48

6.4K 916 52
                                    

"Ayo kita rumah hantu!" Rani menunjuk Pirates Ghost Ship.

Cinta merinding seketika. Kakaknya ini pasti sengaja padahal tahu Cinta paling benci dengan makhluk-makhluk astral. Apa dia mau balas dendam gara-gara tadi dia sengaja memberikan tiket pada Rangga. Tanpa sadar Cinta menarik lengan baju Catur lagi. Rangga tidak sedang melihat hal itu.

"Kamu takut? Padahal banyak saudaramu di sana," ejek Rangga.

"Saudara apa!" gusar Cinta.

"Sudahlah, ayo masuk!" Nurani mendorong adiknya dengan paksa memasuki wahana itu. Dua cowok mengikuti di belakang mereka.

Suasana begitu gelap ketika mereka memasuki ruangan. Suara kikikan yang mengerikan menggema di sepanjang jalan membuat bulu kuduk meremang. Cinta menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Bersiap-siap jika ada sosok yang menakutkan muncul. Tiba-tiba saja seorang awak kapal yang berjalan terseret-seret dengan wajah yang rusak seperti zombi muncul. Makhluk itu lalu mengejar mereka dengan penuh semangat. Rani menjerit dan langsung menarik Catur. Mahasiswa perawat itu tak punya pilihan selain mengikutinya. Cinta yang kakinya lemas saking takutnya hanya diam tak bergerak. Makhluk itu semakin mendekatinya dan hendak menerjang Cinra, tetapi Rangga menghadang sembari menyodorkan uang dua puluh ribu.

"Udah, Mas ini tips. Nggak usah nakut-nakutin kita."

Zombie itu tertawa lebar dengan wajah yang mengerikan lalu menerima uang itu. "Oke, Mas makasih," jawabannya dengan suara yang biasa saja. "Kalau mau keluar lewat situ."

Cinta ternganga. Nggak seru banget sih, nih orang, ternyata bisa disogok.

"Ayo." Rangga menggandeng tangan Cinta tanpa permisi dan menarik gadis itu ke arah jalan yang diinformasikan Zombie gadungan itu tadi.

"Kalau ada zombie apocalyse, kayaknya kamu bakal mati duluan. Masak gitu aja takut," ujar Rangga.

"Kakimu pendek juga sih. Lari pasti nggak bisa jauh."

"Iya! Iya! Mentang-mentang Dokter kakinya panjang!" geram Cinta emosi.

"Dari dulu aku penasaran, apa kamu itu stunting? Soalnya tingkat kecerdasanmu sama ayah, ibu dan kakakmu berbeda. Apakah ada perbedaan pola asuh?" tegur Rangga.

"Mau menghina aja, nggak usah sok teoritis begitu!" amuk Cinta.

Namun amarah Cinta lenyap seketika karena seorang zombie muncul dan mengejar mereka lagi. Cinta berteriak dan refleks memeluknya. Rangga tentu saja terkejut. Ada rasa geli aneh yang merambati hatinya. Perasaan apa ini?

Ketika zombie itu memegang pundak punggung Cinta dan meraba-rabanya, Rangga langsung naik pitam. Dia mendorong makhluk itu dengan kasar.

"Nggak usah modus begitu, Mas! Pake grepe-grepe segala!" ketus Rangga.

Si Zombie yang berpakaian mirip Jack Sparow itu terkekeh. "Menghayati peran, Mas. Harap maklum."

Rangga mengibaskan tangannya untuk mengusir Si Zombie. Gara-gara rasa bersalahnya, ditambah rasa ngeri melihat wajah Rangga yang lebih menakutkan dari setan alas, makhluk itu pergi begitu saja. Cinta tertegun. Lagi-lagi Rangga mengusir Zombie dengan mudah. Dokter itu menarik Cinta dengan segera. Cahaya terlihat semakin dekat di depan mereka. Ketika mereka berbelok keluar, sudah tidak ada yang menakut-nakuti mereka lagi.

"Dokter nggak seru, mestinya pura-pura takut kek di rumah hantu," olok Cinta.

"Ngapain kayak orang begitu," tolak Rangga.

Begitu sampai di pintu keluar batang hidung Rani dan Catur tidak terlihat. Cinta menghubungi nomor ponsel kakaknya tapi tidak aktif. Begitu pula dengan nomor Catur.

"Pasti Kakak lagi balas dendam deh!" dengus Cinta kesal. Dia melirik pada Rangga dengan tajam.

"Dokter sih, ngapain ngajakin, Kak Rani ke sini!"

"Emangnya aku tahu bakal ketemu kalian di sini," elak Rangga. Padahal tentu saja dia tahu karena sudah mendengar percakapan Cinta dengan Catur di bawah tangga.

"Kalau begitu harusnya, Dokter pura-pura nggak ngelihat dong waktu papasan sama kita!" amuk Cinta.

"Bukan aku yang lihat kalian, tapi Rani," dustanya lagi. Jelas-jelas dialah yang melihat dan mendekati Cinta duluan.

"Ya sudah, karena sudah telanjur begini. Kita jalan-jalan saja," usul Rangga.

Cinta mencebik, tapi karena sayang pada tiketnya akhirnya dia setuju dengan Rangga. "Selanjutnya ke mana?"

"Naik itu mau?" Rangga menunjuk bianglala.

"Boleh." Cinta mengangguk dengan senang hati. Pemandangan indah yang bisa dia lihat dari atas wahana itu cukup membuatnya ketagihan.

Maka dua sejoli itu menuju wahana dengan gandengan yang tidak terlepas.

***

Terima kasih untuk votes dan komennya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voucher masih bisa diklaim guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voucher masih bisa diklaim guys...

Love And Heart [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang