya. Lebih sakit saat Diandra menolak perasaannya hanya demi mempertahankan Si Biang Onar. Dia adalah atlet dengan semangat nasionalisme yang tinggi. Dan keberhasilannya membawa nama Indonesia bisa sampai di semifinal semakin memupuk semangat itu. Tapi, karena rasa tidak suka seorang senior yang seharusnya mendukungnya, dia terpaksa harus rela hanya sekedar menjadi supporter.

Seharusnya Andrian bisa menghindari tubrukan keras dari senior itu supaya dia bisa tetap baik-baik saja. Seharusnya Andrian mendengar perkataan teman-teman satu angkatannya yang menyebutkan bahwa Si Senior Tukang Sirik itu sudah menargetkan untuk mencelakainya. Dan seharusnya dia bisa membela nama Indonesia ke jenjang yang lebih membanggakan lagi. Kini nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada yang bisa Andrian lakukan.

Mengerti dengan apa yang dirasakan Andrian, Diandra segera menggenggam tangan sahabat kecilnya dengan erat. Memberikan senyum terbaiknya dan tidak mempedulikan ekspresi geram dari Alex yang masih berdiri di ambang pintu.

"Lo udah ngelakuin yang terbaik. Lo lebih hebat dari apa yang gue perkirakan. Indonesia sampai titik ini juga berkat jerih payah lo. Dan Tuhan menakdirkan perjuangan lo sampai sini."

Bella dan Carris ikut tersenyum mendengar penuturan Diandra. Lidah Diandra memang super. Super menyebalkan, super menyakitkan, super bikin takut, dan pada saat dibutuhkan bisa super memotivasi. Lihatlah bagaimana Andrian bisa tersenyum lembut sambil menatap manik matanya saat ini.

Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang