17

20.3K 2.2K 122
                                    

Setelah dokter Gama selesai visite, Dokter Dini benar-benar tak banyak bergerak dan hanya duduk-duduk cantik sembari bermain Instagram. Cinta mengerutkan kening tidak senang. Untuk apa dia datang ke sini kalau hanya melakukan hal semacam itu? Kini Cinta harus mengakui bahwa satu shift dengan Rangga memang lebih baik. Rutinitas berlalu dengan cepat tanpa kehadiran Rangga, karena Cinta jadi bisa mengurangi kewaspadaannya. Tahu-tahu saja sudah siang dan shif-nya akan segera berakhir.

"Dik, TTV ya," pinta Kak Alfa.

Cinta dan Lita mengangguk khidmat. Mereka segera mengambil tensimeter dan berkeliling ke setiap bed untuk memeriksa tanda-tanda vital pasien. Saat berhenti di VK1, kebetulan sekali infus pasien di sana habis.

"Diganti apa, nih, Cin?" tanya Lita sambil menunjuk botol infus.

"D5 aja," jawab Cinta santai.

"Yakin?" tanya Lita sangsi. "Apa nggak mestinya kita ke ruangan dulu dan lihat statusnya?"

Cinta memandangi sahabatnya itu dan tersenyum jahil. "Kenapa kamu meragukan cinta? Cinta itu tak pernah salah," ucapnya sok lebay.

Lita sampai terpingkal. "Bukan cinta kamu kali!"

"Emangnya di box obatnya ada cairan apa?"

"D5 aja sih."

"So, mau ganti apa? Pasti benerlah D5," ujar Cinta yakin. Paket obat untuk ibu bersalin biasanya memang D5.

"Oke deh, pokoknya kalau salah tanggung jawab kamu yah!"

Lita pun mengganti cairan infus ibu itu yang habis dengan cairan D5. Setelah itu mereka melanjutkan TTV ke bed lainnya. Ketika mereka sampai di ruangan. Cinta langsung menahan napas karena orang yang paling dia benci berduduk di samping Dokter Dini.

"Kepagian kamu jam satu udah dateng. Rajin amat, sih?" puji Dini pada teman seangkatannya itu.

"Mana lihat hasil labnya Bu Intan? Aku mau konsul ke penyakit dalam sekarang. Udah dicek belum gula darah puasa-nya?" tanya Rangga sambil membuka-buka status pasien di atas meja.

Dini terkekeh. "Oh, jadi kamu mau cari-cari alasan buat ketemu Nurani?"

Rangga menggeram dengan kesal. "Banyak bacot! Yang mana statusnya?" umpat cowok itu emosi.

"Oh, ya ampun, saya lupa, Dokter!" seru Kak Alfa baru tersadar akan kelalaiannya.

Namun Rangga tersenyum dengan manis. Coba saja kalau yang lupa itu Cinta. Pasti sudah dihabisi.

"Kalau begitu diambil aja sekarang." Rangga menunjuk Cinta dengan dagunya. "Kamu! Ayo ambil darah."

"Baik, Dok." Cinta mengikuti Rangga seperti anak ayam.

Langkah Cinta langsung terhenti ketika melihat bed yang dimasuki Rangga, VK1. Rangga mengerutkan kening melihat ekspresi ketakutan Cinta. Ngapain nih anak, belum juga di-bully udah takut duluan. Nggak seru.

"Hei, ngapain kamu di situ? Ayo masuk!" ketus Rangga.

Cinta mendekat di belakang Rangga dengan takut-takut. Ketika Rangga membuka kelambu cowok itu tertegun. Dia langsung tahu alasan kenapa Cinta setakut itu. Cairan D5 terpasang di infus Bu Intan. Rangga memelototi Cinta dengan keji, namun berubah manis ketika dia berbicara dengan pasien.

"Selamat siang, Bu, Infusnya saya ganti ya karena ada obat yang mau dimasukkan," dusta Rangga.

Rangga melirik Cinta dengan penuh amarah. Cinta bergegas menuju ruangan dan membawa cairan NS dan RL. Karena dia tak tahu yang mana cairan yang mau digunakan. Setelah kembali ke VK1, Rangga mengganti cairan D5 itu dengan NS. Rangga benar-benar tak habis pikir, padahal hari ini dia nggak mau marah-marah, tapi ternyata Cinta yang malah memancingnya duluan! Sepertinya anak ini memang punya bakat untuk dimarahi.

"Dok, saya sudah boleh makan nggak? Saya laper banget, dari jam sepuluh kemarin disuruh puasa," tanya Bu Intan.

Rangga menghela napas lalu tersenyum. "Silakan makan, Bu, tapi setelah itu tolong puasa lagi delapan jam, ya."

***

Up! Seneng dong aku kalau banyak yang komen tuh. Berasa kalau di sini ada kehidupan. Hahahaha. Kuy, Gaes. Komen yang banyak biar aku makin semangat updatenya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love And Heart [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang