Dua puluh delapan

617 23 0
                                    

Setelah puas menangis semalaman di kamar, Ratu akhirnya mengikhlaskan keputusannya kemarin malam, bodoh satu kata untuk diri nya sendiri, pikiran pikiran untuk kabur dari rumah selalu saja melintas, untung logikanya masih jalan jika tidak mungkin sekarang dia sudah menangis sesegukan di pinggir jalan, tanpa tahu tujuan.

"Halo" suara di seberang sana menunggu sang empunya bicara. Ratu menelpon David, niatnya ingin memberitahu keputusan bodohnya malam tadi, tapi toh mungkin papa nya sudah bilang ke ayah David kalau dia sudah meneriman perjodohan itu.

"Bis..sa ngomong?"

"Kenapa? Ko suara lo serak gitu, habis ngapain lo sama Iqbal" mulut nyablak David yang akhir akhir ini kadang membuat emosi Ratu naik turun, heran kenapa papa nya mau punya menantu segesrek David.

"Gue ngga mau becanda mulut abu lahab, udah ntar siang gue tunggu di cafe, ntar gue kirim alamatnya, telat gue makan lo" Ratu yang emosinya masih belum stabil harus mendengar ocehan David malah tambah kesal.

Setelah menelpon David, Ratu menyingkirkan selimut yang menutupi kaki nya, beranjak dari zona nyamannya menuju meja rias, menghembuskan nafas berat melihat matanya yang bengkak karna tadi malam.

Iqbal
udah bangun?

Pesan dari Iqbal masuk, seperti biasa setiap pagi mendapat pertanyaan semacam itu dari Iqbal.

Ratu
Udah, dari tadi.

Ratu lalu meletakkan kembali hp nya,mengambil handuk, lalu menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi bukan ganti baju lagi urutannya, tapi ngecek hp dulu.

Iqbal
Udah mandi kan?

Ratu
loh tau dari mana?

Iqbal
udah kecium wanginya sampai sini.

Bahkan hanya dengan kata kata biasa seperti itu bisa membuat Ratu blushing, liat saja pipi nya sudah mulai panas.

Iqbal
Jalan yuk siang

Ratu
Kemana?

Iqbal
ke hati kamu

Ratu
alah gombal receh kamu, yakaknya nggak bisa deh, aku ada janji sama temen siang ini

Iqbal
mau aku anter?

Ratu
gausah aku bisa berangkat sendiri

Setelah itu Ratu tidak membalas chat Iqbal lagi, ia mencari baju lalu keluar menuju meja makan. Hati nya masih saja uring uringan, rasa kesalnya memang sudah sedikit berkurang, tapi masih sulit untuk dihilangkan.

"Udah mandi Ra" tanya mama nya baru saja selesai membuat sarapan, menyodorkan sepotong roti coklat dan susu kearah Ratu.

Setelah pacaran sama Iqbal, Ratu sudah mulai bisa sarapan pagi, dan ya..semua itu karna paksaan Iqbal yabg berakhir menjadi kebiasaan.

"Papa mana?" Tanya Ratu setelah melihat papa nya tidak ada di kursi makannya seperti biasa.

"Ohh papa lagi kerumah ayah nya David" jawab mama.

Papa nya pasti membawa kabar kalau Ratu sudah menerima perjodohan itu, garcep juga ya papa.

"Mama tau kamu marah" mamanya mulai mendekati Ratu.
"Papa itu cuma mau yang terbaik buat kamu, mana ada orang tua yang mau anaknya sakit Ra, mama juga awalnya ngga setuju sama perjodohan ini, tapi papa kamu menyadarkan mama kalau semua orang tua itu ingin yang terbaik untuk anaknya" kata mama panjang lebar membuat emosi Ratu kembali naik, hendak rasanya Ratu marah mengeluarkan semua unek unek nya tapi diurungkannya, Ratu beranjak dari meja makan meninggalkan mama nya dengan kesal, membanting pintu kamarnya, sebagai tanda kekesalannya, ia lalu mengurung diri dikamar.

Nobody HurtHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin