tiga puluh delapan

531 27 2
                                    

Kesalahan memang harus diluruskan dengan benar, pihak siapapun yang bersalah harus menanggung kesalahannya, itu sudah menjadi hukum sebagai seorang insan. Nyawa dibalas nyawa.

Iqbal meremas rambutnya frustasi, dia sekarang berada di balkon sebuah gedung, sambil meremas sebuah kertas yang hampir saja membuat urat nya putus, mungkin ini yang dinamakan disambar petir di siang bolong, ada sedikit perasaan menyesal setelah membaca hasil tes DNA nya, bagaimana mungkin itu bisa menjadi 99,98%, bolehkah dia mengharap keajaiban hari ini, mengharapkan ketidak cocokan walau hanya 1% yang sebenarnya sangat mustahil.

Meminta penjelasan? Ya sekarang dipikiran Iqbal Cuma satu, kerumah putihnya, menemui perempuan yang benar-benar menghancurkan hidupnya, sebenarnya dia bisa saja marah, bahkan menyakiti Talita, tapi itu tidak mungkin, sebrengsek-brengseknya Iqbal dia juga laki-laki yang masih menghormati dan melindungi perempuan sekalipun itu musuh terbesarnya.

*

Iqbal tiba dirumah putihnya, dia bingung karna melihat motor putih dipekarangan rumahnya itu, Talita kedatangan tamu sepertinya.

Iqbal memasuki rumahnya, tapi tidak ada siapa-siapa di ruang tamu, teman dekatnya kah sampai dibawa masuk keruang tengah.

"gausah lebih gila dari kemarin.."

Suara itu membuat langkah Iqbal terhenti, dia kenal suara itu, ntah dapat pikiran dari mana Iqbal nguping pembicaraan mereka.

"lo keterlaluan sampai nyakitin dia gitu" dari suara laki-laki itu kayanya emosi banget.

"dia baru sakit fisik, beda sama gue, dia selalu dapet semua yang pengen gue miliki" ini Talita yang ngomong.

"dalam perjanjian kita, ngga ada yang namanya menyakiti fisik"

"gue ngga nyakitin..." Jawab Talita sedikit lirih.

"gue gamau bantuin lo lagi.."

Dari suara-suaranya laki-laki itu sudah bangkit dari duduknya, tapi cepet-cepet dicegah sama Talita.

"NGGA BISA!" teriak Talita.

"lepas.. gue ngga mau main kasar, lo cewe"

"NGGA, IQBAL HARUS NIKAHIN GUE SEBELUM DIA TAU SEMUA KEBENARANNYA!"

Iqbal membulatkan matanya, jadi Talita udah tau.

Iqbal terus nyamperin mereka di ruang tengah, dengan ekspresi datar, dia menatap dua orang yang terkejut dengan kehadirannya.

"Bbaaa..ll dengerin aku dulu.." muka Talita bener-bener kaget.

Iqbal ngga ngejawab, dia malah menatap laki-laki yang masih mematung ditempatnya.

"bisa tinggalin kita berdua Dhir.. kayanya lo ngga kepake juga disini" tatapan dingin Iqbal benar-benar membuat siapa saja yang melihatnya akan takut, tatapan tajam dan membunuh yang sangat jarang dikeluarkannya.

Dhirga ngga banyak ngomong, dia langsung jalan meninggalkan Talita sama Iqbal.

"Ball aku bisa jelasin semuanya.." Talita dengan tatapan memohonnya.

EEEAAAKKK..EEAAKKAAEEKK.

Suara tangisan membuat suasana mencekam di ruangan itu buyar, Talita tidak bergerak, dia masih menatap Iqbal dengan pandangan memohon, sedangkan tangisan bayinya semakin keras.

"urusin bayi lo dulu.." kata Iqbal dingin.

Talita ngangguk terus lari kekamar bayinya.

**

Ratu sekarang lagi nemenin David, mereka lagi liat-liat design undangan pernikahan.

"ini kayanya lucu.." David nunjuk undangannya. Ratu Cuma ngegeleng.

Nobody HurtOù les histoires vivent. Découvrez maintenant