6

23K 2.3K 83
                                    

Rangga berdiri di balkon kamar sembari memandangi langit bertabur bintang. Nurani tidak membalas chat-nya lagi sejak tadi pagi tadi. Cewek itu memang menjengkelkan, tapi kenapa Rangga tidak bisa membencinya?

Rangga menoleh ke balkon sebelah rumah. Tirai sudah ditutup dan lampu dimatikan. Sepertinya Nurani sudah tidur. Mata Rangga terbelalak saat melihat sebuah boxer yang nyasar di depan pintu balkon itu. Itu boxer-nya! Kenapa benda itu bisa ada di sana?

Rangga berdecak-decak. Dia menoleh ke kanan dan kiri lalu melompati balkon. Sembari mengendap-endap, dia menghampiri barang berharga itu.

***

Cinta memilah-milah barang-barang yang masih ada di dalam kardus. Dia baru pindah ke apartemen kakaknya kemarin karena letaknya dekat dengan tempat dia praktik. Dia mencari buku-buku literatur milik sang ayah yang disebutkan oleh Lita setelah pulang shift tadi. Setelah mencari halaman yang disebutkan sahabatnya itu, Cinta menemukan artikel tentang perbedaan oksitosin dan metergin yang cukup lengkap. Lita emang benar-benar hebat.

Bunyi berisik tiba-tiba terdengar dari arah beranda. Netra Cinta terbeliak tatkala meliha sesosok bayangan pria di sana. Siapa itu? Malingkah? Degup jantung Cinta berdebar kencang. Kakaknya masih ada di kamar mandi. Jika orang itu menyelinap masuk ke kamar, tamatlah dia! Cinta memberani-kan diri mengambil sapu ijuk lalu melangkah perlahan menuju balkon. Dia membuka pintu lebar-lebar lalu menyerang pria tersebut dengan senjatanya secara membabi buta.

"Hei! Hei!" teriak pria itu kesakitan. Namun Cinta pantang menyerah. Hampir saja dia mendorong jatuh pria itu jatuh dari balkon, tetapi dia berhenti karena mengenali siapa orang mesum yang menyelinap itu. Rangga si Dokter Killer. Ya ampun! Sebegitu gilanya orang ini sampai menyusup ke apartemen Cinta?

"Ada apa ribut-ribut?"

Nurani yang baru saja selesai mandi muncul dengan rambut basah yang dibalut handuk. Dia tercenung melihat adiknya yang membawa sapu sementara tetangganya terkulai lemas tak berdaya.

"Kalian lagi ngapain?" tanya Nurani bingung.

"Dia, Kak! Orang mesum ini mau menyelinap masuk ke rumah kita?" tuduh Cinta.

Nurani mengerutkan kening sembari memandangi Rangga.

"Serius?"

"Nggaklah! Aku cuman ngambil ini! Boxer-ku ketiup angin!" tegas Rangga emosi sembari mengerang dan memegangi luka-lukanya.

Nurani tergelak melihat Cinta tampak linglung. Cewek itu baru saja mengatai dokter penanggung jawab VK tempat dia praktik sebagai orang cabul dan menyerangnya dengan sapu ijuk. Sepertinya, gadis itu baru sadar dengan situasinya. Tawa Nurani terhenti kala melihat luka di wajah Rangga.

"Aduh, itu sakit nggak?"

Rangga menyentuh pipi dan baru sadar ada darah di sana. Rasa perih seketika menyebar di wajahnya. Rangga menatap Cinta dengan tajam menusuk. Cinta menunduk keta-kutan dan membuang sapu di tangannya.

"Ayo sini masuk, aku obati."

Nurani membuka lebar pintu lalu masuk ke dalam unit apartemennya. Rangga dan Cinta mengikuti. Mereka duduk di ruang tengah, sementara Nurani mengambil kotak obat. Nurani dengan telaten membersihkan luka Rangga, kemudian mema-sang plester pada wajah cowok itu.

"Maafin adikku, ya. Dia nggak sengaja. Kamu sih masuk-masuk rumah orang sembarangan," kata dokter PPDS penyakit dalam itu.

"Aku cuman mau ambil boxer doang! Kan malu kalau kamu yang pungut," dalih Rangga sembari mengerang setiap kali lukanya disentuh.

Nurani terkekeh. "Malu apaan, sih, kita bahkan sudah biasa tidur bareng dari jaman koas."

Cewek itu berujar tanpa beban. Dia pura-pura tak tahu bahwa ucapannya menyakiti harga diri Rangga yang tidak dianggap sebagai lelaki. Bisa jadi, Rani malah sengaja. Cewek itu memang tak pernah mau berhubungan dengan Rangga lebih dari teman dan tetangga. Nurani Putri Prawirohardjo memang sekejam itu. Rangga diam-diam meremas tangan.

Love And Heart [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang