15. La Nina Hati

17.8K 1.1K 15
                                    

Happy reading!

***

Teruntuk kalian, para pecinta diam-diam, apakah indah hati berbunga yang berdasarkan tak memiliki? Dan apakah menyenangkan melihat kebahagiaan yang tak kalian ketahui alasannya? Apakah terasa spesial merengkuh Sang Cinta dengan do'a dari kejauhan tanpa pernah kalian dilirik sedikitpun?

Jawab saja semua itu 'iya'.

Lalu, apa kabar dengan hatimu yang selalu cemburu saat Sang Cinta dengan yang lain? Tanyakan pada Sang Hati, apakah masih bisa bertahan menanggung patah hati yang tak akan hanya sekali? Dan siapkah Sang Hati untuk kembali bangun saat kepedulian Sang Cinta bukan untukmu?

Anggap saja dia 'baik-baik saja'.

Tapi, bagaimana jika ternyata Sang Cinta mencintamu juga? Tak bisakah cinta diammu berbicara? Akhir yang bahagia bisa saja kau dapatkan.

☀☀☀

Seperti biasa, Andrian selalu berhasil dibuat bingung dengan kata-kata Diandra. Sikap Diandra yang tiba-tiba marah saat dia menyinggung tentang pria itu, tentang perasaan Diandra lebih spesifiknya. Diandra tiba-tiba menyebutnya sebagai seorang pengecut.

Dan hari ini, setelah dua hari, Diandra tak kunjung mau bertemu dengannya. Pesan dan telepon Andrian tak kunjung dijawab. Setiap kali Andrian berusaha datang ke kelas Diandra, wanita itu lebih memilih untuk membaca buku sambil mendengarkan musik. Untuk makan siang pun, Diandra lebih memilih untuk meminta Carris membelikan pengganjal perut dan mengantarkannya ke kelas.

Memang sudah biasa Diandra marah karena hal sepele seperti ini. Hanya saja, Andrian merasa tidak tenang karena ini menyangkut hati. Selebihnya, karena kini ada pria lain yang di dekat Diandra.

Dan sekali lagi, seperti sebelum-sebelumnya, Andrian datang ke kelas Diandra dengan modal nekat. Dia tidak bisa berlama-lama tanpa Diandra. Wanita itu tengah mendengarkan musik dan tertidur di mejanya. Menutup wajahnya dengan lengan dan rambut panjang bergelombangnya menjuntai menutupi lengan.

"Di?" panggil Andrian.

Tidak ada respon. Entah memang Diandra tidak mendengar atau sengaja mengacuhkan Andrian. Hal itu membuat Andrian serba kebingungan. Diandra paling tidak suka diganggu saat mendengarkan musik, tapi mereka perlu bicara saat ini juga.

Walaupun ragu, Andrian menggoyangkan lengan Diandra dengan pelan. "Di? We need to talk," tangan Andrian beralih mengusap rambut Diandra.

Andrian kaget bukan kepalang saat tiba-tiba Diandra menengadah dan menatapnya tajam. Ditambah lagi dengan rambut Diandra yang acak-acakan karena terkibas dengan cepat.

"Lo mau apa sih, Yan?! Lo nggak liat gue lagi tidur?!" Diandra melepaskan earphone kanannya. Dan terus melemparkan tatapan tak suka pada Andrian.

"Di! Lo bisa nggak sih gak usah ngagetin orang?!" bentak Andrian sambil berusaha menenangkan detak jantungnya. Diandra hanya memgangkat bahunya acuh. Andrian tersenyum. Dia tahu bahwa Diandra pun sepertinya tidak bisa berlama-lama marah dan mendiamkan.

"Lo ngapain kesini kalo nggak bawa makanan?" ketus Diandra yang sedang merapikan rambutnya.

"Lo masih aja ya mikirin makanan disaat kita kayak gini," dengus Andrian. Meskipun kesal, tapi tangan Andrian terulur merapikan poni Diandra yang sedikit berantakan.

Inilah yang membuat siapapun pasti berpikiran bahwa hubungan mereka lebih dari sekedar sahabat. Diandra dan Andrian tak segan untuk memperlihatkan perhatian mereka walaupun di depan umum. Andrian tak segan untuk merangkul Diandra saat mereka berjalan di tengah keramaian. Diandra tidak akan segan untuk menggandeng lengan Andrian saat dia merasa risih dengan tatapan genit pria-pria.

Rude Beautiful Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang